Senin, 31 Mei 2004

REJOZ ‘THE GROOVE’ : MENGANDALKAN DOA DAN CLUE DARI TUHAN








Postur tubuh yang gedhe en tampang kayak gangster-nya Amrik, sepintas memang bikin keder. Tapi siapa sangka, dibalik wajah yang kelihatan sangar itu, tersimpan hati yang lembut yang pingin selalu memuji dan memuliakan Tuhan setiap waktu, dan... satu lagi... doski ternyata orangnya asyik en kocak banget. Dialah Reza Jozef Patty yang lebih akrab disapa Rejoz. Salah satu personel kelompok musik The Groove yang hobby menggambar ini, ternyata juga termasuk dalam jajaran maestronya perkusi di tanah air.

Nggak pernah kursus perkusi
Dari dulu tuh sebenarnya aku lebih senang nyanyi. Makanya, waktu SMA aku ikutan vocal group. Di The Groove, aku juga nggak cuman main perkusi aja, tapi nyanyi juga lho. Kebetulan pas di SMA juga, aku ikutan eskul marching band.  Aku juga sempat gabung di marching band  BPI  Bandung sejak tahun 1991–1994. Nah... pas di marching band itulah aku ngelihat ada sebuah alat yang dinamakan perkusi. Sejak itulah aku tertarik sama alat yang namanya perkusi. Padahal sebelumnya aku pernah kursus piano, dan yah... lumayan bisa lah kalo main piano.
Sejak tertarik sama perkusi, aku kemudian belajar otodidak soal perkusi. Nggak pernah kursus secara khusus. Aku lebih banyak cari sendiri, terus ketemu sama senior-senior dan banyak nanya sama mereka. Aku pinginnya sih bisa sekolah formal untuk mendalami perkusi. Pingin banget. Cuma waktunya belum ada. Terus di Indonesia sendiri juga belum ada sekolah formalnya untuk perkusi. Kalau mau bagus, biasanya gurunya harus privat, dan itu waktunya nggak menentu. Jadi, masih harus disiapin khusus lah kalau mau sekolah formalnya perkusi. Cita-citaku sih pinginnya ngajar perkusi untuk anak kecil. Bikin sekolah perkusi, tapi khusus untuk anak-anak kecil, yah kira-kira umur sepuluh tahun ke bawah gitu, aduh... seneng banget... pingin banget...

Memuliakan Tuhan lewat musik
Sebelum aku gabung dengan The Groove,  aku sempat gabung di beberapa grup musik seperti Yellow Badge, Roomotion, V.O.A, Fortissimo, dan Odyssey. Sejak aku bisa memainkan alat musik, aku selalu punya visi untuk melayani Tuhan di setiap kesempatan bermain musik. Aku sadar, semua kemampuanku ini datangnya dari Dia, makanya musti balik ke Dia lagi.
That’s why, di sela-sela kesibukanku bareng The Groove yang lagi nyiapin album ke empat, aku masih aktif pelayanan, gabung bareng Glorify The Lord Ensemble. Sekarang ini aku lagi nyiapin album rohani bareng Glorify The Lord Ensemble. Terus, aku juga lagi nyiapin album bareng keluarga Saba (Kuartet Martin, Carlo, Denny, dan Ivan Saba). Pokoknya sekarang ini aku lagi fokusin diri di musik, dan aku pingin terus bisa memuliakan Tuhan lewat musik seumur hidupku.

Bapa yang menggantikan
         Aku lahir di Bandung, 14 Oktober 1975, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan E. J Patty dan Sulianti Kemalasuri Patty. Kalo nggak salah pas aku umur 23 tahun, aku masih kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITENAS Bandung, aku kehilangan papa yang sangat kucintai. Begitu papa meninggal dunia, otomatis aku ngerasa kehilangan banget. Tapi di saat itulah aku bisa ngerasain kalau  Tuhan itu baik banget. Itu pengalamanku yang paling luar biasa bersama Dia. Aku tahu kalau aku punya Bapa yang so amazing. Dia menggantikan kekosongan yang aku rasa karena kehilangan papa. Dia selalu jadi kepala rumah tanggaku di rumah.
          Tahu nggak kejutan terbesar yang aku dapat dari Tuhan, sebagai penghiburan dari-Nya  setelah kepergian papa? Dia kasih aku kado album barengan The Groove, setahun berikutnya setelah papa meninggal. Buat aku pribadi, sebenarnya sayang banget papa nggak sempat ngelihat semua yang aku raih ini, tapi aku yakin... papa pasti tahu.

Jomblo? Asyik aja tuh...
Pengalaman aku sendiri waktu ngejomblo sih aku anggap seneng-seneng aja. Kalau jomblo justru kan tidak ada ikatan, have fun aja lah. Artinya ya tetap have fun yang terarah ya. Maksudnya ya bukan terus jadi cari banyak cewek, ya nggak... bukan begitu.  Artinya ya dinikmati lah masa jomblo itu. Kadang-kadang justru ada orang yang sudah punya pasangan, malah kepingin ngejomblo. Banyak juga yang suka kayak gitu lah.
Kalo anak-anak muda cari pasangan sembarangan, aku jelas nggak setuju. Ya itu lah, pacaran kan sebenarnya tempat saling mengenal satu sama lain yang memang harus dijalanin. Kalaupun memang lama pun ataupun sebentar, tergantung proses itu bisa dilaluinnya gimana.  Kadang  kan ada yang ngelaluinnya lama, baru bisa marriage. Artinya, kalau buat aku sih segala sesuatunya pastikan kita berdoa dulu, untuk apapun juga termasuk soal pasangan hidup. Aku yakin, pasti Roh Kudus akan nunjukin yang terbaik untuk kita. Pokoknya, Tuhan pasti akan kasih clue deh... Sekarang, tinggal kita sendiri gimana? Mau ikut jalannya Tuhan, atau mau sesuka hati kita? Itu tergantung dari diri kita sendiri.(ika)


(Telah dimuat di majalah Rajawali)



DENNY SABA : Tuhan Itu Dahsyat Banget

 
Siapa sih yang nggak kenal sama lagu-lagu ‘Inikah Cinta’, ‘Kasih Putih’, ‘Hanya Dirimu’, yang sempat ngetop beberapa waktu lalu lewat tarikan vokal kelompok musik ME dan duo Denny-Didan. Nggak salah lagi, semuanya itu lahir berkat tangan dingin Daniel Adriano Saba yang akrab dipanggil Denny Saba, mantan anggota ME dan sekarang masih eksis berduet dengan Didan. Lama tak kedengaran kabarnya usai menelurkan album perdana  Denny-Didan yang bertajuk ‘Karunia’, kini cowok kelahiran Bandung, 20 September 1971 ini lagi nyiapin album kedua Denny-Didan yang bakalan di launch tahun depan. Want to know him more? Check this out...

Sejak kecil aku sudah nyanyi...
Dari kecil tuh aku dan saudara-saudaraku (Martin Saba, Carlo Saba, dan Ivan Saba, red) sudah mulai nyanyi. Kebetulan papaku memang pelatih paduan suara dan vokal grup. Jadi kita tuh sering nyanyi bertiga atau berempat gitu, kalau nggak di gereja ya di sekolah. Cuma waktu itu nyanyi belum jadi mata pencaharian atau profesional buatku. Aku benar-benar mulai nyanyi secara profesional tahun 1992. Waktu itu pertama kalinya aku masuk kelompok vokal ME dan mulai rekaman album bersama mereka. Sejak itulah nyanyi mulai jadi pekerjaan sampai sekarang ini.
Setelah keluar dari ME, aku bikin duet album Denny dan Didan. Kebetulan kita sekarang sedang proses untuk buat album. Rencananya tahun ini kita mulai kerja, dan kemungkinan keluarnya baru tahun depan. Kalau untuk album rohani sebenarnya sudah jadi, bareng Rejoz The Groove, Ivan Saba, sama Franky Sihombing. Pokoknya tinggal nunggu keluar aja. Untuk proyek solo rohani maupun sekuler aku belum kepikiran. Kegiatan lainnya ya sekarang ini aku juga lagi fokus di Glorify The Lord Ensemble (kelompok paduan suara yang digawangi keluarga Saba, red).

He is so amazing for me...
Wah... berkesan banget... ajaib banget. Pokoknya susah deh diungkapin dengan kata-kata. Dulu sebelum aku bertobat, aku tuh bandelnya minta ampun. Sampai akhirnya begitu aku bertobat dan memutuskan untuk ikut Tuhan, baru aku ngeliat ke belakang, ternyata Tuhan itu baik banget. Ternyata Dia itu ngejagain aku banget. Aku dulu nakal sampai nakal banget, tapi nggak sampai terjatuh begitu dalam. Aku percaya itu semua karena penjagaan Tuhan. Pokoknya aku dijaga banget deh sama Tuhan.
Terus, dulu tuh aku punya harapan kalau nikah mau gimana segala macem. Begitu aku nikah tahun kemarin (doski marriage dengan Irine Usmany bulan Juli 2003, red), aku ngobrol berdua sama isteriku, disitu kita baru lihat segala yang kita harapkan, semuanya Tuhan kasih. Mulai dari nikahnya itu mau yang kayak gimana,  udah gitu tiba-tiba Tuhan kasih rumah, pokoknya semuanya itu kalau kita pikir-pikir itu wah... Tuhan itu dahsyat banget. Semua itu disediain sama Tuhan. Tapi kita sampai sekarang ini percaya banget itu semua karena kebaikan Tuhan.

Keluarga dan teman itu penting banget buatku...
Karena keluarga tuh yang sudah bawa aku untuk dekat en kenal sama Tuhan. Itu semua karena keluarga yang berperan, terutama ortu (doski lahir dari pasangan Daud P. M Saba dan Octaviana C. Lulu Udju Edo, red). Aku banyak dipulihkan Tuhan melalui keluargaku. Tadinya kita berempat, kakak beradik yang nggak pernah rukun. Semuanya cuma perduli sama kepentingan masing-masing saja. Sampai akhirnya masing-masing dari kita itu dipulihin oleh Tuhan, masing-masing dari kita bisa berdoa, minta ampun, dan bisa bergandengan tangan, itu semua kita dapat di dalam keluarga. Aku percaya, saat keluarga kita dipulihkan, kita pun bisa jadi berkat buat orang lain.
Buat aku pribadi, sahabat juga penting banget. Sahabat tuh tempat di mana kita bisa bagi hidup, di mana kita bisa jadi teladan, kita bisa juga jadi terang, semuanya itu bisa kita lakukan bersama sahabat, bersama orang-orang yang dekat sama kita. Pokoknya keluarga dan sahabat itu sangat berarti sekali di dalam kehidupanku.

Kita sangat berharga di hadapan Tuhan...
Aku sedih banget ngeliat banyak anak-anak muda yang bunuh diri, cuma gara-gara putus cinta, stress, en banyak masalah. Buatku, mereka tuh ngambil keputusan nekad seperti itu, karena mereka belum ngedapetin kasih Tuhan yang sesungguhnya. Maksudnya, mereka nggak tahu nilai mereka itu seberapa. Kalau mereka tahu nilai mereka itu sebesar apa, mereka nggak mungkin sia-siain hidup mereka begitu.
Waktu retreat kemarin aku dapet sesuatu yang penting banget en selalu kuingat. Pas hamba Tuhan-nya bagiin firman Tuhan tentang nilai, dia share tentang nilai kita itu seberapa besarnya di mata Tuhan. Dia kasih gambaran seperti yang kita lihat di film Passion of The Christ. Mulai dari Tuhan Yesus yang dicambuk sampai berdarah-darah, bilur-bilurnya yang memilukan dan sebagainya. Nah, nilai kita itu sebesar nyawa Tuhan yang dikasih buat kita. Berarti nilai kita itu benar-benar besar dan itu musti benar-benar kita jaga. Hidup kita itu musti jadi bait Allah, musti benar-benar jadi kemuliaan bagi Tuhan. Begitu aku diingetin soal nilai aku ini, aku tuh langsung mikir... wah... gila ya... Tuhan itu baik banget, sampai mau nebus kita yang nggak ada apa-apanya sama nyawa-Nya sendiri. Itu dahsyat banget.
Guys, bener banget yang dibilang Denny, yang juga jemaat Gereja Rumah Komunitas Bandung ini. Kalau kita tahu bahwa kita tuh berharga banget di mata Tuhan, kita musti jaga hidup kita dengan baik, and never sia-siain hidup kita. Okay?(esi)


(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

TERUS TERANG, TERANG TERUS

Bacaan : Matius 5:13–16
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
(Matius 5:16)

Baru aja bertobat en dibabtis, yang namanya penginjilan en kerinduan untuk jadi terang bagi orang-orang di sekeliling kita, so pasti menggebu-gebu. Maunya sih menginjili orang melulu. Yang ada di kepala kita adalah pingin menyenangkan hati Tuhan dengan terus melayani Dia. Setiap hari nongkrong di gereja, aktif di berbagai pelayanan dari sekolah minggu, remaja, pemuda, jadi song leader, worship leader, de el el. Pokoknya semuanya diikuti sepanjang itu judulnya pelayanan.
Nah, giliran sudah di rumah, pas ortu minta tolong untuk nganterin sesuatu yang penting, kitanya ogah dengan alasan, “Capek ah. Kan aku baru pulang dari gereja. Tadi sibuk banget di gereja.” Tiba-tiba aja handphone berbunyi, en kita diminta balik ke gereja untuk bantuin acara bakti sosial. Nggak pake acara ba bi bu lagi, langsung aja kita berangkat. Ortu mulai ngeluh, “Katanya bertobat, tapi kok yang diperduliin cuma pelayanan gereja aja, ortu bahkan dilupain.”
Seringkali kita mengira kalo yang namanya pelayanan itu musti di gereja aja. Ini jelas-jelas nggak benar. Padahal yang namanya pelayanan itu bisa di mana aja dan dalam wujud apa aja. Kadang-kadang Tuhan juga menyuruh kita untuk melayani ortu lho. Ketika Tuhan menyuruh kita untuk melakukannya, ya kita harus mentaatinya. Apa gunanya kita aktif pelayanan di gereja, ternyata dengan ortu kita sendiri, kita nggak mau melayani mereka. Ini sama aja kita jadi batu sandungan. Nah, kalo sudah begini, gimana bisa kita jadi terang buat sekeliling kita?
Sobat muda, kalau kita ingin terus menjadi terang yang selalu terang terus, mulai sekarang rubah pola pikir kita yang sempit tentang melayani Tuhan. Ingat bahwa pelayanan nggak terbatas di gereja saja. Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk melayani siapapun itu, baik itu ortu, saudara, teman, bahkan orang yang memusuhi kita sekalipun, kita harus mau melakukannya. Dengan demikian, orang-orang disekeliling kita sungguh-sunguh bisa melihat terang Kristus yang menerangi kita, akan menerangi mereka juga.(esi)

(Telah dimuat di Renungan Harian Rajawali)

BUNUH DIRI

Bacaan : Yesaya 43:1-7
“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,…”
(Yesaya 43:4)

Seorang pria tewas gantung diri di rumahnya sendiri. Yang mengenaskan lagi, seorang gadis, guru sekolah minggu, bunuh diri dengan menenggak racun serangga, setelah diputuskan cintanya oleh sang pacar. Hanya karena putus cinta, banyak anak muda melakukan tindakan konyol dan ambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Merasa dirinya nggak berarti lagi, merasa nggak berharga, merasa nggak dicintai, merasa nggak ada lagi yang perduli, itulah yang bikin mereka mutusin untuk bunuh diri.
Sobat muda, seringkali kita nggak sadar betapa berharganya kita di mata Tuhan, kita gampang menyia-nyiakan hidup begitu saja. Banyak anak-anak muda yang hidup dalam keterikatan narkoba, free sex, malas sekolah, dan bahkan menghabisi nyawanya sendiri. Mereka nggak sadar, sesungguhnya ada banyak hal yang bisa mereka lakukan dalam hidup ini. Sayangnya, mereka nggak berusaha mencari dan menemukan apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup mereka.
Sesungguhnya sebelum kita dilahirkan, bahkan sebelum our mommy mengandung kita, Allah sudah punya rencana-rencana terbaik untuk hidup kita (Yeremia 1:5). That’s why kita musti cari tahu, apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita. Kalau kita tahu kehendak Tuhan dalam hidup ini, so pasti kita nggak bakal mau sia-siain hidup. Apalagi menjelang akhir zaman ini, Allah sudah memperingatkan, “supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah (1 Petrus 4:2). Dia nggak mau hidup kita jadi sia-sia, karena kita sangat berharga di mata-Nya.
Everyone diciptakan untuk menjadi manusia yang berguna. Allah mau hidup kita berguna bagi-Nya, bagi keluarga, bagi orang-orang di sekeliling kita, bagi bangsa ini. Ia mau hidup kita jadi berkat bagi banyak orang. Jangan cuma karena masalah putus cinta saja, dunia seolah kiamat. Ingat! Kita sangat berharga dan dikasihi Allah. We’re still young, perjalanan kita masih panjang, dan masih ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat hidup kita lebih berarti, berguna, dan menyenangkan Tuhan. Jadi, jangan pernah sia-siakan hidupmu!(esi)

(Telah dimuat di Renungan Harian Rajawali)