Kamis, 16 Agustus 2012

THINK SMART TO CHOOSE MEDIA


Jadi anak muda sekarang memang kudu pintar and jeli dalam memilih media. Kalo nggak, yang terjadi akhirnya bukannya nambah wawasan dan bikin pintar, tapi justru malah buat otak kita jadi ngaco plus error gara-gara menyerap informasi yang keliru dari media.

Seorang remaja di Banyumas, Jawa Tengah, melakukan aksi perkosaan setelah menonton film vcd porno. SHR, remaja berusia 17 tahun warga Desa Sirau, Kecamatan Kemrajen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diringkus aparat Polsek Kemrajen. Karena memperkosa gadis kecil berusia 10 tahun yang masih tetangganya. Kepada aparat, tersangka mengaku dua kali melakukan perbuatan tidak senonoh tersebut kepada korban berinisial BMG. Menurut Kapolsek Kemrajen, AKP Isfa Indrato, sebelumnya tersangka juga pernah melakukan percobaan pencabulan terhadap rekan korban, namun gagal karena korban memberontak. (http://www.indosiar.com/patroli)
Yang namanya media, sekarang ini memang nggak lagi jadi barang yang asing buat anak muda. Bahkan dari usia dini pun kita sudah mengenal media, mulai dari televisi, video, internet, de el el. Apapun yang disajikan oleh media,  most of them isinya pasti membuat kita jadi tertarik. Meski mungkin nggak semuanya bagus, tetap saja bakal mengundang perhatian kita. Why? ‘Coz, kita tahu ada informasi yang terkandung di dalamnya.

Dari Sinetron Sampai Internet
Sayangnya memang nggak semua informasi yang disajikan oleh media itu baik serta bermanfaat buat kita. Misalnya aja film-film juga sinetron-sinetron yang menggambarkan anak-anak SMU yang rela menjual keperawanannya demi mendapatkan kemewahan. Atau sinetron yang memperlihatkan siswa SMP yang rela macarin gurunya demi mendongkrak nilai. Selain adegan-adegan yang sebetulnya belum waktunya buat kita tonton, apalagi ditonton juga oleh adik-adik kita yang masih kecil, sinetron Indonesia juga banyak menampilkan kata-kata dan bahasa yang kasar dari mulut pemainnya, seperti ‘brengsek’, ‘wanita murahan’, dan lain sebagainya, yang sangat nggak layak untuk dikonsumsi.
Belum lagi buku-buku bacaan serta game, bahkan juga komik yang isinya kerap kali nggak sesuai dengan usia kita. Ada juga komik-komik dan game yang sepertinya ditujukan untuk anak-anak atau remaja, tapi isinya malah penuh dengan adegan kekerasan, adegan ciuman dan variasi berbagai hubungan seks antar teman sekolah, bahkan juga anatar murid dengan gurunya. Apalagi sekarang ditambah lagi dengan kebebasan untuk mengakses internet di mana saja dan kapan saja serta nggak terbatas utuk siapa saja. Padahal di internet sendiri, banyak banget dan nggak bisa kehitung lagi yang namanya situs-situs porno, juga jejaring sosial yang memungkinkan kita berkenalan dan terlibat dengan pelaku pornografi dunia maya. Pendek kata, betapa mudahnya bukan akses kita untuk mendapatkan pengaruh negatif lewat media,
Dalam sebuah dalam seminar “Kepentingan Publik dalam Regulasi Penyiaran” Jakarta, 14 Juli 2004, Steven Allen, kepala perwakilan UNICEF di Indonesia saat itu mengatakan bahwa media  telah menjadi alat yang sangat kuat dalam era masyarakat global saat ini karena kemampuan jangkauannya yang luas dalam memberikan informasi, pendidikan, dan mengubah perilaku masyarakat. Ketersediaan produksi media yang bersifat mendidik dan informatif dalam jumlah yang memadai dirasakan juga masih kurang, sehingga banyak dari kita yang harus menikmati konsumsi media untuk orang dewasa yang lebih banyak berisi tentang seks dan kekerasan. Menurutnya, seringkali media juga tidak memikirkan bahwa anak atau remaja adalah masyarakat yang juga memiliki hak informasi tentang dirinya yang diarahkan secara positif.

Harus Selektif
That’s why guys, mulai sekarang kita kudu lebih selektif dalam memilih isi media yang tepat buat kita. Sutradara film Garuda Di Dadaku 2, Rudi Soedjarwo, pernah mengatakan, “Jangan pernah percaya dengan apapun yang dilihat dan ditawarkan, meski dalam kemasan semenarik apapun. Siapa yang menawarkan tujuan program yang ditayangkan, dan apakah yang mereka hadirkan bisa mendidik dan membantu perkembangan masyarakat ke arah yang lebih baik, itu semua harus benar-benar dicermati.”
Nah, gimana caranya, ya, supaya bisa selektif? Well, kita semua harus berhikmat, dong. Dengan meminta hikmat dari Allah dan selalu mencamkan setiap firmanNya, nggak bakalan sulit, kok, buat kita untuk pintar-pintar menyaring setiap isi media yang ada di sekeliling kita. Amsal 24 : 14 juga sudah ngingetin kita, “Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang.”
Kalau sobat muda sudah bisa selektif dalam memilih content media, nggak bakalan lagi, deh, kita terjerat dengan dampak negatif yang ditaburkan oleh media massa, yang mungkin saja bisa menghancurkan masa depan kita. Maka dari itu, ayo kita rame-rame melek media, biar nggak gampang lagi ketipu sama daya tarik Mang Iib yang berusaha menjerumuskan kita dalam dosa melalui isi media.(greesika)


(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Agustus 2012)

BEBAS ITU... NYATA...


Kebebasan itu omong kosong...
Katanya bebas berekspresi... tapi selama rok masih di bawah lutut.
Hidup ini singkat mumpung masih muda nikmati sepuasnya... 
asal jangan lewat dari jam sepuluh malam.
Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tanganku.
Asalkan, sesuku, kalau bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik.

Kebebasan itu omong kosong...
Katanya bebas berteman dengan siapa saja... asal orang tua suka.
Katanya jadi laki-laki itu jangan pernah takut gagal...
tapi juga jangan bodoh untuk ambil resiko.
Mendingan kerja dulu cari pengalaman.
Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tangan.
Asalkan, dari keluarga terpandang, nggak cuma cantik tapi juga santun, berpendidikan.
 
Think Again..

Begitulah penggalan iklan yang belakangan sering muncul di layar TV kita. Bahwa kebebasan yang diimpikan setiap orang selama ini, ternyata nggak seperti yang dibayangkan. Tetap saja ujung-ujungnya... nggak bebas juga. Tapi, benarkah kita ingin hidup sebebas-bebasnya tanpa adanya batasan? Apakah artinya hidup bebas dan merdeka buat kita?
 
Bebas itu....
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bebas diartikan sebagai lepas sama sekali, atau tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya, sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat dengan leluasa. Bebas juga diartikan sebagai kemerdekaan, tidak dijajah, diperintah, atau tidak dipengaruhi dan tidak terikat atau terbatas oleh aturan. But the real fact, kebebasan itu rupanya nggak bisa sebebas-bebasnya. Tetap saja bebas itu ada batasannya. Kok, bisa, ya?
Sebagai contoh, nih, kita bebas melakukan apapun, melakukan apa saja semau kita. Tapi ingat, kita juga punya keterbatasan fisik. Sobat muda bebas-bebas aja kalau mau berolahraga dari pagi sampai pagi lagi. Tapi kita bisa saja kena typhus yang bukan hanya merepotkan diri kita sendiri, tapi juga keluarga, kerabat dan sahabat. Tetap saja kebebasan itu ada batasnya.
Masih mau bukti lagi? Contoh selanjutnya, kita bebas melakukan apapun dalam hidup kita sehari-hari, namun ada batasan waktu yang melingkupi kita. 24 jam sehari yang terus menerus diberikan kepada kita. Bisa saja hari ini kita bebas. Tapi besok pagi belum tentu kita bisa mendapatkan kebebasan itu, karena sudah nggak dikasih waktu lagi oleh Allah, alias sudah meninggal dunia.

Free In Christ
Well, sobat muda... intinya yang namanya bebas itu ternyata tetap ada batasannya, karena manusia sendiri adalah makhluk dengan kemampuan yang terbatas. Apalagi bagi kita semua yang sudah berada di dalam Kristus, kebebasan yang kita miliki adalah kebebasan yang berdasarkan Firman Allah. Oleh karena itu hidup dalam kebebasan berarti menunjukan kebebasan kita sebagai orang yang telah dibebaskan oleh Yesus Kristus dari belenggu dosa.
Kebebasan di dalam Kristus sendiri ditentukan dari penyerahan diri kita secara total kepada Allah, serta ketaatan penuh pada firmanNya. Artinya, kebebasan yang diberikan oleh Allah ini, menuntut kita untuk hidup sesuai dengan firman Allah. Om Paulus dalam  1 Korintus 7 : 35 mengingatkan, “Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.”
Bukan berarti di masa muda kita ini, kita nggak boleh menggunakan kebebasan kita secara mutlak. Tetapi Allah sudah mengingatkan bahwa segala sesuatu boleh dilakukan, tapi tetap akan ada akibatnya (Pengkhotbah 11:9). Sebab itu, ayo mulai sekarang, belajar untuk menggunakan kebebasan yang kita miliki secara benar. Belajar untuk tahu batas-batas kebebasan kita, agar hidup kita pun tetap berkenan di hadapan Allah.(greesika)

(Telah dimuat di Majalah Kasut GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Agustus 2012)