Kamis, 30 Juni 2011

AM I A GOOD FRIEND?

“Kalo lo bener-bener temen gue, lo pasti bakal bantuin gue. Apapun yang gue mau, lo kudu nurutin…” Hmm… mentang-mentang sahabat baik, temen baik, sohib satu geng, terkadang kita bisa ngelakuin segala cara demi solidaritas persahabatan. Nggak perduli kalau sebenarnya apa yang dilakukan itu salah. Kalau sudah begini apa iya kita masih bisa disebut dengan sahabat yang baik?

Mendukung segalanya?
Namanya sahabat, tentu saja harus kita dukung terus. Dalam suka dan duka, sahabat yang baik seharusnya selalu ada di sampingnya. Tapi kalau sahabat kita melakukan sesuatu yang salah dan mengajak kita untuk berbuat salah juga, apakah kita juga harus mengikutinya? O… o… o… kalau begitu  tunggu dulu. Namanya sahabat memang seharusnya selalu ada saat suka dan duka. Tapi kalau sahabat kita berbuat salah, sebagai sahabat yang baik sudah selayaknya kita menegurnya untuk kembali ke jalan yang benar, dan bukan malah ikut-ikutan makin menjerumuskannya dalam kesalahan yang lebih besar.
Sobat muda, ketika kita mendukung sahabat kita untuk masuk dalam kesalahan yang dibuatnya, bukan hanya kita makin menjerumuskannya ke dalam kesalahan yang lebih besar, tetapi kita sendiri juga jadi turut bersalah. Hasilnya, kesalahan bertumpuk itu justru kitalah yang menjadi penyebabnya. Mengapa? Sebab sudah tahu kalau sahabat kita bersalah, masih saja kita mendukung kesalahan itu.

Are you a good friend enough?
Well guys, seperti yang dibilang Amsal 17:17, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Kalau benar kita adalah sahabat yang baik dan sangat mengasihi sahabat kita, sudah sepantasnya kita menegurnya jika mereka berbuat salah. Masalahnya, apa kita sudah menjadi sahabat yang baik selama ini?
Mungkin yang sering terjadi, kita takut dianggap tidak setia kawan dan mengkhianati sahabat kita, sehingga kita membiarkan dan malah turut mendukung kesalahan mereka. Jangan pernah takut dicap sebagai sahabat yang tidak setia, hanya karena kita tidak mau ikut-ikutan dalam kesalahan yang diperbuatnya. Namun yang sudah menjadi kewajiban kita adalah menegur mereka dan membawanya kembali ke jalan yang benar. Dengan demikian kita baru bisa sungguh-sungguh disebut seorang sahabat yang baik baik teman kita.q(ika)   (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Juni 2011)

KALAU NARSIS JANGAN PORNO

Heboh video porno sejumlah artis yang marak belakangan ini ternyata juga dibarengi dengan beredarnya  video-video porno yang lain dengan bintang anak-anak muda yang masih duduk di bangku SMP hingga kuliah. Well, tentu saja ini bikin miris, yah. Akhir-akhir ini banyak sobat muda yang ceritanya kepingin eksis di dunia maya, tapi yang ada malah jatuh ke dalam pornografi. Awalnya mungkin iseng-iseng belaka. Tapi mereka sama sekali nggak sadar kalo ternyata keisengan itu justru berbuah petaka yang bisa menghancurkan hidup mereka.

Gara-gara narsis
Punya situs pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan sejenisnya memang membuat kita cenderung punya keinginan untuk memamerkan diri sendiri juga keseharian kita di dunia maya. Kita ingin semua orang tahu apa yang kita lakukan, seperti apa kita, dan apa yang kita inginkan. Kita senang jika orang lain memperhatikan dan mengomentari kita. Walhasil, tanpa disadari kita pun mulai jadi narsis, alias mulai senang mengagumi atau melebih-lebihkan diri sendiri.
Sepanjang perilaku narsis ini nggak ngerugiin diri sendiri dan orang lain, tapi malah menjadi media untuk menyalurkan bakat, seperti misalnya bakat modeling, fotografi, grafis dan sebagainya, it’s okay. Tapi gimana, ya, kalau sudah menjurus ke arah pornografi? Jelas-jelas ini sudah nggak benar sama sekali. Namun, terkadang ketika sudah tahu bahwa ini nggak benar, banyak sobat muda yang nekad untuk membuat foto-foto atau video yang berbau pornografi.  “Ini, kan, hidup gue. Suka-suka gue, dong, mau ngapain aja. Bukan urusan lo juga…”  begitu alasan yang sering terlontar ketika ditegur.

Be careful
Sobat muda, sudah saatnya kita belajar untuk berhati-hati dan tidak bersikap semau gue. Kita pun harus mulai belajar untuk berpikir masak-masak sebelum melakukan sesuatu. Begitu pula ketika kita akan membuat foto atau video, apalagi mempostingnya di dunia maya. Jangan sampai kita tergiur untuk membuat pose-pose seksi hanya untuk popularitas semu.
Ingat, lho, kita sudah ditebus oleh Allah dari cara hidup kita yang sia-sia (1 Petrus 1 : 18). Sebab itu, jangan pernah menyia-nyiakan hidup kita dengan melakukan hal-hal yang tidak berkenan dihadapan Allah. Jangan sampai kita lagi-lagi menyalibkan Kristus dan mendukakan hatiNya dengan melakukan tindakan-tindakan bodoh, yang justru nanti hanya akan merugikan kita sendiri di kemudian hari.q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Juni 2011)