Jumat, 30 April 2004

YAKOBUS

"Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, 
kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus."
(Markus 5:37)

Peristiwa Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus merupakan peristiwa pertama dimana Yesus mengajak tiga orang murid-Nya untuk turut bersama-sama dengan Dia. Dalam perjalanan pelayanan Yesus, dari kedua belas murid yang menyertai-Nya, ternyata ketiga murid inilah yang boleh dibilang agak khusus. Ketiga murid inilah yang sering menyertai Yesus secara khusus untuk  melihat lebih dekat peristiwa-peristiwa ajaib yang dilakukan dan dialami oleh Yesus (baca Matius 17:1; Markus 5:37, 9:2, 9:14; Lukas 8:51, 9,28).  Mereka pu­la lah yang diajak untuk turut serta mengalami pergolakan batin yang dialami oleh Tuhan Yesus sebelum Ia menghadapi peristiwa penyaliban (Markus 14:33).


Kali ini kita akan membahas sosok Yakobus, murid Yesus yang dijuluki Boa­nerges, yang berarti a­nak-anak guruh (Markus 3:17).Yakobus adalah saudara kandung Yohanes, dan mereka berdua dikenali sebagai anak-anak Zebedeus (Matius 4:21).  Beberapa tafsir Alkitab memperkirakan, bahwa mereka berdua juga merupakan putera Salome (li­hat Markus 15:40, 16:1), salah seorang perempuan yang turut menyertai Ye­sus, yang diperkirakan juga adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Ini berarti Yakobus adalah saudara sepupu Yesus.
Mengapa Yakobus yang dipilih Yesus untuk mendampingi setiap pekerjaan-Nya? Yang jelas bukan karena alasan KKN, lantaran Yakobus masih memiliki hu­­bungan keluarga dengan Yesus. Justru Tuhan Yesus menolak dengan tegas ke­ti­ka Yakobus dan ibunya berusaha untuk berkolusi. Ingat peristiwa ketika Ya­kobus dan Yohanes bersama dengan ibu mereka meminta kepada Yesus agar mereka mendapat kedudukan di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus. Saat itu ju­ga Yesus langsung menolak dengan tegas permintaan mereka. “...Tetapi hal du­duk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikan­nya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disedia­kan.”(Markus 10:35-40; baca juga Matius 20:20-28). Lalu apa yang istimewa dari Yakobus hingga Yesus memberi tempat khusus baginya?
Pertama, karena Yakobus langsung merespon panggilan Allah. Perhatikan, ketika pertama kali Yesus bertemu dengan Yakobus dan mengajaknya untuk turut serta menjadi penjala manusia. Apa reaksi Yakobus? “...dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.” (Matius 4:22, perhatikan juga Markus 1:16). Bayangkan saja! Yakobus lang­sung begitu saja meninggalkan pekerjaan­nya -semua yang dimilikinya, bahkan juga ayah kandungnya sendiri, hanya untuk mengikut Yesus dan memenuhi pang­gilan-Nya, tanpa memperdulikan apapun. Luar biasa bukan? Tak heran, jika ia mendapat perhatian khusus.
Sebagai pengikut-pengikut Kristus, kita seharusnya langsung meresponi panggilan Allah dalam kehidupan kita, dan berani memberi­ta­kan kebenaran Firman Tuhan bagi orang-orang di sekeliling kita, agar mereka ju­ga beroleh keselamatan. Namun, seringkali kita menunda-nunda untuk merespon panggilan Allah bagi kita. Kesibukan, belum siap, merasa tidak layak, dan sejuta alasan lainnya kerap kita kemukakan untuk menghindari panggilan Allah dalam hidup kita. Sudah saatnya bagi kita untuk tidak lagi ‘lari’ dari panggilan Allah. Hari ini, adakah kita senantiasa meresponi panggilan Allah di dalam kehidupan kita?
Kedua, karena Yakobus ingin semua orang menerima Yesus. Tengok kasus di sebuah desa orang Samaria (Lukas 9:51-56). Da­­lam perikop tersebut jelas sekali terlihat keinginan Yakobus yang begitu kuat agar Yesus dapat diterima oleh semua orang. Maka tidaklah mengherankan, tatkala orang-orang Samaria itu tidak mau menerima keha­dir­an Yesus, Yakobus serta saudaranya sangat marah dan langsung saja meminta Yesus untuk memus­nah­kan dan membinasakan masyarakat desa Samaria. Meski demikian, kemarahan Yakobus ini mendapat teguran keras dari Tuhan Yesus.
Terkadang kita pun ingin agar orang lain juga dapat menerima Yesus. Tetapi kenyataannya, perbuatan kita, tutur kata kita, tingkah laku kita, seringkali bukannya membuat orang lain menerima Yesus. Sebaliknya, karena kelakuan kita lah orang lain tidak mau menerima Yesus, bahkan karena kita lah nama Yesus justru dipermalukan. Hari ini, periksa diri kita masing-masing! Adakah perilaku kita telah memuliakan nama Tuhan dan membuat orang lain mau menerima Yesus, atau justru sebaliknya perilaku kita itu telah menghancurkan nama Tuhan Yesus dan tidak menjadi berkat bagi orang lain? Apa yang sudah kita lakukan selama ini agar orang lain dapat menerima Yesus dalam kehidupan mereka?
Karena Yakobus selalu meresponi panggilan Allah dalam hidupnya, pula keinginannya yang begitu kuat agar keberadaan Yesus dapat diterima oleh semua orang, maka tidaklah mengherankan bila seusai peristiwa Pentakosta, Yakobus se­makin menggebu-gebu dalam pemberitaan Injil ke seluruh wilayah, hingga pada akhirnya ia tewas dibunuh dengan pedang atas perintah raja Herodes (Kisah Para Rasul 12:1-3). Jelas tidak mungkin Yakobus tidak berbuat apa-apa, sampai Herodes murka dan membunuhnya. Meski tidak pernah diceritakan seca­ra terinci dalam Alkitab, yang pasti pemberitaan Firman Tuhan yang dilakukan dengan berani oleh Yakobus, tentunya sudah membuat telinga Herodes juga o­rang-orang Yahudi yang memang membenci Yesus menjadi merah.
Belajar dari Yakobus, kita pun seharusnya mampu meresponi secara langsung panggilan Allah dalam kehidupan kita. Jangan tunda–tunda lagi! Jika Allah sudah memanggil, inilah saatnya bagi kita untuk menunjukkan kasih kita kepada Allah. Sudah saatnya kita melakukan sesuatu, agar orang lain pun dapat menerima Yesus sebagi Juru Selamat di dalam kehidupan mereka.(ika)


(Telah dimuat di Renungan Harian Daily Warning!)

NYONTEK… BIASA? NGGAK LAH YAW…


“Udah… nggak usah muna loe… nyontek aja kenapa sih? Itu kan biasa. Mana ada anak sekolah yang nggak pernah nyontek? Semuanya pasti nyontek lah…” Hmm… sering kan ngalamin hal ini? Gimana perasaanmu waktu pertama kali nyontek? Pertama sih takut-takut, keringat dingin, badan gemetaran nggak karuan, ngerasa berdosa banget, terus… ternyata sukses bo! Nggak ketahuan guru. Next, mulai deh males belajar, nyontek lagi… nyontek lagi… terus… dan terus nyontek. Akhirnya nyontek jadi kebiasaan en kamu nggak bisa ngelepasin ketergantungan untuk terus nyontek. Nggak ada lagi rasa bersalah, apalagi dosa. Moto hidup pun jadi berubah, “Nyontek is the best.” Tapi, apa memang benar begitu?

Nyontek=Mencuri?
Masa sih nyontek itu mencuri? Masa sih nyontek itu dosa? Ya iya lah. Kalo kamu nyontek itu kan sama aja kamu lagi mencuri lihat catatan kecil/ contekan yang udah disiapin, buku pelajaran or buku catatan kamu. Padahal, kamu semua udah pada ngerti kebenaran firman Tuhan, bahwa Allah melarang kita untuk mencuri (Keluaran 20:15). Mungkin sekarang kamu-kamu masih nggak nyadar kalo nyontek tuh sebenarnya malah merugikan kamu sendiri. Lho kok bisa? Ya… karena malas belajar, kamu jadi nyontek pas ulangan.
Mungkin pas nyontek kamu nggak ketahuan guru, then nilaimu jadi bagus gara-gara nyontek. Tapi pas ditanyain guru, kamu nggak ngerti en nggak nguasain pelajaran itu, karena kamu memang nggak belajar. Kalau kamu terus-terusan menyontek en mengandalkan contekan, gimana masa depanmu kelak? Susah lho ntar kalo mau kerja. Memang di atas kertas nilaimu bagus karena nyontek. Tapi kenyataannya kamu nggak bisa apa-apa, nggak bisa kerja, karena kamu memang nggak ngerti gara-gara dulu nggak pernah belajar. Nah, kalo sudah begini, baru sadar kan kalo sebenarya nyontek itu ngerugiin diri sendiri.
T’rus, gimana dong kalo ngasih contekan? Bukankah itu sama aja dengan ngebantuin teman? Bukankah Tuhan Yesus menyuruh kita untuk membantu sesama? Guys, memang firTu bilang supaya kita menolong sesama kita. Tapi bukan dengan cara ngasih contekan ke teman. Ngasih contekan ke teman sebenarnya sama aja dengan menjerumuskan dia dan bukannya membantu. Kok bisa menjerumuskan? Yah… karena kamu sama aja membiarkan dia terus di dalam kebodohan, membuatnya makin malas belajar hingga bodoh en nggak ngerti apa-apa, karena dia selalu mengandalkan contekan yang kamu kasih. Nah, kalo dia jadi bodoh… apa jadinya kelak? Sama aja kamu berdosa juga karena sudah menjerumuskan orang lain makin terpuruk dalam kesalahannya. Padahal mustinya kamu  ngasih nasehat ataupun menolongnya untuk bertobat agar terlepas dari hobi nyontek. Ingat yang dibilang 2 Timotius 4:2, “… nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.”

Stop It! Right Now!
Kalo kamu-kamu udah kadung kebiasaan nyontek or biasa kasih contekan ke teman, stop it right now! Jangan bikin kesalahan fatal. Segera bertobat en minta ampun sama Bapa, then… jangan pernah ngulanginnya lagi. Tapi jangan cuma janji di bibir doang ya… kudu dilakuin benar-benar lho. Jangan sia-siain masa mudamu dengan ngelakuin hal-hal yang nggak berguna. Selagi masih  muda lakukan hal-hal yang berharga berguna untuk masa depanmu, terlebih lagi yang menyenangkan hati Tuhan. Jangan  lagi malas belajar. Tapi mulai sekarang, try to learn more… and more… and more.q(esi)