Jumat, 31 Desember 2010

NEVER WAKE UP

Sudah dua tahun Amelia kehilangan pacarnya karena kecelakaan. Selama dua tahun itu juga Amelia membiarkan dirinya hidup dalam dunianya sendiri, seolah-olah almarhum Aldo kekasihnya masih ada bersama-sama dengan dirinya. Amelia sulit menerima kenyataan bahwa Aldo sudah tiada. Akibatnya, nilai-nilai Amelia di sekolahnya pun menurun. Amelia menjadi gadis yang tertutup dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Amelia nggak lagi mau berhubungan dengan orang lain selain dengan dirinya sendiri. Padahal dulunya Amelia dikenal sebagai gadis supel dan cerdas dengan segudang aktivitas.
Sobat muda, mungkin kita pernah mengalami hal yang hampir mirip dengan yang dialami Amelia. Entah karena diputusin pacar, dikecewakan sahabat atau ortu, atau kita menjadi down karena sesuatu hal lain, akhirnya membuat kita menjadi tertutup dan sulit melupakan peristiwa yang pernah kita alami itu. Yang menjadi masalah, seringkali kita cenderung mebiarkan perasaan down itu membelenggu dan mengikat kehidupan kita. Alhasil, jadilah kita terus menerus terpuruk dan sulit untuk bangkit menerima kenyataan yang ada serta melanjutkan hidup.

Problem = Opportunity
Semua orang pasti pernah punya masalah. Ada yang berat, ada juga yang ringan. Terkadang persoalan-persoalan berat yang sering dialami membuat kita terpuruk dan meratapi persoalan itu sendiri. Nggak sedikit dari kita yang kerap menangisi persoalan berat yang dialami, sampai-sampai ogah bangun dan bangkit dari keterpurukannya untuk menyelesaikan masalah. Yang ada hanyalah keluhan-keluhan panjang, ”Mengapa ini harus terjadi dalam hidupku?”
Sobat muda... ketika persoalan datang di kehidupan kita, semuanya itu ada untuk dipecahkan dan diselesaikan. Persoalan tidak akan pernah selesai kalau kita terus menerus terpuruk dan meratapinya. Kalau kita terus meratapinya, yang ada malah kita semakin down dan terus menjadi orang yang menyerah pada keadaan. Padahal kalau mau sedikit berpikir positif, persoalan adalah sebuah kesempatan emas bagi kita. Yup! Ini adalah kesempatan emas buat kita untuk menang dari persoalan yang sedang dihadapi. Kalau kita berhasil menyelesaikannya, berarti  ada satu langkah maju dalam hidup kita. Pengalaman kita dalam menghadapi masalah pun semakin bertambah, sehingga ketika nantinya berhadapan dengan persoalan yang lain lagi, kita pun sudah lebih siap. Semakin banyak persoalan yang berhasil kita selesaikan, semakin kayalah kita akan pengalaman hidup.

Wake Up, Now!
Well, kalau saat ini sobat muda sedang terkungkung dalam persoalan, ayo, segera bangun dan mulai selesaikan masalahmu. Terkadang kita ogah bangkit dari masalah karena takut pada diri sendiri.  Bisa karena nggak pede, nggak yakin dengan kemampuan diri sendiri, takut melupakan kenangan yang ada, semuanya itu jadi menghalangi kita untuk terbangun dan menyelesaikannya. Nggak jarang juga kita terlalu takut nggak sanggup menyelesaikan persoalan tersebut karena merasa persoalan yang dihadapi terlalu besar dan tak mungkin terselesaikan. Remember, ”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13)
That’s why guys, it’s time to wake up, now. Jangan mau terus menerus di belenggu oleh masalah-masalah. Kalau kita mau menjadi orang yang sukses dalam hidup, mulai sekarang kita harus belajar menyelesaikan setiap persoalan yang menghampiri kehidupan. Kemauan dan kemampuan kita dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada itulah yang memperkaya pengalaman hidup kita, dan itulah yang semakin menguatkan kita di dalam Tuhan.
Yakobus  1:12 mengingatkan kita, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Nah, tunggu apalagi? Jangan sia-siakan hidup hanya untuk seonggok persoalan  yang menggelayuti kita, tapi mari kita sama-sama belajar untuk mengatasi dan menyelesaikan setiap masalah yang menerpa, supaya kita menang atasnya dan nama Tuhan pun dipermuliakan.q(ika)    (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2010)

FOR YOU... I WILL

“Sumpah, deh, apapun bakal gue lakuin demi lo seorang. Biarpun harus nyeberang sampai ke kutub utara, gue bakal lakuin karena gue cinta banget sama lo….” Waduh... janji-janji yang begini ini biasanya cuma ada di sinetron-sinetron saja. Tapi ngaku, deh, sobat muda, sering juga, kan, kita janji-janji sorga begitu, meski kadang kebanyakan ngegombalnya? Pokoknya, demi sang pujaan hati apapun bakal dilakukan, meski untuk itu kita harus menderita. Yang penting judulnya menyenangkan hati pacar tercinta.

Bukan sekedar janji biasa
Sama juga dengan Tuhan Yesus. Saking cintanya sama manusia, Dia rela jauh-jauh datang dari sorga yang indah banget itu, dan turun ke dunia yang lebih banyak repotnya ini, cuma buat merekonsiliasi hubungan antara manusia dengan Allah yang sudah sempat rusak gara-gara manusia jatuh ke dalam dosa (Yohanes 3:16). KelahiranNya menjadi Sang Pendamai bukanlah janji gombal, tapi sungguh-sungguh nyata dalam hidup kita. Om Yosua pun sudah membuktikan bahwa janji Allah adalah Ya dan Amin. Om Yosua sudah banyak melewati hal yang sangat luar biasa bersama dengan Tuhan. Yosua melihat apa yang Tuhan lakukan untuk dirinya dan seluruh bangsanya teramat istimewa. Kalau kita membaca Yosua 23:9-11, disitu kita melihat bagaimana Om Yosua merasakan betapa Allah melakukan jauh lebih banyak dari apa yang dapat ia lakukan dan perbuat.
Lalu bagaimana dengan cinta kita sama Tuhan? Nggak sekali dua kali kita ngaku cinta banget sama Tuhan. Bahkan hampir setiap menit kita selalu ngucapin, “I LUV U, JESUS.” Sayang, kenyataannya justru beda banget. Kita justru malah lebih banyak OD alias Omong Doang. Bilang cinta Yesus, tapi nurutin kehendakNya even itu buat hal yang simple saja kita ogah. Dari soal pacaran yang asal nembak, nggak taat sama ortu, males belajar,  and so on. Padahal tiap kali doa en nyanyi, kita selalu bilang cinta Yesus dan mau ngelakuin apapun buat Dia. Tapi pas giliran harus bantuin ortu, kitanya malah ogah-ogahan dan nggak jarang malah suka marah-marah balik sama mereka. Milih pacar juga sembarangan. Asal kelihatan suka, langsung jadian. Berdoa mati-matian biar lulus ujian, tapi belajar pun malesnya nggak ketulungan, malah lebih mentingin main game online. Walhasil yang katanya cinta itu, akhirnya jadi dusta semua. Ternyata memang kita lebih cinta diri sendiri ketimbang cinta Yesus. 

Bukan janji tinggal janji
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengasihi Dia? Kepada kita, Allah pun menuntut agar mengasihiNya dengan segenap jiwa, kekuatan dan segenap hati kita. Ingatlah bahwa hanya Allah yang sanggup menebus hidup kita dari dosa. Cuma Allah yang sanggup menyelesaikan setiap permasalahan kita, sekalipun orang lain bilang itu tidak mungkin, namun bagi Allah nggak ada yang mustahil. Allah sanggup memberi lebih bagi kita, karena Dia tahu kebutuhan kita yang sesungguhnya. Mengasihi Allah sangatlah mudah. Tips-nya bisa dengan mudah kita dapatkan di Yohanes 14:21, ”Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” Gampang, kan?
Well... setidaknya kita jadi diingatkan lagi kalau cinta kita sama Tuhan, tuh, seringkali nggak semanis janji yang selalu kita ucapin. Butuh komitmen yang kuat kalau kita mau sungguh-sungguh mencintaiNya, biar nggak cuman OD semata. Nggak usah terlalu mengumbar kata dan janji, “Aku sungguh-sungguh mencintaiMu, Yesus.” Tapi buktikan, dong, cinta itu dengan melakukan kehendakNya di dalam setiap langkah hidup kita. Kalau kita sudah sungguh-sungguh senantiasa melakukan kehendakNya, kita nggak perlu sungkan buat bilang, “ For You... I will...”.q (ika)   (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2010)