Sabtu, 31 Desember 2005

CHRISTMAS ALL THE TIME


1 Desember. Aduh… rasanya senang banget, deh. Sebentar lagi hari natal tiba. Mulai, deh, jalan-jalan ke mal, hunting baju baru, sepatu baru, mulai pilah pilih Christmas party mana yang paling asyik didatengin, persiapan acara tahun baru, bikin kue-kue, black forest, pasang pohon natal, wuih… pasti heboh banget. Rasa-rasanya suasana istimewa seperti ini cuma bisa dirasakan  pas bulan Desember, pas kita ngerayain perayaan Natal. Bulan-bulan lain? Biasa-biasa saja, tuh. Nggak ada yang istimewa. Ya, begitu-begitu saja. Butwait a minute… apa benar natal cuma bisa dirayakan tiap bulan Desember saja?

Christmas in my mind
Actually, apa sih yang ada dipikiran kamu tentang natal? “Natal itu kita ngerayain hari kelahiran Tuhan Yesus.” Itu yang sering meluncur dari mulut kita. Selebihnya? “Ya… paling kumpul-kumpul bareng keluarga, makan, pesta natal bareng teman-teman, tukeran kado, kirim kartu natal. Selesai.” Lalu apa artinya kelahiran Tuhan Yesus buat kamu? Hmmm… mulai, deh, banyak yang bingung, kan?
Inilah yang sedang terjadi di antara kita. Seringkali karena kita terlalu sibuk mempersiapkan perayaan natalnya, terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, kita jadi lupa sama yang namanya arti natal itu sendiri. Kenapa bisa lupa? Karena kita nggak pernah benar-benar ngerasain kalau Yesus lahir buat menyelamatkan kita dari dosa.
That’s the problem. Kita nggak pernah benar-benar menyadari dan merasakan bahwa kelahiran Yesus sungguh-sungguh sangat berarti buat kita, ‘coz hanya karena Dia-lah kita bisa menjadi manusia yang bebas, merdeka, dan dilepaskan dari dosa. Kita nggak pernah menyadari betapa besarnya kasih Allah buat kita sehingga Ia rela melepas Anak-Nya, lahir ke dunia ini hanya untuk menebus dosa kita.

What’s the matter?
Ada banyak hal yang membuat kita nggak pernah benar-benar ngerasain  the real christmas in our life. Pertama, karena lingkungan kita, terutama keluarga, nggak pernah menanamkan arti natal yang sesungguhnya. Natal ditanamkan hanya sebatas sebagai sebuah tradisi agama kristen, tradisi keluarga kristen. Selebihnya, nggak ada yang istimewa. Itu sebabnya, sulit buat sobat muda buat bisa ngerasain apa artinya natal yang sesungguhnya.
Kedua, karena dari diri kita sendiri, yang belum mau sungguh-sungguh bertobat dan menyadari betapa pentingnya Kristus dalam hidup kita. Mungkin sejak kecil sobat muda sudah jadi orang kristen. Bahkan ada banyak di antara kita yang sudah dibaptis dan mengaku percaya. Tapi betulkah kita sudah sungguh-sungguh menjadi orang kristen? Inilah yang jadi masalah. Kita kerap sudah menjalani ritual kristiani, tapi kita nggak pernah sungguh-sungguh memahaminya. Bahkan yang lebih ironis, kita malah sesungguhnya belum bertobat dan menerima kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Malah, ada banyak di anatar kita yang mungkin selama ini merasa sama sekali nggak butuh Tuhan.  Makanya, nggak heran kalau natal hanya jadi sebatas ritual agama kristen yang kemeriahannya dan kegembiraannya patut dirayakan sebagaimana mestinya.

 And so…?
Guys, saat kita mau membuka hati dan diri kita untuk Tuhan, saat kita mau sungguh-sungguh bertobat dan memberikan seluruh hidup kita bagi Kristus, saat kita mau membiarkan Allah melawat kita, saat itu pula kita akan menyadari makna natal yang sesungguhnya. Bahwa natal nggak cuma sekedar pesta, perayaan, kumpul-kumpul, atau bahkan hura-huranya semata. Natal adalah saat Allah lahir di hati kita, di hidup kita, untuk melawat kita, memulihkan kita, mengampuni segala dosa kita dan menyucikan diri kita.
Nah, kalau sekarang sobat muda sudah bisa menyadari betapa pentingnya kelahiran Kristus bagi kita, bagi dunia ini, it means, sobat muda sekarang juga paham kalau natal nggak cuma hadir di bulan Desember saja. Natal bisa terjadi kapan saja, setiap saat, bahkan setiap hari, sepanjang kita mau membuka hati kita untuk Dia, dan membiarkan Allah melawat serta memulihkan hidup kita, serta membiarkan Dia membentuk hidup kita, agar menjadi sempurna bagi kemuliaan nama-Nya. Happy Merry Christmas…q(esi)                (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2005)

I LOVE YOU MOM…


Ketika itu Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran diciptakan para Ibu. Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut, “Tuhan, banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan Ibu ini ?”
Dan Tuhan menjawab pelan, “Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan? Ibu ini harus waterproof (tahan air/ cuci) tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capek. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya. Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan kaki yang keseleo. Memiliki lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah, ... dan ... enam pasang tangan.”
Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Enam pasang tangan?”
“Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan saya, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik,” balas Tuhan. “Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang Ibu.”
“Bagaimana modelnya?” tanya malaikat semakin heran. Tuhan mengangguk-angguk.
“Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya, ‘Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?’, padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakan tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat. Dan sepasang mata ketiga untuk dapat menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa berbicara! Mata itu harus berkata, ’Saya mengerti dan saya sayang padamu,’ meskipun ia tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia juga harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan 1,5 ons daging. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi.”
Akhirnya malaikat membalik-balikkan contoh Ibu dengan perlahan. “Terlalu lunak,” katanya memberi komentar.
“Tetapi kuat!” kata Tuhan bersemangat. “Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul dan derita.”
“Apakah ia dapat berpikir?” tanya malaikat lagi.
“Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi,” kata Sang Pencipta.
Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di pipi, “Eh, ada kebocoran di sini!”
“Itu bukan kebocoran,” kata Tuhan. “Itu adalah air mata. Air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata segalanya...”
“Tuhan memang ahlinya...” kata malaikat pelan.

******

Cerita di atas memang cuman cerita imajinatif. Tapi dari sini sobat muda bisa melihat betapa Allah berusaha sedemikian rupa menciptakan seorang mama yang sempurna buat kita. Sayangnya, saat kita memiliki seorang mama yang baik sebagaimana impian kita, kita seringkali justru nggak berlaku manis sebagaimana yang diharapkan bunda kita.
Hayo, coba deh diingat-ingat, berapa kali sobat muda sering ngelawan mama? Berapa kali kita sering nyakitin hati mama? Berapa kali kita sering disuruh mama nggak mau, sementara kita sendiri suka ngomel kalau keinginan kita nggak dipenuhi mama? Berapa kali juga kita suka membantah en nggak mau dengerin semua nasehat mama? Berapa kali pula kita sering berlaku kasar sama mama?
Well, kalau kita ingat-ingat lagi, tentu saja semuanya itu bikin kita ngerasa malu. Ternyata ada banayak hal buruk yang sudah kita lakukan pada ibunda kita. Apalagi kalau kita ingat gimana susah payahnya ibunda kita waktu mengandung, merasakan kesakitan waktu melahirkan, sampai mendidik dan membesarkan kita hingga saat ini.
Sobat muda, firman Tuhan mengajar kita untuk senantiasa menghormati orangtua kita, nggak terkecuali ibu yang sudah mengandung dan melahirkan kita (Keluaran 20:12). Memang, nggak semua dari kita punya pengalaman yang manis dengan mama, ataupun memiliki mama sebagaimana yang kita harapkan. Namun, bagaimana pun juga mama adalah tetap sosok ibunda yang sudah dipakai Allah untuk melahirkan kita ke dunia ini. Sudah sepatutnyalah kita untuk senantiasa mengasihinya, menghormatinya, juga taat serta mendengarkan segala nasehatnya.
Tanggal 22 Desember ini kita memperingati hari yang spesial, hari ibu. Sudah sepantasnya kita mulai berintrospeksi, apa, sih, yang sudah kita lakukan selama ini buat mama. Kalau sampai hari ini kita masih suka bersikap buruk, suka ngelawan en nggak mau mendengar nasehat dari mama, mulai saat ini berjanjilah dan belajarlah untuk mulai bersikap baik sama mama. Mulai saat ini, ayo kita mulai belajar untuk taat sama mama, mendengar nasehat-nasehatnya, mau menolongnya saat mama membutuhkan bantuan kita, dan yang lebih penting lagi, bawa selalu mama di dalam setiap doa-doamu. Tunjukkan betapa sesungguhnya kamu sangat menyayangi mama.
Lewat moment spesial ini, mari kita belajar untuk bersikap lebih baik lagi pada mama. Tapi jangan cuman karena gara-gara hari ibu saja, terus cuman pada hari itu saja kita berubah jadi baik sama mama, terus besok-besoknya balik lagi jadi seperti biasanya. Jangan begitu, ya, tapi gunakan moment spesial ini untuk bersikap lebih baik dan makin hari semakin lebih baik lagi. Makin hormat dan  taat pada orangtua kita. I love you, mommy. Happy Mother’s Day... q(yth)                (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah, Edisi Desember 2005)

Senin, 31 Oktober 2005

KORUPSI? NO WAY!


Wuah…. heboh banget, yah,  pemerintah kita sekarang. Segala macam bentuk korupsi lagi gencar-gencarnya diberantas. Enggak tanggung-tanggung dari tukang korupsi kelas teri sampai koruptor kelas kakap semuanya ludes dibabat abis. Simak saja kerja Komisi Pemberantasan Korupsi yang lebih beken disebut KPK. Bahkan pejabat tinggi di negeri ini yang punya hobi korupsi pun akhirnya harus menyerah dan berakhir di penjara.
Ngomong-ngomong soal korupsi, nih, siapa sangka kalau actually tindakan yang enggak terpuji ini seringkali terjadi di antara sobat muda. Bahkan tanpa disadari sobat muda pun sering ngelakuinnya. Hah! Yang bener! Hmm... penasaran, kan? Makanya, jangan mau ketinggalan! Simak terus obrolan kita soal yang satu ini.

Korupsi! Apaan, sih?
Yang disebut korupsi, tuh, adalah penyelewengan atau penyalahgunaan sesuatu yang dipercayakan kepada kita untuk kepentingan pribadi. Enggak cuman uang aja, lho, yang ternyata bisa dikorupsi, tapi juga waktu, jabatan, dan lain sebagainya. It means korupsi juga sama artinya dengan mencuri. And we knows well, kalo yang judulnya mencuri itu sama sekali diharamkan oleh Allah.
Tapi kok bisa, ya, korupsi dibilang sama dengan mencuri? Yap! Tentu saja. For example, nih, seorang bendahara dipercaya untuk mengelola keuangan sebuah organisasi. Tapi ternyata dia malah menggunakan uang yang harusnya dikelola bagi kepentingan organisasi tersebut. Ia mencurinya dan menggunakan uang tersebut buat belanja dan foya-foya untuk kepentingannya sendiri.

Kenapa bisa terjadi?
Yang jelas korupsi terjadi bukan cuman gara-gara seseorang itu matre. Korupsi bisa terjadi karena seseorang itu egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia mau segala keinginannya terpenuhi, dan untuk itu ia bisa melakukan apa saja bahkan hingga menghalalkan segala macam cara. Makanya, enggak heran yang namanya korupsi bisa dengan gampang dilakukan oleh siapa saja, termasuk juga kita yang ngakunya anak Allah.
Lho, kok bisa? Jawabannya, ya, bisa saja. Mungkin agak sulit dipercaya. Tapi ini memang sering terjadi dan bukan enggak mungkin sering juga sobat muda lakukan. Gimana caranya? Hmm... coba deh diingat-ingat. Berapa kali kamu-kamu suka ngebohongin ortu, duit buat bayar uang sekolah terus disunat buat nraktir teman-teman? Atau... berapa kali sobat muda suka gunain waktu belajar di sekolah buat main? Lho, tapi itu, kan, hal yang biasa dilakuin anak-anak muda! Masa, sih, termasuk korupsi?
 Kelihatannya memang sepele en buat kita rasanya enggak terlalu masalah. Tapi tahu enggak, sih, kalau itu semua adalah bibit-bibit korupsi yang sudah mulai bersarang di antara kita. Nah, kalau kelakuan-kelakuan semacam ini masih terus dipelihara mulai sekarang sampai dewasa, kebayang, kan, kelak kita akan menjadi seperti apa? Yap! Ngelakuin korupsi, menggunakan uang kantor untuk kepentingan pribadi, menggunakan jam kerja untuk kepentingan pribadi yang semuanya dilakukan tanpa izin, semuanya itu bakalan menjadi sesuatu yang biasa kita lakukan dan bahkan kita sudah enggak punya perasaan berdosa saat melakukannya. Kenapa? Karena kita sudah terbiasa melakukannya sejak masih muda.
Pas pertama kali ngelakuin korupsi, mungkin hati nurani kita terusik dan merasa sangat berdosa. Tapi kalau sudah berulang kali, rasa berdosa itu pun jadi tersingkir. Ingat yang Firman Tuhan bilang, “Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,” (1 Timotius 1:19).

Akibatnya? It’s really  worse!
Yang jelas sudah pasti buruk banget. Yang pasti kita jadi kebal sama dosa. Coz, ingat-ingat deh apa yang dibilang FirTu di Yakobus 3:16, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”  Artinya kalau ini semua terus dipelihara, akhirnya nantinya ada banyak kejahatan yang bisa kita lakukan demi korupsi yang lebih besar lagi.
Semakin banyak, semakin bertumpuk, dan akhirnya kita sendiri bakal kena batunya. Seperti pepatah bilang, “Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.” Demikian juga dengan korupsi. Nggak mungkin nggak bakal ketahuan. Yang pasti, akibat dari semuanya itu tentu saja harus kita tanggung dan pasti bakal menyusahkan kita.
Misalnya sobat muda dipercaya menjadi bendahara kelas di sekolah. Awalnya gara-gara kelupaan nggak bawa uang jajan, atau memang lagi nggak punya uang buat jajan, akhirnya uang kas kelas pun dipakai. Tadinya alasannya mau pinjam. Tapi enggak pakai bilang-bilang sama-sama teman-teman sekelas (mentang-mentang bendahara, nih...) terus ujung-ujungnya akhirnya malah nggak dikembaliin. Well, akhirnya pas kelas kita butuh sesuatu, uangnya sudah terpakai, dan akhirnya kita sendiri yang kelabakan. Enggak tahu mau di bayar pakai apa. Kalau ortu tahu, sudah pasti kita bakalan dihukum. Repot, kan?
Sama juga kalau kita korupsi waktu. Waktu belajar malah dikorupsi buat main play station. Giliran besok ulangan, akhirnya nggak bisa jawab apa-apa. Hasilnya? Nilai merah di rapor, and then ortu pasti bakalan marah besar. Pendek kata, yang namanya korupsi, baik itu kecil-kecilan maupun besar-besaran sekalipun, tetap nggak ada untungnya. Semuanya itu cuman membawa keburukan buat kita saja.

Berantas tuntas!
Makanya, kita semua pasti setuju banget kalau yang segala macam bentuk korupsi kudu dibabat habis. Harus begitu! Apalagi negara kita punya sejarah yang cukup buruk soal korupsi ini. That’s why korupsi musti diberantas sampai tuntas bahkan sampai ke akar-akarnya. Dan itu harus dilakukan sejak dini, dimulai dari generasi yang paling muda, termasuk kita. Kenapa harus dari generasi muda? ‘Coz generasi inilah yang nantinya bakal jadi penerus bangsa. Bayangin aja kalo sejak masih muda sudah punya bibit korupsi, gimana kelak ketika sudah dewasa dan menjadi pemimpin bangsa? Hmm, enggak, deh! Mendingan berantas tuntas dari sekarang! Setuju!q(gd)          (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2005)

KENAPA SELALU GUE?


        “Ih… sebel deh… Masa semua-semua musti gue yang kerjain. Adik gue mana pernah disuruh-suruh. Kalo dia yang salah, gue yang dimarahin. Semua yang paling bagus, pasti buat dia. Gue pasti Cuma kebagian yang jelek-jelek. Kalau gue protes ke ortu, pasti selalu dibilang, ‘Kamu musti ngalah sama adik.’ Duh… sebel banget deh. Susah memang kalo udah ketemu sama anak kesayangan. Nggak bakalan menang deh…” Pernah punya pengalaman seperti ini? Pastinya sebel dong dibebanin macam-macam sama ortu, sementara kakak or adik kita malah ongkang-ongkang kaki.

Mulai sebel…? Think twice!
        Memang sometimes kita suka ngerasa sebel banget kalau diperlakukan nggak adil gara-gara ada salah satu saudara kita yang jadi anak kesayangannya ortu. Nggak jarang juga, rasa kesal itu pun kian hari kian memuncak. Sepertinya sudah nggak tertahankan lagi en rasa-rasanya pingin meledak. Eit… stop… stop… stop… masih inget ceritanya Yusuf and his brothers? Gara-gara jengkel, kesel plus iri yang udah memuncak dan nggak tertahankan lagi sama si Yusuf yang jadi anak kesayangan ayahnya, saudara-saudaranya Yusuf pun nggak cuma membuangnya ke sumur, bahkan menjualnya sebagai budak di negeri orang asing (Kejadian 37).
      Guys, jangan sampai deh kejadian kayak Yusuf dan saudara-saudaranya. Gara-gara dikuasai ra-sa benci, kesal, iri dan dengki sama saudara kita yang jadi kesayangannya ortu, akhirnya kita pun jadi punya niat jahat pingin mencelakakan saudara kita. Be careful guys! Kalau kita udah dikuasai perasaan seperti ini, it means kita sudah membiarkan diri kita dipengaruhi iblis. Pikir deh baik-baik! Misalnya aja kita merencanakan sesuatu yang buruk sama saudara kita just because rasa benci dan dengki, actually kita sendiri juga yang bakalan susah. Kok bisa? Iya, soalnya  nggak cuma makin memperparah hubungan kita sam saudara kita itu, tapi juga bisa memperburuk hubungan kita dengan ortu. Gimana nggak? Ortu pasti bakalan marah en makin terus menyudutkan kita karena sudah ‘mencelakai’ saudara kita. Bukannya ngilangin masalah, tapi malah nambahin masalah.
        Nggak cuma itu aja, kalau kita menghadapi this problem dengan segala kebencian en kekesalan yang ada, kemerdekaan atas dosa yang sudah kita dapat dari Kristus bakalan disabotase lagi sama mang iib. Kita diperbudak lagi sama dosa, dan yang jelas nggak akan ada damai sejahtera dalam hidup kita, karena kita terus dikuasai keinginan untuk terus berbuat jahat terhadap saudara kita en membalas perlakuan ortu yang menurut kita nggak adil. Kalau kita terus menerus seperti ini en nggak segera bertobat, for a whole life kita nggak bakal menikmati damai sejahtera di dalam Kristus (1 Yohanes 2:11).

Mengalah bukan berarti kalah
        Let’s take a look this. Hal utama yang musti kita lakuin adalah tetap bersabar en mengalah. Positive thinking aja deh. Maybe ortu kita punya alasan tertentu yang yang bikin mereka mungkin sedikit membedakan perlakuan antara kita dengan saudara kita. Nggak selamanya alasan ortu itu selalu negatif. Mungkin aja kan mereka ‘sengaja’ bersikap seperti itu untuk melihat sampai dimana tanggung jawab yang diberikan ortu pada kita. Kalau ternyata kita dirasa masih kurang bertanggung jawab, that’s the reason why our parents always nyuruh-nyuruh kita. Kalau memang alasannya demikian, ya kita kudu sabar en balik ngelihat diri kita sendiri plus memperbaiki diri kalau ternyata kitanya yang salah. Bisa juga karena ortu melihat kalau kita itu bisa dipercaya, so that’s why mereka sering nyuruh-nyuruh kita. Kalo memang ini alasannya, ya kita kudu bangga dong karena berarti kita jadi orang kepercayaannya ortu.
      Next, ya ngalah aja deh. Maybe adik kita masih terlalu kecil buat disuruh-suruh or mungkin aja ortu nganggep saudara kita belum mampu ngelakuin apa yang disuruh ortu, ya kita musti terima. Tapi mengalah bukan berarti kalah lho. Kalau mungkin kita ngerasa alasan ortu kita nggak jelas, then menurut kita saudara kita itu sebenarnya mampu ngelakuin tugas yang diperintahkan ortu, kita bisa ngomong baik-baik dengan ortu. Kemukakan keberatan-keberatan kita juga our opinion. Jangan lupa for asking their reason, kenapa kok kita terus yang disuruh-suruh. Dari keterbukaan inilah masing-masing pihak jadi bisa saling ngerti, en jadi lebih gampang nemuin solusi to solve the problem.
        Nggak cuma itu aja. Sometimes karena ngerasa jadi anak kesayangan, saudara kita itu jadi merasa di atas angin, terus mulai seenaknya. Kalau sudah begini, ya kita musti nasehatin dia dengan baik-baik. Kalau sudah dikasih tahu nggak bisa en kita juga sudah ngomong ke ortu tetap hasilnya nihil ‘coz mereka nggak perduli dengan segala macam keberatan yang sudah kita sampaikan dengan baik-baik, kita musti tetap bersabar en terus berdoa supaya Tuhan buka jalan. Pokoknya jangan sampai deh kita buka celah sedikitpun bagi mang iib untuk menebarkan benih-benih kebencian, iri hati, plus kejengkelan supaya bersarang di hati kita, sehingga kita berbuat dosa. Mungkin bisa saja it takes a long time for us to pray for our parents or saudara kita. It’s okay. Kita musti tetep bersabar en percaya kalau Tuhan pasti akan mengubahkan mereka.
      Guys, seandainya ada diantara kita yang saat ini terlanjur menumbuhkan rasa benci, dengki, dendam and so on, segera bertobat en lakukan pemberesan. Jangan sampai kita jadi ‘mati rasa’, karena terlalu banyak benci dan dendam yang bersarang di hati kita. Biarkan kasih serta damai sejahtera dari Kristus mengalir dan memulihkan hati kita. Okay?q(ica)           (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2005)

Minggu, 31 Juli 2005

“Cemburu Itu Tanda Cinta!”

Saya pencemburu berat, apalagi kalau masih baru jadian. Sama pacar yang lama saja saya sering ribut karena cemburu. Tapi wajar, sih, karena cemburu itu, kan, tandanya saya sayang sama dia, he he, betul nggak?” cerita Ekayanto Suryo, asisten sutradara beberapa acara televisi di Majalah Cita Cinta edisi no. 06/VI 23 Maret – 6 April 2005.
Actually, bener nggak sih cemburu itu tanda cinta seperti yang suka dibilang banyak orang? Well guys, buat kita-kita as the sons of God jelas aja pandangan kayak begini nggak ada bener-benernya. Soalnya udah jelas bertentangan sama apa kata firTu. Firman Tuhan di Amsal 6:34-35 aja bilang, “Karena cemburu adalah geram seorang laki-laki, ia tidak kenal belas kasihan pada hari pembalasan dendam; ia tidak akan mau menerima tebusan suatu pun, dan ia akan tetap bersikeras, betapa banyak pun pemberianmu.” Nah, dari sini sudah ketahuan, kan? Cemburu sama sekali bukan tandanya cinta. Cemburu itu enggak lebih dari salah satu bentuk egoisme, karena rasa ingin memiliki.
Nah, kalau cemburu sama pacar selain kamu sebenarnya enggak percaya sama doski, kamu juga ngerasa doski itu milikmu seorang dan orang lain enggak boleh ada yang gangguin. Ini, kan, namanya egois! Kamu sudah mengklaim seseorang itu jadi milikmu. Padahal, sudah jelas statusnya masih pacar dan kamu belum terikat pernikahan dengan dia. So, sudah pasti kamu enggak punya hak mengklaim doski jadi milik kita, karena dia masih milik orangtuanya dan yang jelas si dia adalah milik Tuhan. Nah, makanya sobat muda jangan sembarangan mengklaim doski sebagai milikmu seorang, ‘coz it means kamu sudah ngerebut dia dari ortunya en dari Tuhan.
Cemburu ternyata juga bahaya, lho. Bahkan bisa membawa dampak yang sangat buruk. Amsal 27:4 katakan, “Panas hati kejam dan murka melanda, tetapi siapa dapat tahan terhadap cemburu?” Kalau sobat muda sering baca surat kabar or nonton berita di televisi, berapa banyak peristiwa pembunuhan dan perkelahian yang terjadi gara-gara masalah cemburu ini?
Kalau sobat muda sungguh-sungguh mengasihi pacar kalian, seharusnya enggak ada kata cemburu dalam kamus cintamu. Ingat, kan, yang firTu katakan, Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” (I Korintus 13:4). Nah, sekarang sudah tahu, kan? So, kalau sudah mulai ngerasa cemburu sama pacar, beware! Jangan-jangan kamu enggak sungguh-sungguh mencintai pacarmu.q(esi)

(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

Kamis, 30 Juni 2005

HAVE I ASKED FOR GOD'S HELP?


“Aduh… pusing, bete, bingung nih… Gimana dong?” Begitu deh yang selalu keluar dari mulut kita, everytime we have a problem. Sepertinya, there’s nothing we can do to solve our problem. Seringkali kita berusaha memecahkan persoalan kita sendiri, sampai jungkir balik en stress segala. Pokoknya semuanya kita pusingin sendiri, dipikirin sendiri. Tapi, pernah nggak sih begitu kena masalah terus… cling… kita tuh otomatis teringat sama our beloved Jesus Christ, and langsung ask His help? Well… mungkin jawabannya kebanyakan nggak-nya kali yah. Kita biasa berusaha sendiri dulu, kalau sudah kepentok banget, baru deh kita datang ke Tuhan. Sepanjang masih bisa di handle sendiri, mana pernah kita mau datang ke our God. So, kesimpulannya Tuhan cuma kebagian yang susah-susah dong?

For Everystep That We Take, Please Ask God

Sebenarnya nggak cuma pas lagi ada masalah saja, tapi dalam setiap perkara mustinya kita always ask God. Hanya saja kita kerap kali menganggap hal itu nggak perlu. Kita baru perlu nanya sama Tuhan untuk hal–hal yang kita anggap serius en penting. Coba deh ingat-ingat lagi. Misalnya saja nih kita lagi bingung, diajak pergi ke pesta ultah teman di diskotik or ikut rapat youth di gereja. Maybe buat kita ini keputusan yang kecil en gampang banget buat kita, so kita ngerasa nggak perlu ask God. But actually, for everystep that we take, mustinya kita memang selalu tanya dulu sama Tuhan, supaya kita nggak salah melangkah, meski itu untuk masalah yang kecil sekalipun. Salah besar deh kalau kita sampai punya pikiran nggak perlu tanya Tuhan untuk urusan yang kecil-kecil.
Sekarang begini deh, kalau misalnya kita nggak ask God dulu, terus kita langsung saja milih datang ke ultah teman di diskotik. Maybe kita mikir, sekali-kali nggak apa-apa deh. But, siapa yang tahu kalau tiba-tiba saja nih, tanpa kita tahu or nggak kita sangka sebelumnya, pesta ultah itu berubah jadi pesta liar yang full narkoba en sex party, then ada penggerebekan dari aparat. Nah, baru menyesal kemudian kan? And it’s too late buat kita untuk menghindarinya.
Om Daud saja nih, meski pengalamannya sudah bejibun, tetap saja untuk urusan yang kecil-kecil, he always asked God. Dia nggak mau salah jalan dalam melangkah en ambil keputusan. “Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.” (Mazmur 86:11), begitu doa Om Daud setiap saat dia mau mulai melangkah. Belajar dari Om Daud, kita mustinya juga mau always ask God for everystep that we take. Bukankah lebih aman kalau kita berjalan menurut jalan-Nya Tuhan en menurut kebenaran-Nya?

Still Waiting

Nah, ini nih yang seringkali susah kita lakuin. Seringkali kita sudah ask God sebelum kita memutuskan suatu hal. Tapi kok Tuhan nggak kunjung ngejawab doa kita, terus kita sendiri sudah nggak sabar lagi untuk ngambil keputusan. Walhasil akhirnya kita buru-buru ngambil keputusan tanpa pertimbangan matang, en nggak pakai nunggu jawaban dari Tuhan. Then, kalau kemudian ternyata keputusan yang kita ambil itu salah, baru deh kita menyesal setengah mati. Terlambat sudah deh…
Guys, kalau kita sudah nanya sama Tuhan, kita musti nunggu sampai Dia menjawab semua doa kita. Jangan terburu-buru ngambil keputusan, sebelum kita tahu jawaban yang pasti dari Tuhan. Kalau nggak, kita bakalan susah sendiri. Kita kudu bersabar en bertekun dalam menantikan jawaban dari Allah. Roma 12:12 bilang, “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Jangan sampai deh kita salah melangkah, hanya gara-gara kita nggak mau bersabar menantikan jawaban dari Tuhan.
Well, kalau kita sudah tahu kebenaran firman Tuhan, mulai sekarang, apapun yang akan kita lakukan, kita musti ask God first. Ask Him, supaya kita berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Then, kalau misalnya Tuhan belum ngejawab doa kita, kudu tetap bersabar en bertekun dalam doa yah, supaya kita nggak ngambil keputusan yang salah di dalam kehidupan kita. OK?q(ica)  

GOSIP…GOSIP…GOSIP…


‘Dimana dua atau tiga cewek berkumpul, disitulah gosip muncul’. Agaknya pameo yang satu ini boleh dibilang hampir 100% benar. Kok bisa? Coba deh, kamu-kamu para cewek, kalo lagi ngumpul bareng, apa yang biasa kalian lakukan? Well…sadar nggak sadar, secara otomatis pasti deh kita langsung ngrumpi. Mulai dari ngrumpiin fashion, musik, trend, film, buku, en yang paling seru buat diomongin tentu aja…cowok. Kebanyakan sih para cewek cenderung lebih banyak ngabisin waktu buat ngegosipin yang jelek-jelek. Nggak salah kemudian cewek selalu diidentikkan dengan gosip. Dimana ada cewek, disitu ada gosip.
Guys, sebenarnya salah nggak sih kalo kita-kita ini ngumpul terus ngegosip? Memang sih, kadang sulit buat kita-kita ini. Kalo udah ketemu sohib cewek kita, pasti keinginan untuk ngobrol plus ngerumpi jadi nggak tertahankan lagi. Kalo lagi ngumpul-ngumpul with our geng, nggak ada masalah sih kalo kita trus pada ngobrol rame-rame. Tapi, kalo terus dilanjutin ngrumpi hal-hal yang cenderung negatif….well, kayaknya kita perlu cerna ulang deh.
Biasanya sih, kalo udah ngerumpi kita cenderung ngomongin sesuatu yang belum tentu benar. Bahkan seringkali kita terjebak untuk ngomongin yang jelek-jelek tentang orang lain. Dari ngomongin gosip paling gress artis tertentu, sampai ngegosipin cowok or cewek paling heboh di sekolah. Mending kita ngomongin yang bagus-bagus. Kebanyakan kita malah suka ngerumpiin keburukan-keburukan alias berita-berita buruk tentang orang lain, plus bumbu-bumbu di sana-sini, jadilah tuh gosip makin asyik. Makin digosok, makin sippp deh…
Kalo ditanya, kenapa sih kalo cewek-cewek ngumpul kok cenderung ngegosip? Banyak orang bilang kalo cewek tuh ditakdirkan punya kelemahan dimulut. Nggak tahan kalo sehari aja nggak cerewet. Tapi apa bener begitu? Nggak juga khan. Banyak juga kok cewek-cewek yang biar ngumpul tapi tetep aja bisa keep her mouth. So, apa dong yang bikin kita hobby banget ngegosip? Hobby ngegosip itu bukan karena takdir. Bisa aja karena kita lagi suka or lagi sebel sama seseorang, trus kita ngegosipin orang itu. Bisa juga karena kita demen banget pingin tahu urusan orang lain or ngiri sama seseorang, trus kita jadi ngerumpiin orang lain. Tapi ada juga lho yang hobby ngegosip karena emang dia susah banget ngendaliin mulutnya, nggak bisa wise untuk ngeluarin omongan-omongan yang lebih berguna. Gimanapun juga, semua kata-kata yang ngalir dari mulut kita, entah itu gosip atau apapun juga, semuanya itu berasal dari hati kita. Apa yang ada dihati kita, itu juga keluar dari mulut kita. Jadi nggak heran kalo rumpian-rumpian yang kita ucapin juga tergantung motivasi hati kita. Kalo apa yang ada di hati kita buruk, motivasi kita jelek, maka mengalirlah gosip-gosip yang nggak benar.
                Beberapa bagian ayat dalam Amsal Salomo mencatat bahwa hanya orang-orang bebal saja yang punya hobby ngegosipin hal-hal yang negatif en nggak berguna sama sekali (baca Amsal 18:7). Bahkan di Amsal juga dibilang kalo kita suka ngegosip yang nggak bener, kita jadi orang-orang yang  nggak berguna en … jahat? (Lihat Amsal 6:12). Kok bisa? Yap. Soalnya, waktu kita ngegosip, kebanyakan kita secara nggak sadar lebih banyak ngomongin yang jelek-jelek daripada yang bagus-bagus, dan itu berarti kita udah ngomong yang nyakitin, yang nggak ada faedahnya sama sekali buat kita, dan kita cenderung jadi jahat karena bukan nggak mungkin kita jadi ngejatuhin orang lain. Bicara soal ngegosip, apalagi ngomongin hal-hal yang nggak bener en negatif, sama aja kita ngeluarin perkataan yang sia-sia. Pengkhotbah 6:11 bilang, makin banyak kita ngeluarin kata-kata, makin banyak kesia-siaan yang kita buat.
So gals, daripada ngegosipin yang nggak benar, yang sia-sia, yang bisa bikin kita jatuh dalam dosa, mendingan kita ngegosipin firTu. Gimanapun juga kita harus waspadai kalo ngegosip itu lebih banyak bawa kita ke hal-hal yang nggak bener  daripada ke yang baik. Untuk menghindarinya, akan jauh lebih bermanfaat kalo kita ngumpul-ngumpul, kita sharing life, diskusi en ngebahas firTu. Yosua 1:8 mengingatkan, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”
Sah-sah aja sebenarnya para cewek ini ngumpul-ngumpul bareng. Cuma yang perlu diperhatikan, gimana supaya kita jadi lebih bijaksana, supaya obrolan-obrolan kita tuh lebih banyak positifnya dan bermanfaat, ketimbang wasting time buat ngegosipin hal-hal yang negatif , nggak bener en nggak yang berguna.q(ika)               (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Juni 2005) 

Rabu, 15 Juni 2005

DOA? KOK SUSAH YA…


“Kadang-kadang aku ngerasa susah banget kalau disuruh saat teduh en berdoa. Selalu ada saja halangannya. Kadang malas, kadang ngantuk, kadang capek, pokoknya macam-macam deh,” cerita Angelina Karamoy, model iklan yang juga bintang sinetron ini. Maybe nggak cuma si cantik Angel yang pernah ngalamin hal ini. Kita pun mungkin juga pernah mengalami hal yang sama. Pingin banget sih bisa rajin berdoa. Tapi gimana ya caranya? 

CHANGE OUR MOTIVATION

           Guys, sebenarnya yang bikin kita susah berdoa tuh karena kita nggak punya motivasi yang benar saat berdoa. Seringkali kita berdoa karena kewajiban, karena rutinitas, or maybe untuk menunjukkan identitas kita sebagai orang kristen. Inilah yang bikin boring terus kita jadi malas berdoa. Kayak handphone or telephone  yang merupakan alat komunikasi kita dengan someone else yang jauh dari jangkauan kita, begitu juga dengan doa. Doa juga merupakan alat komunikasi kita yang paling canggih, dengan Bapa kita di sorga.

          Kalau kita lagi falling in love with someone, atau kita jauh dari ortu, pasti kepinginnya selalu call-ing mereka setiap saat. Bukan cuma telpon karena kita butuh sesuatu saja sama mereka, tetapi karena kita kangen sama mereka. We’re always kepingin ngobrol en melepas rindu sama mereka, juga bercerita segala hal yang kita lakukan, pada orang-orang yang kita kasihi. Kenapa sampai begitu? Itu semua karena kita sangat mengasihi mereka.

Demikian juga kalau kita mengaku sangat mengasihi Allah Bapa kita di surga, tentunya kita akan selalu merasa kangen pada-Nya. Nah, doa adalah sarana yang paling tepat buat kita menumpahkan rasa kangen kita sama Yesus. Nggak cuma berkeluh kesah en minta apa yang jadi kebutuhan kita saja. Lewat doa, kita pun bisa menumpahkan segala uneg-uneg kita, kerinduan kita pada Allah, bahkan kita juga bisa cerita en curhat apa saja pada Allah dengan bebas.

Kalau selama ini kita selalu menganggap bahwa doa itu adalah sebuah rutinitas, berarti selama ini kita nggak sungguh-sungguh mengasihi Allah. Kita cuma menganggap Allah sebagai ‘alat’ untuk mewujudkan keinginan kita. Doa juga bukan cara untuk menunjukkan identitas kita sebagai orang kristen. Lebih dari itu, doa menunjukkan kedekatan our relationship dengan Allah.

Nah, sekarang sudah tahu kan kenapa kita itu jadi malas en ngerasa susah berdoa? That’s why kita musti ngerubah motivasi kita dalam berdoa. Jangan lagi menganggap doa sebagai suatu kewajiban belaka, but kita musti menjadikan doa sebagai sarana buat kita bisa bersekutu dengan Allah setiap waktu. Remember what the Bible say, “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16).

BIKIN KOMITMEN BARU, AND DO IT!

Next step setelah mengubah motivasi kita dalam berdoa, kita musti bikin komitmen baru. Nggak cuma bikin komitmen saja, tapi kudu dilaksanain. Komitmen apa? Ya kita musti punya komitmen untuk mulai menjadikan doa sebagai nafas hidup kita sehari-hari. Doa nggak lagi jadi kebutuhan kita saja, tetapi juga jadi bagian dari hidup. Sesibuk apapun kita, secapek apapun kita, sesulit apapun kendala yang kita hadapi, kita musti selalu berusaha meluangkan waktu untuk berdiam diri, mengambil kesempatan untuk bersekutu dengan Allah di dalam doa. Musti hilangin tuh penyakit malas yang ada dalam diri kita.

Actually, kalau kita sudah punya motivasi yang benar plus komitmen kuat, nggak susah kok buat kita jadi rajin berdoa. Apalagi kalau kita sudah ngerasain manfaat doa dalam kehidupan kita (1 Yohanes 5:14). Wuih… dijamin deh, kita nggak bakal mau lagi malas-malasan berdoa. So, tunggu apa lagi? Change our motivation and our commitment in pray, right now! (gs)




Sabtu, 30 April 2005

Bukan Perempuan Biasa

Bacaan : Amsal 31:10-31
“..., yaitu perem­puan-pe­rempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah;...”  
(1 Petrus 3:5)

“Aduh... susah ya jadi perempuan. Selalu lebih ba­nyak repotnya. Kerja, ngurus anak, suami, rumah, se­mua­nya. Pokoknya nggak enak deh jadi pe­rem­puan...” keluh seorang sahabat suatu hari. Be­nar­kah demikian?
 
Dilahirkan sebagai perempuan sesungguhnya adalah sebuah anugerah yang tidak terkira. Apalagi sebagai pe­­rempuan di dalam Kristus, ia bukanlah sosok perem­puan yang biasa yang hanya bisa berdandan, memasak, dan melahirkan keturunan. Perhatikan! Perem­puan di­ja­di­kan Allah untuk menjadi penolong yang sepa­dan de­ng­an suaminya (Kejadian 2:20-23). Ini berarti Allah men­­cip­takan perempuan bukan untuk sekedar menjadi kon­co wingking belaka, tetapi ia sejajar dengan pria, men­dampingi pria untuk menjadi penolong dan penopangnya.
 
Tak hanya itu! Perempuan yang takut akan Allah bu­­kan­lah perempuan biasa. Kecantikan lahiriah bukan men­­­jadi hal yang paling utama bagi dirinya. Yang teruta­ma da­lam hidupnya adalah melakukan kehendak Allah. De­ngan sabar dan kasih setia, ia akan bertang­gungjawab terha­dap seluruh isi rumah tangganya, ter­ma­­­suk suami dan a­nak-anaknya, terlebih lagi terhadap Al­lah. Nah, ba­gai­ma­na dengan Anda, para perempuan Kris­ten?

Warning!
Jika hari ini ada di antara kita, para perempuan Kris­ten yang masih sering mengeluh dan tidak men­syukuri keberadaannya sebagai seorang pe­rempuan, segera bertobat! Ingat! Kita dijadikan Allah bukan untuk dijadikan obyek pelengkap penderita, melainkan kita diciptakan Allah untuk melakukan tugas panggilan-Nya, memenuhi rencana Allah dalam hidup kita yaitu untuk menjadi penolong yang sepadan bagi pria.(ika)

(Telah dimuat di Renungan Harian Daily Warning!)     

Dimurnikan Allah

Bacaan : Yesaya 48:10-11
“Sebab Engkau telah me­nguji kami, ya Allah, te­lah memurnikan kami, 
seperti orang memurni­kan perak.”(Mazmur 66:10)


Peristiwa itu terjadi saat saya masih kuliah dan me­ne­rima tanggung jawab sebagai ketua bidang persekutuan di gereja. Bulan-bulan awal saya menerima tanggung ja­wab itu, saya diper­ha­dapkan dengan satu orang ang­go­ta yang cukup ‘sulit’. Saking sulitnya orang ini, membuat saya hampir me­nye­rah dan memutuskan untuk me­ning­galkan tanggung jawab itu. Namun seorang teman me­ng­ingatkan saya, betapa ke­ha­­diran si orang sulit ini se­sungguhnya justru ‘mengun­tung­kan’ saya. Saya bingung. Apa maksudnya? Lalu teman saya berkata, “Karena lewat dia, Allah sekarang  sedang memurnikan kamu.”
 
Delapan tahun sesudahnya. Saya menerima tang­gung jawab baru dalam pekerjaan. Saya diper­ca­ya untuk menjadi pimpinan. Kembali saya berte­mu dengan tan­tang­an yang jauh lebih besar. Kali ini bukan hanya satu orang, tapi hampir semua orang di tim saya. Se­kali la­gi saya nyaris putus asa. Namun Allah kembali meng­ing­at­kan saya, bahwa ini adalah proses pemurnian yang ha­rus saya jalani. Tidak hanya untuk membentuk ka­rakter sa­ya, tetapi juga bagaimana saya mempertang­gung­jawabkan apa yang sudah diberikan Allah kepada saya, agar kemuliaan-Nya nyata untuk selama-lamanya. 

Warning!
Tak cukup satu dua kali saja Allah memurnikan kita, melainkan Ia akan terus menerus memurni­kan kita sampai hidup kita sungguh-sungguh berkenan dihadapan Allah. Ia membiarkan kita menempuh api dan air, tetapi Ia juga membebas­kan kita (Mazmur 66:12), hanya untuk satu tujuan yaitu supaya kita menjadi saksi Kristus yang tangguh dan tahan uji. Sekarang, siapkah kita untuk dimurnikan oleh Allah terus menerus?(ika)

(Telah dimuat di Renungan Harian Daily Warning!)

Kamis, 31 Maret 2005

“Hari Gini Nggak Punya Handphone???”

Sering nonton tv, kan? Pasti udah nggak asing lagi, dong, sama slogan iklan salah satu operator selular ini? Sepintas memang kelihatannya biasa saja. But actually, sadar nggak sih kalo kamu-kamu lagi dibawa menuju gaya hidup konsumerisme? Coba deh simak. Di iklan tersebut diceritain ada seorang cowok yang bingung en kelihatan culun plus ketinggalan zaman gara-gara nggak punya handphone, sementara orang-orang di sekelilingnya sudah punya HP semua. So, what’s wrong, man? Terus kenapa gitu lho kalo nggak punya HP?
Guys, seringkali kita tuh suka nggak sadar kalo pas we buy something, kita nggak mikir kalo apa yang kita beli itu bukan karena kita reallly need it, but semuanya lebih karena demi gengsi. Just like handphone, for example.Banyak young people like us yang akhirnya kemakan iklan ini, akhirnya ‘maksa’ beli handphone bukan karena benar-benar butuh HP, tetapi lebih karena gengsi, biar dianggap gaul, en nggak malu sama teman-teman yang udah pada punya HP semua. Seolah-olah, kalo kita nggak punya HP, kita tuh nggak ada artinya. Nah, t’rus ntar kalo kita udah punya HP, sekali lagi kita akan dianggap nggak berharga, just because HP yang kita punya tuh bukan termasuk HP warna en berkamera. Tapi, apa benar kalo nggak punya HP tuh t’rus bikin hidup kita nggak berharga en nggak ada artinya?
Rajawali readers, actually hidup kita tuh sama sekali nggak ditentuin sama barang-barang apa yang kita punya. Kita berharga, kita punya nilai,  bukan karena kita punya HP atau enggak. Kita berharga karena Allah mengasihi kita. Ingat nggak firTu di Yesaya 43:4a, “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau.” Nggak cuman itu aja, kita tuh dibilang berharga dan punya nilai, ketika kita melakukan sesuatu yang berguna bagi orang-orang di sekeliling kita. Sekarang nih, apa gunanya punya HP paling canggih sekalipun, tapi kita nggak bisa memanfaatkan talenta yang kita punya supaya jadi usefull bagi orang lain? Nah, daripada mengejar sesuatu hanya demi gengsi yang cuma bikin kita merasa puas sesaat, better for us mengejar sesuatu yang lebih berguna, dan semuanya itu hanya bisa didapatkan ketika kita mau melakukan apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan kita (baca Roma 14:19).
Tapi, bukan berarti kita terus dilarang punya HP loh… It’s not like that!  Hanya saja sometimes yang namanya anak muda kayak kita-kita ini nih, suka nggak tahan sama yang namanya everything yang berhubungan dengan dunia gaul. Include sama barang yang judulnya HP ini. Hayo… ngaku aja deh… berapa banyak di antara kita yang dengan sengaja beli HP karena memang benar-benar membutuhkannya, atau karena memang beli buat gengsi en gaul? Kalo pada mau jujur nih, pasti banyak di antara kita yang beli HP demi kepentingan gaul en gaya. Iya nggak? Nah… yang kayak begini ini, nih, yang nggak didemenin sama our Father in heaven.
Rajawali reader’s, masih ingat nggak firman Tuhan yang bilang: “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (1 Korintus 10:23). Hmm… sekarang udah ngerti, kan, maksudnya? It means, Allah ingin kita semua belajar, untuk apapun juga, dalam segala sesuatu,  kita harus berpikir masak-masak, apakah yang kita lakukan itu benar-benar berguna buat kita atau enggak. Nggak cuman soal HP aja loh, tapi juga hal-hal lainnya. Allah mau kita semua belajar untuk menjadi bijak. Kalo memang kita belum memerlukan HP, ngapain juga kita memaksakan diri membeli HP, cuman supaya dibilang gaul? Apalagi kalo kita membelinya nggak pakai ngitung-ngitung lagi doku yang kita punya. Nggak sedikit lho anak muda yang ‘rela’ nggak bayar SPP demi bisa punya HP. Hmmm… kalo sudah begini, nggak cuman nyusahin ortu, kita sendiri juga susah karena bisa-bisa nggak ikut ujian gara-gara belum bayar SPP. Udah gitu, so pasti Allah bakalan sangat terluka dengan apa yang kita lakukan.
Well, mulai sekarang belajar untuk think twice en jadi bijak sebelum kita memutuskan membeli ataupun melakukan sesuatu. Pikir baik-baik, apakah itu sungguh-sungguh berguna dan sangat kita perlukan atau tidak. Never buru-buru asal beli atau mutusin sesuatu hanya karena tergiur iklan ataupun promosi dari teman-teman se-gank yang udah pada sibuk ngomporin kita. Kalo perlu, kita bisa ask God’s help supaya kita nggak ngambil keputusan yang salah, yang bisa bikin kita menyesal apalagi sampai bikin Dia terluka. Remember yang dibilang di Amsal 14:15, “Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.” Nah, gimana? Nggak susah, kan?q(yth)


(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

Rabu, 30 Maret 2005

Bermuka Dua

Bacaan : Yesaya 33:15-16
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tu­an. Karena jika demiki­an, 
ia akan membenci yang seorang dan meng­a­sihi yang lain...“(Matius 6:24)

Dalam sejarah kerajaan Inggris,  raja Arthur dikenal sebagai ksatria yang gagah berani dan selalu membela kebe­naran serta keadilan. Suatu saat ia berani menen­tang  pe­merintahan uskup Inggris saat itu, karena dinilai telah melenceng dari Firman Allah dan malah menyengsa­rakan rakyatnya. Ia berjuang bersama ksatria-ksatria lainnya,  untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
 
Ada banyak di antara kita yang hari-hari ini ternyata lebih suka menyembunyikan kebenaran. Takut dianggap sok suci, dan bahkan banyak yang takut mengungkap ke­benaran karena ingin tetap berada dalam posisi dan situasi yang ‘aman’. Takut malah dicopot jabatannya, takut malah dihujat orang. Akibatnya, kita menyerah di tangan Iblis, membiarkan diri kita dijadikan tawanannya, men­jadi si pembohong yang suka menyembunyikan ke­sa­lah­an.
 
Firman Allah hari ini mengingatkan kita untuk berani berkata dan berbuat benar seturut dengan firman-Nya. Mungkin, kita berpikir kebenaran itu nisbi. Namun firman Allah katakan dengan jelas, jika kita tidak menyatakan ke­benaran, maka maut telah menanti kita (baca: Amsal 12:19).

Warning!
Kejujuran rkadang menyakitkan, terutama bila itu menyangkut kebenaran. Namun Allah me­nun­­tut kita untuk senantiasa menyuara­kan kebe­naran. Ia mau kita tidak hanya berkata benar, tetapi juga bertindak benar seturut kehen­dak Allah. Jangan biarkan Iblis menipu kita deng­an dalih supaya posisi kita tidak terancam dan ter­bebas dari segala cemooh. Ingat! Ketika kita siap mengikut Kristus, kita juga harus siap memi­kul salib-Nya. (yth)


(Telah dimuat di Renungan Harian Daily Warning!)

MEMAAFKAN DIRI SENDIRI

Bacaan : 1 Yohanes 3:19-20
“sebab jika kita dituduh o­leh­nya, Allah adalah le­bih besar dari pada hati k­i­ta 
serta mengetahui se­ga­la sesuatu.” (1 Yohanes 3:20)

Suatu hari, Amelia yang sedang memboncengkan Erly, sahabatnya, mendapat kecelakaan. Motor yang me­­reka kendarai, mendadak ditrabrak truk yang so­pir­nya mabuk. Er­ly tewas seketika. Peristiwa ini terus mem­be­kas di hati Amelia. Ia selalu merasa bersalah, karena dirinya yang memboncengkan Erly. Bahkan, sampai-sampai Amelia tidak mampu mema­afkan dirinya sendiri.

Saudara, mungkin ada banyak hal dalam hidup ini yang membuat kita seringkali merasa bersalah, bahkan cen­derung menyalahkan diri sendiri. Tak he­ran kalau lan­tas kita tak mampu memaafkan diri sendiri atas perbu­atan kita di masa lam­pau. Karena tak segera melakukan pemberesan, akibatnya, langkah kita ke depan pun jadi terhambat.

Jika kita tahu Allah adalah pribadi yang telah rela memberikan pengampunan untuk segala kesalahan kita, seharusnya kita pun dapat mengampuni diri kita sendiri. Jangan biarkan Iblis meracuni kita dengan rasa bersalah yang tidak perlu. Karena semuanya itu hanya akan meng­hambat langkah kita dalam menggenapi rencana Allah atas hidup kita.

Warning!
Jangan biarkan Iblis terus memanipulasi agar kita terus dibelenggu perasaan bersalah atas perbuatan kita di masa lalu. Ingat! Jika kita se­mua sudah mengaku dosa kita di hadapan Allah, maka Ia yang setia dan adil akan mengampuni dan menyucikan kita (1 Yohanes 1:9). Saatnya bagi kita untuk bangkit, melupakan yang telah lalu, agar kita dapat maju ke depan untuk menggenapi rencana Allah dalam hidup kita. (ica)


(Telah dimuat di Renungan Harian Daily Warning!)