Sabtu, 31 Desember 2005

CHRISTMAS ALL THE TIME


1 Desember. Aduh… rasanya senang banget, deh. Sebentar lagi hari natal tiba. Mulai, deh, jalan-jalan ke mal, hunting baju baru, sepatu baru, mulai pilah pilih Christmas party mana yang paling asyik didatengin, persiapan acara tahun baru, bikin kue-kue, black forest, pasang pohon natal, wuih… pasti heboh banget. Rasa-rasanya suasana istimewa seperti ini cuma bisa dirasakan  pas bulan Desember, pas kita ngerayain perayaan Natal. Bulan-bulan lain? Biasa-biasa saja, tuh. Nggak ada yang istimewa. Ya, begitu-begitu saja. Butwait a minute… apa benar natal cuma bisa dirayakan tiap bulan Desember saja?

Christmas in my mind
Actually, apa sih yang ada dipikiran kamu tentang natal? “Natal itu kita ngerayain hari kelahiran Tuhan Yesus.” Itu yang sering meluncur dari mulut kita. Selebihnya? “Ya… paling kumpul-kumpul bareng keluarga, makan, pesta natal bareng teman-teman, tukeran kado, kirim kartu natal. Selesai.” Lalu apa artinya kelahiran Tuhan Yesus buat kamu? Hmmm… mulai, deh, banyak yang bingung, kan?
Inilah yang sedang terjadi di antara kita. Seringkali karena kita terlalu sibuk mempersiapkan perayaan natalnya, terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, kita jadi lupa sama yang namanya arti natal itu sendiri. Kenapa bisa lupa? Karena kita nggak pernah benar-benar ngerasain kalau Yesus lahir buat menyelamatkan kita dari dosa.
That’s the problem. Kita nggak pernah benar-benar menyadari dan merasakan bahwa kelahiran Yesus sungguh-sungguh sangat berarti buat kita, ‘coz hanya karena Dia-lah kita bisa menjadi manusia yang bebas, merdeka, dan dilepaskan dari dosa. Kita nggak pernah menyadari betapa besarnya kasih Allah buat kita sehingga Ia rela melepas Anak-Nya, lahir ke dunia ini hanya untuk menebus dosa kita.

What’s the matter?
Ada banyak hal yang membuat kita nggak pernah benar-benar ngerasain  the real christmas in our life. Pertama, karena lingkungan kita, terutama keluarga, nggak pernah menanamkan arti natal yang sesungguhnya. Natal ditanamkan hanya sebatas sebagai sebuah tradisi agama kristen, tradisi keluarga kristen. Selebihnya, nggak ada yang istimewa. Itu sebabnya, sulit buat sobat muda buat bisa ngerasain apa artinya natal yang sesungguhnya.
Kedua, karena dari diri kita sendiri, yang belum mau sungguh-sungguh bertobat dan menyadari betapa pentingnya Kristus dalam hidup kita. Mungkin sejak kecil sobat muda sudah jadi orang kristen. Bahkan ada banyak di antara kita yang sudah dibaptis dan mengaku percaya. Tapi betulkah kita sudah sungguh-sungguh menjadi orang kristen? Inilah yang jadi masalah. Kita kerap sudah menjalani ritual kristiani, tapi kita nggak pernah sungguh-sungguh memahaminya. Bahkan yang lebih ironis, kita malah sesungguhnya belum bertobat dan menerima kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Malah, ada banyak di anatar kita yang mungkin selama ini merasa sama sekali nggak butuh Tuhan.  Makanya, nggak heran kalau natal hanya jadi sebatas ritual agama kristen yang kemeriahannya dan kegembiraannya patut dirayakan sebagaimana mestinya.

 And so…?
Guys, saat kita mau membuka hati dan diri kita untuk Tuhan, saat kita mau sungguh-sungguh bertobat dan memberikan seluruh hidup kita bagi Kristus, saat kita mau membiarkan Allah melawat kita, saat itu pula kita akan menyadari makna natal yang sesungguhnya. Bahwa natal nggak cuma sekedar pesta, perayaan, kumpul-kumpul, atau bahkan hura-huranya semata. Natal adalah saat Allah lahir di hati kita, di hidup kita, untuk melawat kita, memulihkan kita, mengampuni segala dosa kita dan menyucikan diri kita.
Nah, kalau sekarang sobat muda sudah bisa menyadari betapa pentingnya kelahiran Kristus bagi kita, bagi dunia ini, it means, sobat muda sekarang juga paham kalau natal nggak cuma hadir di bulan Desember saja. Natal bisa terjadi kapan saja, setiap saat, bahkan setiap hari, sepanjang kita mau membuka hati kita untuk Dia, dan membiarkan Allah melawat serta memulihkan hidup kita, serta membiarkan Dia membentuk hidup kita, agar menjadi sempurna bagi kemuliaan nama-Nya. Happy Merry Christmas…q(esi)                (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2005)

I LOVE YOU MOM…


Ketika itu Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran diciptakan para Ibu. Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut, “Tuhan, banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan Ibu ini ?”
Dan Tuhan menjawab pelan, “Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan? Ibu ini harus waterproof (tahan air/ cuci) tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capek. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya. Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan kaki yang keseleo. Memiliki lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah, ... dan ... enam pasang tangan.”
Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Enam pasang tangan?”
“Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan saya, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik,” balas Tuhan. “Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang Ibu.”
“Bagaimana modelnya?” tanya malaikat semakin heran. Tuhan mengangguk-angguk.
“Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya, ‘Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?’, padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakan tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat. Dan sepasang mata ketiga untuk dapat menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa berbicara! Mata itu harus berkata, ’Saya mengerti dan saya sayang padamu,’ meskipun ia tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia juga harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan 1,5 ons daging. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi.”
Akhirnya malaikat membalik-balikkan contoh Ibu dengan perlahan. “Terlalu lunak,” katanya memberi komentar.
“Tetapi kuat!” kata Tuhan bersemangat. “Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul dan derita.”
“Apakah ia dapat berpikir?” tanya malaikat lagi.
“Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi,” kata Sang Pencipta.
Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di pipi, “Eh, ada kebocoran di sini!”
“Itu bukan kebocoran,” kata Tuhan. “Itu adalah air mata. Air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata segalanya...”
“Tuhan memang ahlinya...” kata malaikat pelan.

******

Cerita di atas memang cuman cerita imajinatif. Tapi dari sini sobat muda bisa melihat betapa Allah berusaha sedemikian rupa menciptakan seorang mama yang sempurna buat kita. Sayangnya, saat kita memiliki seorang mama yang baik sebagaimana impian kita, kita seringkali justru nggak berlaku manis sebagaimana yang diharapkan bunda kita.
Hayo, coba deh diingat-ingat, berapa kali sobat muda sering ngelawan mama? Berapa kali kita sering nyakitin hati mama? Berapa kali kita sering disuruh mama nggak mau, sementara kita sendiri suka ngomel kalau keinginan kita nggak dipenuhi mama? Berapa kali juga kita suka membantah en nggak mau dengerin semua nasehat mama? Berapa kali pula kita sering berlaku kasar sama mama?
Well, kalau kita ingat-ingat lagi, tentu saja semuanya itu bikin kita ngerasa malu. Ternyata ada banayak hal buruk yang sudah kita lakukan pada ibunda kita. Apalagi kalau kita ingat gimana susah payahnya ibunda kita waktu mengandung, merasakan kesakitan waktu melahirkan, sampai mendidik dan membesarkan kita hingga saat ini.
Sobat muda, firman Tuhan mengajar kita untuk senantiasa menghormati orangtua kita, nggak terkecuali ibu yang sudah mengandung dan melahirkan kita (Keluaran 20:12). Memang, nggak semua dari kita punya pengalaman yang manis dengan mama, ataupun memiliki mama sebagaimana yang kita harapkan. Namun, bagaimana pun juga mama adalah tetap sosok ibunda yang sudah dipakai Allah untuk melahirkan kita ke dunia ini. Sudah sepatutnyalah kita untuk senantiasa mengasihinya, menghormatinya, juga taat serta mendengarkan segala nasehatnya.
Tanggal 22 Desember ini kita memperingati hari yang spesial, hari ibu. Sudah sepantasnya kita mulai berintrospeksi, apa, sih, yang sudah kita lakukan selama ini buat mama. Kalau sampai hari ini kita masih suka bersikap buruk, suka ngelawan en nggak mau mendengar nasehat dari mama, mulai saat ini berjanjilah dan belajarlah untuk mulai bersikap baik sama mama. Mulai saat ini, ayo kita mulai belajar untuk taat sama mama, mendengar nasehat-nasehatnya, mau menolongnya saat mama membutuhkan bantuan kita, dan yang lebih penting lagi, bawa selalu mama di dalam setiap doa-doamu. Tunjukkan betapa sesungguhnya kamu sangat menyayangi mama.
Lewat moment spesial ini, mari kita belajar untuk bersikap lebih baik lagi pada mama. Tapi jangan cuman karena gara-gara hari ibu saja, terus cuman pada hari itu saja kita berubah jadi baik sama mama, terus besok-besoknya balik lagi jadi seperti biasanya. Jangan begitu, ya, tapi gunakan moment spesial ini untuk bersikap lebih baik dan makin hari semakin lebih baik lagi. Makin hormat dan  taat pada orangtua kita. I love you, mommy. Happy Mother’s Day... q(yth)                (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah, Edisi Desember 2005)