Jumat, 31 Desember 2004

LISA RUMBEWAS : “Harus disiplin dan nggak boleh berhenti berdoa”



MY BIO...
Full Name             : Raema Lisa Rumbewas
Nick Name            : Lisa
Born                       : Jayapura, 10 September 1980
Daddy                    : Levi Rumbewas
Mommy                 : Ida Korwa
Church                   : GPIB Paulus, Menteng, Jakarta Pusat
Achievement           :    Medali Emas PON XVI Palembang (2004)
                                  Medali Perak Olimpiade Athena (2004)
                                  Medali Perunggu SEA Games Vietnam (2003)
                                  Medali Perunggu Asia Games Korea (2002)
                                  Medali Perak SEA Games Malaysia (2001)
                                  Medali Perak Olimpiade Sydney (2000)
                                  Medali Emas PON XV Surabaya (2000)
                                  Medali Emas Pra-PON XV Jakarta (1999)


Weightlifting...

Pertama kali kenal angkat besi, ya, dari Mama. Soalnya, beliau, kan, mantan atlet angkat besi pertama. Kebetulan juga Papa mantan atlet binaraga. Ya, sudah, dari situlah aku mulai. Waktu itu Mama bilang, “Dari pada kamu hanya diam-diam saja di rumah nggak ada kerjaan, ikut saja angkat besi sama Mama.” Dari situ aku mulai ikut Mama latihan-latihan. Dari kecil aku sudah ikut latihan. Tepatnya sejak umur 9 tahun. Tapi aku sendiri senang dan menikmatinya. Ya... hitung-hitung aku jadi penggantinya Mama, lah, kalau beliau sudah tidak jadi atlet angkat besi lagi.

WeAKNESS...
Sejak kecil memang aku sudah menderita epilepsi. Tapi aku nggak menganggapnya sebagai sesuatu yang menghambat. Thank’s God... Dengan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan Yesus, yang sudah mengatur hidupku dan setia melindungiku, aku nggak mengalami gangguan yang serius sampai sekarang.

her win...
Kadang ada rasa puas, kadang ada rasa tidak puas. Gimana ya? Kemarin juga waktu bertanding di Olimpiade Athena dalam suasana yang tidak enak. Itulah makanya menurutku hasilnya kurang maksimal. Hanya karena masalah pelatih saja, itu yang bikin aku merasa agak kurang maksimal. Tapi lepas dari semuanya itu, aku tetap berusaha melakukan yang terbaik.

her performance...
Yang jelas prestasi itu penting banget buatku. Yang namanya prestasi itu juga nggak cuma bisa diraih dari sekolah, ataupun dari kerja aja. Dari olahraga juga bisa. Yang jelas, aku senang juga karena bisa berprestasi, bisa berangkat ke luar negeri, bisa jalan-jalan, dan bisa lihat seluruh negara-negara. Terutama sekali aku bisa melayani Tuhan dengan prestasi yang aku raih.

key of sucCESS...
Tetap harus disiplin, dan nggak boleh berhenti berdoa juga. Kalau kita berhasil, semuanya itu, kan, bukan dari kita sendiri, tetapi dari Tuhan.

Next step...
Yang jelas aku masih akan tetap berkarir di olahraga angkat besi. Nanti kalau sudah tidak jadi atlet lagi, ya... mungkin jadi pelatih. Sekarang aku lagi persiapan buat ikutan Sea Games. Setelah itu, aku juga bakal terus  berlatih, supaya bisa meraih medali emas di Olimpiade 2008.

MY message...

Kalo teman-teman pembaca Rajawali pengen berprestasi seperti aku, ya, yang kita utamakan adalah harus disiplin. Pokoknya disiplin dalam hal apa saja, baik itu disiplin latihan, istirahat, makan, dan sebagainya. Jangan lupa berdoa juga. Semua itu yang harus diutamakan, supaya kita bisa berprestasi dan meraih sukses.q(grace)

(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

BUNUH DIRI: JALUR CEPAT MASUK NERAKA


Ade Irma (19), mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta, tewas Rabu (16/4 2004) pukul 01.00 setelah menyemprotkan racun serangga ke mulutnya. Polisi menduga, Ade nekat bunuh diri karena hubungan asmaranya dengan kekasihnya tidak disetujui orangtuanya. (Kompas, 17 April 2003)

Hiyy… miris banget kan ngeliat berita di atas? Yang namanya fenomena bunuh diri ternyata kini nggak cuma didominasi sama orang-orang yang nggak punya (ekonomi lemah) ataupun orang-orang yang sudah dewasa. Kenyataannya sekarang, banyak anak-anak muda, bahkan juga anak-anak kecil yang ikut-ikutan mematikan nyawa sendiri. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kasus bunuh diri saat ini menduduki peringkat 12 sebagai penyebab kematian. Setiap tahun di seluruh dunia tak kurang dari 948.000 orang tewas karena bunuh diri. Para pakar juga memprediksi kalo kasus bunuh diri ini akan terus melonjak selama 20 tahun mendatang. Gimana dengan di Indonesia? Ternyata nggak kalah ngeri juga lho. Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia selama semester pertama tahun 2004 sudah mencapai 92. Hampir menyamai jumlah seluruh korban tahun 2003 yang tercatat 112 kasus! (Kompas, 17 Juli 2004).
Masih ingat kan, 4 Juni 2004 lalu, Aman Muhamad Soleh (14), siswa kelas VI SDN Cikarang Utara, Bekasi, yang hampir mati gantung diri dan minum racun tikus, gara-gara malu nggak bisa bayar ujia akhir serta menebus ijazah sebesar Rp. 150.000,-? Pendek kata, bunuh diri bisa terjadi pada siapa saja, nggak perduli apa latar belakangnya. Bahkan orang yang berasal dari keluarga baik-baik, terlihat bahagia en nggak kekurangan suatu apapun, tiba-tiba aja nenggak baygon rasa strawberry. What so pity guys…
Ironisnya lagi, ternyata ada juga anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh, aktif di pelayanan, rajin persekutuan, rajin ke gereja, dan always terlihat fine-fine aja, tiba-tiba ditemukan tewas gantung diri usai mengajar sekolah minggu, gara-gara cintanya bertepuk sebelah tangan. Nah, makin jelas kan kalo bunuh diri tuh nggak cuma dilakuin sama orang-orang yang nggak kenal Tuhan. Orang yang kenal Tuhan dan yang (kelihatannya) sungguh-sungguh pun bisa memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.

No hope, no way out
         Kenapa sih orang-orang ini kok ‘tergerak’ melakukan bunuh diri? Persoalan keluarga yang broken home, ekonomi keluarga yang minim banget, cintanya ditolak, kehilangan pekerjaan, nggak lulus ujian, selalu diejek teman, jadi korban perkosaan/ pelecehan seksual, merasa sendirian, kena pengaruh narkoba, dan seribu satu alasan lainnya. Mungkin buat kamu-kamu yang ngerasain masalah-masalah tersebut just a simple thing, but it doesn’t like that for them. Buat mereka, this is a big… big problem. Hal-hal semacam inilah justru bikin mereka putus asa, ngerasa nggak berharga lagi, nggak ada artinya, ngerasa nggak ada yang mau care sama mereka, ngerasa semua jalan sudah tertutup and there’s no way out.
         Ketika nemuin jalan buntu, mereka mengira bahwa nggak ada seorang pun yang sanggup menolong mereka. Bahkan meski sudah berdoa puasa sampai jungkir balik memohon pada Bapa di surga, tetapi tetap saja jawabannya nggak nongol-nongol juga. Datang ke counselor or kakak rohani ataupun pendeta, tetap saja hasilnya juga nol besar. Lama kelamaan jadi bosan, bingung, dan jenuh. Walhasil, di mata mereka solusinya cuma satu, mengakhiri hidup supaya masalahnya berakhir pula, dan mereka segera terbebas dari stress dan depresi akibat masalah-masalah yang dihadapi. Tapi, apa benar suicide itu jadi satu-satunya way out?

It’s not a solution
            Memang sih, keputusan bunuh diri kelihatannya simpel, dan sepertinya itulah the one and only way to solve your problems. Tapi sesungguhnya, it’s totally wrong, man! Bagaimanapun juga, bunuh diri bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, bukannya menyelesaikan masalah, tapi justru malah nambah-nambahin masalah. Kok bisa?
        Coba deh pikir baik-baik. Kalo kamu mengambil keputusan untuk kill yourself, dan kebetulan rencana bunuh dirinya sukses besar, sepintas memang kayaknya masalahmu selesai. Tapi, kepikir nggak sih kalo orang-orang di sekelilingmu, seperti keluargamu, teman-temanmu, orang-orang yang kamu sayang, bakalan susah dengan biaya rumah sakit, pemakaman, urusan polisi, dan tetek bengek lainnya yang bikin mereka musti berepot ria. Belum lagi perasaan sedih, ngerasa bersalah, merasa kehilangan, etc, just because keputusan konyolmu untuk mengakhiri hidup, sementara mungkin selama ini secara nggak kamu sadari, kamu adalah harapan dan penghiburan buat mereka. Nah, jadi tambah susah kan mereka kalo kamu bunuh diri? Itu baru masalah yang pertama.
Masalah yang kedua, sudah pasti urusannya between you and our Father in heaven. Sudah nggak bisa dipungkiri lagi kalo kita musti mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita semasa hidup di hadapan Tuhan (Matius 12:35-37). Begitu juga kamu musti mempertanggungjawabkan keputusan bunuh diri yang kamu buat itu di hadapan Tuhan. Apalagi Tuhan jelas-jelas menentang yang namanya pembunuhan. Firman Tuhan, “Jangan membunuh.” (Keluaran 20:13). Ini nggak cuma berarti menghilangkan nyawa orang lain alias sesama kita, tapi juga include nggak boleh menghilangkan nyawa sendiri alias bunuh diri. Kamu terhitung sebagai pembunuh, meski itu pembunuh nyawa sendiri. Dan tahukah kamu apa akibatnya kalau melanggar hukum Allah yang satu ini? “...mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."(Wahyu 21:8). Yup... right! Hukumannya adalah neraka. Mengerikan bukan?

Trik-nya Iblis?
          That’s absolutely right. Bunuh diri memang tricky wicky-nya Mang Iib untuk menghentikan rencana Allah dalam kehidupan kita. Yah... itulah tujuan Iblis yang ingin  membelokkan kita dari jalan-Nya Tuhan (baca: Kisah Rasul 13:10, Yohanes 8:44). Iblis cuma mau satu hal, yaitu supaya kita menyerah pada situasi, menyerah dengan segala permasalahan hidup kita, hingga akhirnya mengambil keputusan untuk ‘menyelesaikan hidup’, dan memilih jalan pintas masuk neraka yaitu suicide.
        Boys and gals, jangan pernah sekali-kali untuk coba-coba ambil keputusan yang bodoh dan risky ini. Remember, kalo kamu nekat take this way, bunuh diri, itu sama artinya kamu sedang menggenapkan rencana Iblis. Padahal kita semua dipanggil menggenapkan rencana Allah(Roma 8:28-30, Roma 9:11). Kalo kamu udah ngaku sebagai anak Allah yang telah ditebus, diselamatkan, dan menerima panggilan-Nya, nggak semestinya kamu lebih memihak pada Mang Iib untuk menggenapi rencananya. Seharusnya, kamu menyayangkan nyawamu sendiri, supaya kamu bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan (Roma 12:1), supaya rencana Allah tergenapi.

There’s always a way...
Ini yang harus selalu terpatri di dalam hati dan pikiran kamu. Selalu ada jalan keluar untuk semua masalah yang kita hadapi, selama kita mau terus bersandar kepada Allah. Nggak ada istilah no way out di dalam Tuhan. Selama kita semua berada di dalam Tuhan, pasti ada jalan keluar. Jangan sekali-kali menghindari Tuhan, apalagi sampai bosan datang pada Tuhan, dan mulai memilih melakukan hal-hal bodoh, just like suicide, cuma untuk melenyapkan segala persoalan hidup yang kamu punya. Masih ingat sama mas Daniel kan? Apa yang dilakukan setiap kali dia punya masalah? That’s right. Daniel selalu datang kepada Tuhan (lihat: Daniel 6:11-12, 9:3, 9:20). Nah, kebiasaan inilah yang kudu ditiru.
Masalahnya, seringkali setiap kali ada masalah, kamu bukannya datang pada Tuhan supaya dapat way out untuk ngadepin masalahmu, tapi kamu justru malah cenderung lari dari masalah. Seringkali kamu berusaha menghilangkan masalah dengan caramu sendiri, yang kamu anggap sukses untuk ngilangin masalah, just like ngerokok, narkoba, minum-minuman keras, and so on, sampai akhirnya kalo sudah nggak kuat terus milih jalan pintas yaitu bunuh diri.
Guys, ingat, Allah nggak suka kita lari dari masalah. Ia mau kita mampu menghadapi setiap masalah yang datang, supaya kita jadi tough. Lagi pula, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”(1 Korintus 10:13).
Tuh...kan... apapun masalah yang kamu hadapi, tangan Tuhan tak kurang panjang untuk menyelamatkan kita dari segala macam persoalan (Yesaya 59:1). Ia juga nggak pernah terlalu cepat, tapi juga nggak pernah terlambat untuk menolong kita. Yang Allah mau dari kita cuma satu, terus mencari Dia, cari tahu kehendak-Nya, dan nantikan pertolongan-Nya dengan tekun dan sabar, karena Ia akan memberi pertolongan tepat pada waktu-Nya, dan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya.q(ica)

Kalo hari ini kamu or orang yang kamu kenal, mulai putus asa dan berniat bunuh diri:


  1. Segera datang kepada Tuhan dan minta pertolongan dari-Nya (Mazmur 115:11), karena hanya Dia-lah satu-satunya sumber pertolongan kita yang akurat dan terpercaya.
  2. Belajar untuk sharing dengan keluarga, tentang masalah yang sedang kamu hadapi. Gimana juga, keluarga adalah orang-orang yang terdekat denganmu, yang bisa melakukan covering, tempay kamu berlindung, karena mereka lah orang-orang yang lebih mengenalmu dengan baik.
  3. Kalau kamu ngerasa keluargamu sulit untuk diandalkan, cari teman-teman yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Jangan coba-coba cari orang-orang yang nggak benar! Better for you untuk menemui pendeta, ataupun kakak-kakak rohani yang bisa membimbing dan menasehati kamu untuk tetap berada di dalam Kristus.
  4. Jauhi segala macam kondisi yang memungkinkan kamu melakukan percobaan bunuh diri. For example:
    • Jangan malah suka menyendiri ataupun mengunci diri di dalam kamar;
    • Hindari pertemuan dan pertemanan dengan orang-orang yang ‘senasib’.
    • Jangan pernah mencoba untuk bersentuhan dengan narkoba, karena berdasarkan peningkatan statistiknya, di Indonesia, penyalahgunaan psikotropika ini ternyata memicu timbulnya tindakan bunuh diri.
    • Waspadai dan hindari segala sesuatu yang berpotensi menjadi media bunuh diri. Pokoknya jauh-jauh deh sama yang namanya racun serangga, racun tikus atau racun-racun lainnya; tali tambang or rafia en sejenisnya; bacaan-bacaan, tayangan-tayangan, bahkan juga situs-situs yang banyak membirakan informasi tentang upaya bunuh diri; benda-benda maupun senjata tajam, dan sebagainya.


(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

SEKOLAH BARU, SIAPA TAKUT?

Wuah… tahun ajaran baru, baju baru, sepatu baru, tas baru, sekolah baru, en… teman baru. But… gimana ya suasana sekolah baru kita nanti? Menakutkan, biasa-biasa saja, fun, or… apa ya? Guys, sometimes hari pertama masuk sekolah memang bikin deg-degan. Kadang kita suka takut ngadepin dunia baru yang bakal kita masukin. Gimana ya kalau teman-temannya rese, nggak asyik, en nyebelin? Gimana ya kalau suasana sekolahnya nggak enak? Gimana ya kalau guru-gurunya galak-galak semua? Pokoknya sejuta keraguan kerap kali muncul di benak kita. So, gimana dong ngadepin lingkungan baru yang bakal kita masuki?

Be Your Self

Menjadi diri sendiri. That’s the most important things yang musti dilakuin. Kadang-kadang ketika kita suka nggak pede en gampang terpengaruh, ketika masuk lingkungan baru dan melihat teman-teman kita yang heboh banget, dandan habis, and selalu jadi pusat perhatian. Nggak jarang kita terus kepingin kayak mereka, mengubah diri kita supaya menjadi seperti mereka, dan diterima dalam lingkungan mereka. Padahal apa yang kita lakuin itu nggak sesuai sama kepribadian kita, en belum tentu apa yang mereka lakuin itu benar. But, kita tetap saja memaksa diri menjadi seperti mereka, agar bisa diterima.
Masuk lingkungan baru nggak musti kita be like them supaya bisa diterima. Kalau kita berusaha keras jadi seperti mereka, salah-salah kita bisa terjerumus ke hal-hal yang nggak benar.­­ Remember apa yang dibilang Om Paulus di Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” It’s better for us untuk tetap menjadi diri sendiri. Toh orang akan lebih menyukai jika kita menjadi diri sendiri, ketimbang berusaha keras untuk jadi orang lain, just because supaya kita bisa di terima dalam lingkungan mereka.  

Pede Aja Lagi…                                                      
Sometimes yang bikin kita takut pas masuk di lingkungan baru, gara-gara kita nggak pede. Guys, sebenarnya nggak ada yang musti ditakutin. Maybe kita jadi nggak pede karena ngelihat lingkungan baru yang kayaknya wah banget buat kita. But remember, kalau kita yakin dengan kemampuan diri kita sendiri, menjadi diri sendiri, otomatis rasa pede itu akan muncul dengan sendirinya.
Masih ingat kan, Mas Timotius juga pernah ngalamin hal yang sama ketika ia diutus untuk menggembalakan jemaat di  Efesus. Awalnya dia juga nggak pede karena ngerasa masih muda banget. Tapi kemudian Om Paulus terus ngingetin dia. Let’s see nasehat Om Paulus, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12).
Well, actually nggak ada lagi yang perlu dikuatirin lagi untuk ngadepin first day di sekolah baru kita. Sepanjang kita  jadi diri sendiri en tetap pede, everything will be alright. Kalau masih ngerasa takut, just pray to Jesus. Seperti yang dibilang 1 Petrus 5:7, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” So, nggak usah kuatir lagi yah… We have Jesus yang always kasih kekuatan buat kita semua. OK?q(gs)

(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

JAIM…OKE NGGAK SIH?

“Tapi buka dulu topengmu…buka dulu topengmu…” Lirik lagu yang dibawakan oleh group musik Peter Pan ini nyeritain tentang seorang cewek  yang jaim abis, sampai-sampai cowok yang pengen kenal deket sama dia memintanya untuk membuka ‘topengnya’ dan menjadi diri sendiri.
Mungkin sebagian dari kita juga ada yang suka jaim alias jaga image untuk berbagai macam tujuan. Ada yang jaim demi menjaga reputasi, demi menjaga harga diri, supaya diterima di sebuah lingkungan, biar nggak kelihatan bodoh, supaya rahasia pribadinya nggak terbongkar en many more alasan lainnya. Just like yang dibilang di Amsal 13:7, “Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.”
Sometimes kita sendiri juga bingung antara mo jaim or tetap menjadi pribadi yang apa adanya. Mungkin kita berusaha jaga wibawa untuk maksud dan tujuannya yang baik. But, kenyataannya banyak di antara kita yang berusaha untuk jaim, eh…malah kita jadi sosok ‘bertopeng’ (bukan pahlawan bertopeng-nya Sinchan lho ya…), yang hidupnya penuh dengan kebohongan en nggak jadi diri sendiri. 

Jaim=menipu diri sendiri?
For example kisahnya Dodi. Sebagai ketua youth, Dodi punya niatan baik ngadain bakti sosial ke pemukiman kumuh bareng anak-anak youth lainnya.  Pas kunjungan usai, berhubung cacing-cacing di perut sudah nggak bisa diajak kompromi, semua anak yang ikutan baksos pada ngajakin makan. Karena satu-satunya tempat makan terdekat di situ cuma warteg sederhana, mereka semua sepakat untuk mengisi perut di sana. Dodi yang gengsi dengan posisi yang dia punya, berusaha jaim en bilang ke teman-temannya kalau dia nggak lapar dan nggak ikut makan, meski sebenarnya Dodi sudah lapar sekali.
Guys…mungkin selama ini kita berusaha jaim untuk maksud yang baik, namun pada akhirnya kita malah terjebak jadi muna alias jadi orang yang munafik. Tapi bukan berarti jaim itu lantas dibilang negatif en nggak boleh dilakuin lho. Jaga image sih boleh-boleh saja…tapi… kita harus lihat-lihat suasananya. Memang nggak gampang untuk membaca suasana en nggak mudah juga buat kita untuk melihat, apakah kita sudah kelewatan menjaga image atau belum. Salah-salah kita mau kelihatan baik, malah jadi berkesan sombong.
Jaga wibawa nggak musti kita lantas jadi sosok yang munafik, hobi berpura-pura, en nggak mau tampil apa adanya, tapi bagaimana kita berusaha untuk membawa diri dengan baik tanpa harus kehilangan jati diri. Jangan sampai deh kita mau jaim, tapi jadi muna kayak orang-orang Farisi. Ingat khan gimana orang-orang Farisi yang jaim banget?  Mereka hobi banget berdoa di tempat-tempat umum biar dibilang suci. Bukannya pujian or pahala yang mereka dapat, tapi malah menerima celaan bahkan kutukan dari Tuhan Yesus (lihat Matius 23:1-36). Nah…nggak mau khan jadi kayak orang Farisi?

Jaim yang benar?
So, gimana dong sekarang? Mau jaim, tapi nggak pake acara berpura-pura en munafik. Kita  perlu bersihin pikiran dari doktrin yang bilang kalau jaim tuh musti muna. Berbicara terbuka pada diri sendiri ternyata  bisa membantu lho. Tanyakan pada diri kita sendiri, apa sih yang kita takuti sampai kita harus sedemikian rupa menjaga image? Kalau alasan kita tentang hal yang prinsip dan masih masuk akal or masih dalam kadar normal, maybe it doesn’t matter. Tapi kalau sudah mulai berlebih, kita perlu merenung lagi perlu nggak ya kita begitu?
Roma 12:9 bilang, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” FirTu ini sebenarnya nggak cuma mau bilang supaya kita jangan pura-pura dalam mengasihi orang lain. Tapi lebih jauh lagi ayat ini mengingatkan kepada kita untuk nggak hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan, termasuk jaim yang kebangetan.
Well, nggak masalah kalau kita mau jaim. Tapi sekali lagi yang kudu diingat, kita musti jaga wibawa dengan baik en nggak neko-neko. Yang wajar-wajar saja, dan nggak usah pakai acara pura-pura en jadi munafik. Be yourself! Itu yang paling utama.Ok?q(ika)

(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

PRIORITAS HIDUP: BIKIN HIDUP JADI LEBIH HIDUP


H A R I    I N I
 
Adalah awal dari hari yang baru.
Allah telah mengaruniakannya bagiku,
untuk kupergunakan
sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
 
Aku dapat menyia-nyiakannya,
atau mempergunakannya
untuk melayani-Nya
dan sesamaku.
 
Tapi apa yang aku lakukan pada hari ini,
adalah sangat penting.
Sebab aku harus menukarnya
dengan satu hari dalam hidupku
 
Bila hari esok tiba,
hari ini akan pergi selamanya.
Aku harap aku tak menyesal
dengan apa yang telah kukerjakan pada hari ini!
 
(Penulis: unknown, Sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel)
 

Happy New Year Guys... Wuahh... nggak terasa kita sudah memasuki tahun yang baru yah... Hmm... rasanya kayak baru kemarin aja kita ngerayain tahun baru 2004, eh... sekarang kita sudah ngerayain tahun baru 2005. Sepanjang tahun 2004 yang lalu, apa saja sih yang sudah kamu lakukan? Ada nggak sih hal-hal yang sebenarnya kamu rancang pengen kamu capai di tahun 2004 lalu, tapi ternyata nggak kesampaian? Misalnya, tahun 2004 kemarin kamu pengen nyelesain skripsi en diwisuda. Nggak tahunya rencanamu itu gatot alias gagal total. Selidik punya selidik, nggak tahunya kegagalanmu itu akibat aktivitasmu di luar kampus yang kelewat banyak, so bikin kamu nggak fokus buat nyelesain skripsimu. Kenapa sih sampai bisa nggak fokus sama skripsimu? Itu semua karena kamu nggak punya prioritas dalam hidupmu, sehingga hidupmu jadi nggak efektif, en banyak waktu yang terbuang percuma. Jangankan prioritas, tujuan hidup aja mungkin kamu masih nggak ngeh. Atau mungkin kamu punya tujuan hidup, tapi nggak punya target yang jelas dan tepat, alias masih nggak jelas. Walhasil jadinya juga ngawur-ngawuran, and kamu nggak punya sesuatu hal yang diprioritaskan untuk dicapai.

It’s really important 4u

“Tahun ini gue mau ngapain ya?” Bingung? Yap! Soalnya banyak di antara kamu yang rupanya masih bingung, atau bahkan mungkin malah nggak kepikir sama sekali, apa yang menjadi prioritas hidupmu. Memangnya penting punya prioritas hidup? Tentu! Punya prioritas hidup tuh penting banget. Apalagi kamu-kamu yang masih teenage, of course it’s really important for you.
“Prioritas hidup tuh jelas penting banget, karena itu bisa jadi motivator buat kita. Dengan adanya prioritas, kita mampu mengerjakan segala sesuatu tanpa ngeluh, tanpa ngerasa terpaksa, soalnya kita tahu ada purpose yang pengen kita capai,” tegas Wawan Yap, salah satu anggota UX Singers. Buat cowok kelahiran 1 Desember 1976 ini, prioritas hidup berarti hal-hal yang paling diutamakan dalam hidup, dan yang menjadi tujuan buat seseorang. “Jadi, prioritas hidup itu juga harus ada tujuan tetapnya, dan dengan itulah kita bisa mengerjakan yang terbaik untuk mencapainya,” tambah Wawan lagi.
That’s right, guys! Dengan adanya prioritas hidup, kamu jadi punya arah dalam hidup. Coba bayangin aja deh. Seandainya saja kamu nggak punya prioritas yang ingin kamu capai dalam hidupmu, itu berarti kamu juga nggak punya target yang harus dicapai, dan itu berarti kamu nggak akan pernah mencapai sesuatu dalam hidup ini. Hidup jadi nggak ada artinya karena nggak pernah mencapai or bahkan melakukan sesuatu yang berarti di dalam hidupmu. Nah... nggak mau kan ngabisin hidup dengan percuma tanpa punya prioritas hidup yang pasti ingin kamu capai?

Apa untungnya?

Jelas untungnya banyak. Selain bisa bikin hidupmu terarah, adanya prioritas hidup ini jelas memacu motivasi kamu. Misalnya nih, tahun ini kamu kepingin meraih prestasi belajar yang lebih baik lagi di kelas. Karena udah punya target yang jelas, so tahun ini kamu jelas lebih memperioritaskan urusan belajar supaya tujuan kamu bisa tercapai. Otomatis, motivasi belajarmu juga makin terpacu karena kamu ingat bahwa prioritasmu adalah belajar untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi.
Nggak cuma itu aja, kalau kita punya prioritas dalam hidup, yang jelas itu bikin kamu ogah ngelakuin hal-hal yang nggak ada gunanya. Kalo kamu udah pasang target kepingin dapat prestasi yang lebih baik lagi, secara otomatis yang ada di kepalamu cuma terus belajar giat supaya bisa meraih prestasi yang lebih baik. Nah, kalo sudah begitu, yang namanya diajak dugem, nongkrong yang nggak jelas, apalagi sampai ngedrugs, udah pasti bakalan ditolak mentah-mentah. Kamu sudah pasti nggak mau urusan belajarmu terganggu dong, just because hal-hal yang bisa-bisa bikin targetmu nggak tercapai.
Ingat nggak? Om Paulus aja juga bilang, kalo punya prioritas dalam hidup itu memang bikin kita fokus en nggak kepikiran yang lain-lain, selain mikirin apa yang jadi prioritas hidup kita. Di 1 Korintus 9:25 dibilang, “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” Pendek kata, hidupmu nggak bakalan sia-sia kalo kamu punya prioritas yang jelas di dalam hidup kamu. Kamu nggak akan merasa hidupmu nggak berarti, karena kamu sudah punya prioritas utama dalam hidupmu. Karena prioritas hidup juga, kamu bisa membuat hidupmu jadi berguna, jadi efektif, dan meraih kesuksesan.
Makanya, Wawan sangat-sangat setuju kalo young man like us tuh kudu punya yang namanya prioritas hidup. “Jelas sangat penting dong kalo anak muda punya prioritas. Kalo nggak punya prioritas, jadinya seperti kehilangan kompas, nggak ada tujuannya, so nggak tahu harus mo ngapain, kan? Akhirnya, ya kita jadi ngawur, jadi nggak bisa bedain mana hal-hal yang baik, hal-hal yang  berguna, dari hal-hal yang tidak berguna. Tapi kalo punya prioritas hidup, kita bisa lebih lagi kita melakukan hal-hal yang lebih baik lagi, hidup lebih terarah karena kita punya tujuan yang jelas. Kita bisa tahu persis, apa sih yang menjadi utama dalam hidup ini, yang harus kita lakukan buat bisa mencapai tujuan hidup yang sudah ditetapkan,” imbuh cowok yang memprioritaskan hidupnya untuk melayani serta menyenangkan hati Tuhan, dan mejadi berkat bagi semua orang lewat apapun yang dikerjakannya.

Bikin prioritas? But... how?

Yang terutama ya kamu kudu punya patokan dulu sebelum bikin prioritas. Satu-satunya yang jadi patokan kita adalah firman Tuhan. Next, mulai tentukan apa yang menjadi tujuan hidupmu. Apa sih yang hendak kamu capai? Segala sesuatu yang jadi tujuan hidup kita harus berlandaskan firman Tuhan. Coba deh mulai ask your self, apa sih yang menjadi tujuan hidupmu? Dengan mengetahui tujuan kamu, akan lebih mudah buat kamu bikin target bagi diri sendiri en mencoba untuk memenuhinya.
Berikutnya, mulai deh bikin target. Dengan membuat target, kamu pun akan lebih mudah membuat langkah-langkah untuk mencapai target tersebut. Mencapai target yang kamu buat akan mempermudah kamu untuk mencapai tujuan yang sudah kamu tetapkan. Target yang kamu rencanain bisa berdasarkan waktu, misalnya, 2 tahun mendatang, 5 tahun mendatang, and so on. Bikin target nggak perlu yang muluk-muluk. Buat target yang sewajarnya aja. Jangan bikin target yang terlalu sulit untuk dicapai, atau bahkan membuat target yang terlalu mengada-ada untuk dicapai. Cobalah untuk membuat target yang ringan-ringan dulu. Misalnya, pasang target tahun ini harus selesain skripsi dan diwisuda.
Nah selanjutnya, baru bikin prioritas. Dari tujuan en target yang ingin kamu capai, apa yang jadi prioritas kamu. Misalnya aja nih, kamu bisa bikin list apa saja yang harus kamu lakukan tiap harinya, atau tiap minggunya, untuk menyukseskan target yang pengen dicapai. Ngomongin soal perencanaan target ini, firman Tuhan juga bilang, “Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang,...” (Amsal 24:6a). Tanpa bikin rencana yang matang buat bikin target yang seperti apa dalam hidup ini, sulit buatmu untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam hidup. Kamu bisa buat daftar Things to Do Today, untuk mempermudah merencanakan, apa saja yang harus kamu lakukan supaya dapat meraih target yang sudah kamu buat.
Next, usahakan untuk menyelesaikan apa yang sudah kamu rencanakan tepat waktu. Seperti pepatah bilang, “Don't put things until tomorrow." Apa yang bisa kamu kerjakan atau kamu rencanain untuk dikerjakan, so selesaikanlah dengan baik dan jangan pernah ditunda-tunda. Menunda-nunda cuma bikin segala prioritas yang sudah kamu buat jadi berantakan, dan akhirnya kamu gagal mencapai target yang sudah ditetapkan.
Well... sobat muda, kalau kamu-kamu pengen hidupmu jadi lebih hidup en nggak sekedar hidup aja, mulai sekarang belajar untuk menetapkan prioritas dalam hidupmu. Jangan mau dirayu Mang Iib, yang sengaja ngebujuk kamu supaya menjalani hidup yang tanpa prioritas dan tak tentu arah. Ingat! Allah mau hidup kamu tuh jadi berguna en nggak sia-sia.(ica)             (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2004)

Selasa, 30 November 2004

BUNUH DIRI: JALUR CEPAT MASUK NERAKA


Ade Irma (19), mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta, tewas Rabu (16/4 2004) pukul 01.00 setelah menyemprotkan racun serangga ke mulutnya. Polisi menduga, Ade nekat bunuh diri karena hubungan asmaranya dengan kekasihnya tidak disetujui orangtuanya. (Kompas, 17 April 2003)

Hiyy… miris banget kan ngeliat berita di atas? Yang namanya fenomena bunuh diri ternyata kini nggak cuma didominasi sama orang-orang yang nggak punya (ekonomi lemah) ataupun orang-orang yang sudah dewasa. Kenyataannya sekarang, banyak anak-anak muda, bahkan juga anak-anak kecil yang ikut-ikutan mematikan nyawa sendiri. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kasus bunuh diri saat ini menduduki peringkat 12 sebagai penyebab kematian. Setiap tahun di seluruh dunia tak kurang dari 948.000 orang tewas karena bunuh diri. Para pakar juga memprediksi kalo kasus bunuh diri ini akan terus melonjak selama 20 tahun mendatang. Gimana dengan di Indonesia? Ternyata nggak kalah ngeri juga lho. Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia selama semester pertama tahun 2004 sudah mencapai 92. Hampir menyamai jumlah seluruh korban tahun 2003 yang tercatat 112 kasus! (Kompas, 17 Juli 2004).
           Masih ingat kan, 4 Juni 2004 lalu, Aman Muhamad Soleh (14), siswa kelas VI SDN Cikarang Uta-ra, Bekasi, yang hampir mati gantung diri dan minum racun tikus, gara-gara malu nggak bisa bayar ujia akhir serta menebus ijazah sebesar Rp. 150.000,-? Pendek kata, bunuh diri bisa terjadi pada siapa saja, nggak perduli apa latar belakangnya. Bahkan orang yang berasal dari keluarga baik-baik, terlihat bahagia en nggak kekurangan suatu apapun, tiba-tiba aja nenggak baygon rasa strawberry. What so pity guys…
       Ironisnya lagi, ternyata ada juga anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh, aktif di pelayanan, rajin persekutuan, rajin ke gereja, dan always terlihat fine-fine aja, tiba-tiba ditemukan tewas gantung diri usai mengajar sekolah minggu, gara-gara cintanya bertepuk sebelah tangan. Nah, makin jelas kan kalo bunuh diri tuh nggak cuma dilakuin sama orang-orang yang nggak kenal Tuhan. Orang yang kenal Tuhan dan yang (kelihatannya) sungguh-sungguh pun bisa memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.

No hope, no way out
        Kenapa sih orang-orang ini kok ‘tergerak’ melakukan bunuh diri? Persoalan keluarga yang broken home, ekonomi keluarga yang minim banget, cintanya ditolak, kehilangan pekerjaan, nggak lulus ujian, selalu diejek teman, jadi korban perkosaan/ pelecehan seksual, merasa sendirian, kena pengaruh narkoba, dan seribu satu alasan lainnya. Mungkin buat kamu-kamu yang ngerasain masalah-masalah tersebut just a simple thing, but it doesn’t like that for them. Buat mereka, this is a big… big problem. Hal-hal semacam inilah justru bikin mereka putus asa, ngerasa nggak berharga lagi, nggak ada artinya, ngerasa nggak ada yang mau care sama mereka, ngerasa semua jalan sudah tertutup and there’s no way out.
        Ketika nemuin jalan buntu, mereka mengira bahwa nggak ada seorang pun yang sanggup menolong mereka. Bahkan meski sudah berdoa puasa sampai jungkir balik memohon pada Bapa di surga, tetapi tetap saja jawabannya nggak nongol-nongol juga. Datang ke counselor or kakak rohani ataupun pendeta, tetap saja hasilnya juga nol besar. Lama kelamaan jadi bosan, bingung, dan jenuh. Walhasil, di mata mereka solusinya cuma satu, mengakhiri hidup supaya masalahnya berakhir pula, dan mereka segera terbebas dari stress dan depresi akibat masalah-masalah yang dihadapi. Tapi, apa benar suicide itu jadi satu-satunya way out?

It’s not a solution
        Memang sih, keputusan bunuh diri kelihatannya simpel, dan sepertinya itulah the one and only way to solve your problems. Tapi sesungguhnya, it’s totally wrong, man! Bagaimanapun juga, bunuh diri bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, bukannya menyelesaikan masalah, tapi justru malah nambah-nambahin masalah. Kok bisa?
      Coba deh pikir baik-baik. Kalo kamu mengambil keputusan untuk kill yourself, dan kebetulan rencana bunuh dirinya sukses besar, sepintas memang kayaknya masalahmu selesai. Tapi, kepikir nggak sih kalo orang-orang di sekelilingmu, seperti keluargamu, teman-temanmu, orang-orang yang kamu sayang, bakalan susah dengan biaya rumah sakit, pemakaman, urusan polisi, dan tetek bengek lainnya yang bikin mereka musti berepot ria. Belum lagi perasaan sedih, ngerasa bersalah, merasa kehilangan, etc, just because keputusan konyolmu untuk mengakhiri hidup, sementara mungkin selama ini secara nggak kamu sadari, kamu adalah harapan dan penghiburan buat mereka. Nah, jadi tambah susah kan mereka kalo kamu bunuh diri? Itu baru masalah yang pertama.
Masalah yang kedua, sudah pasti urusannya between you and our Father in heaven. Sudah nggak bisa dipungkiri lagi kalo kita musti mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita semasa hidup di hadapan Tuhan (Matius 12:35-37). Begitu juga kamu musti mempertanggungjawabkan keputusan bunuh diri yang kamu buat itu di hadapan Tuhan. Apalagi Tuhan jelas-jelas menentang yang namanya pembunuhan. Firman Tuhan, “Jangan membunuh.” (Keluaran 20:13). Ini nggak cuma berarti menghilangkan nyawa orang lain alias sesama kita, tapi juga include nggak boleh menghilangkan nyawa sendiri alias bunuh diri. Kamu terhitung sebagai pembunuh, meski itu pembunuh nyawa sendiri. Dan tahukah kamu apa akibatnya kalau melanggar hukum Allah yang satu ini? “...mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."(Wahyu 21:8). Yup... right! Hukumannya adalah neraka. Mengerikan bukan?

Trik-nya Iblis?
         That’s absolutely right. Bunuh diri memang tricky wicky-nya Mang Iib untuk menghentikan rencana Allah dalam kehidupan kita. Yah... itulah tujuan Iblis yang ingin  membelokkan kita dari jalan-Nya Tuhan (baca: Kisah Rasul 13:10, Yohanes 8:44). Iblis cuma mau satu hal, yaitu supaya kita menyerah pada situasi, menyerah dengan segala permasalahan hidup kita, hingga akhirnya mengambil keputusan untuk ‘menyelesaikan hidup’, dan memilih jalan pintas masuk neraka yaitu suicide.
             Boys and gals, jangan pernah sekali-kali untuk coba-coba ambil keputusan yang bodoh dan risky ini. Remember, kalo kamu nekat take this way, bunuh diri, itu sama artinya kamu sedang menggenapkan rencana Iblis. Padahal kita semua dipanggil menggenapkan rencana Allah(Roma 8:28-30, Roma 9:11). Kalo kamu udah ngaku sebagai anak Allah yang telah ditebus, diselamatkan, dan menerima panggilan-Nya, nggak semestinya kamu lebih memihak pada Mang Iib untuk menggenapi rencananya. Seharusnya, kamu menyayangkan nyawamu sendiri, supaya kamu bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan (Roma 12:1), supaya rencana Allah tergenapi.

There’s always a way...
Ini yang harus selalu terpatri di dalam hati dan pikiran kamu. Selalu ada jalan keluar untuk semua masalah yang kita hadapi, selama kita mau terus bersandar kepada Allah. Nggak ada istilah no way out di dalam Tuhan. Selama kita semua berada di dalam Tuhan, pasti ada jalan keluar. Jangan sekali-kali menghindari Tuhan, apalagi sampai bosan datang pada Tuhan, dan mulai memilih melakukan hal-hal bodoh, just like suicide, cuma untuk melenyapkan segala persoalan hidup yang kamu punya. Masih ingat sama mas Daniel kan? Apa yang dilakukan setiap kali dia punya masalah? That’s right. Daniel selalu datang kepada Tuhan (lihat: Daniel 6:11-12, 9:3, 9:20). Nah, kebiasaan inilah yang kudu ditiru.
Masalahnya, seringkali setiap kali ada masalah, kamu bukannya datang pada Tuhan supaya dapat way out untuk ngadepin masalahmu, tapi kamu justru malah cenderung lari dari masalah. Seringkali kamu berusaha menghilangkan masalah dengan caramu sendiri, yang kamu anggap sukses untuk ngilangin masalah, just like ngerokok, narkoba, minum-minuman keras, and so on, sampai akhirnya kalo sudah nggak kuat terus milih jalan pintas yaitu bunuh diri.
Guys, ingat, Allah nggak suka kita lari dari masalah. Ia mau kita mampu menghadapi setiap masalah yang datang, supaya kita jadi tough. Lagi pula, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”(1 Korintus 10:13).
Tuh...kan... apapun masalah yang kamu hadapi, tangan Tuhan tak kurang panjang untuk menyelamatkan kita dari segala macam persoalan (Yesaya 59:1). Ia juga nggak pernah terlalu cepat, tapi juga nggak pernah terlambat untuk menolong kita. Yang Allah mau dari kita cuma satu, terus mencari Dia, cari tahu kehendak-Nya, dan nantikan pertolongan-Nya dengan tekun dan sabar, karena Ia akan memberi pertolongan tepat pada waktu-Nya, dan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya.q(ica)     (telah diterbitkan di Majalah & Renungan Harian Pemuda Remaja RAJAWALI, Edisi November 2004)

Minggu, 31 Oktober 2004

NGGAK TERGANTUNG

Bacaan : 1 Korintus 15:33-34
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
(1 Korintus 15:33)

Elvi girang banget akhirnya bisa diterima di gank-nya Vero. Hmm, sudah lama banget ia mengidam-idamkan masuk kelompok Vero yang ngetop di sekolah, akhirnya kesampaian juga. Tapi, sejak Elvi bersahabat dengan Vero, Elvi berubah jadi cewek yang doyan ke diskotek, pulang pagi dalam keadaan mabuk, en sekolahnya terbengkalai. Padahal sebelumnya Elvi dikenal sebagai anak yang taat dan berprestasi, juga aktif di pelayanan. Ketika ortunya menegur, Elvi malah membela Vero dan memutuskan meninggalkan rumah hanya demi mempertahankan pertemanannya dengan Vero. Elvi takut kehilangan teman-temannya.
Sobat muda, banyak di antara kita yang seringkali bersikap seperti Elvi. Hanya karena ingin diterima di suatu kelompok, kita bisa berbuat apa saja tanpa pikir panjang lagi, tak perduli bahwa apa yang kita lakukan itu nantinya akan berakibat buruk pada diri kita sendiri. Sebagai manusia, wajar dong kalau kita punya keinginan untuk berteman, dan memang sudah seharusnya kita bersosialisasi. Tetapi ketika kita sudah menjalin pertemanan, bukan berarti kita kemudian jadi tergantung dengan teman kita. Nggak berarti juga hidup kita ditentukan oleh teman-teman kita. It’s not like that man! 
Sebaliknya, Allah justru menginginkan kita bisa menjadi garam dan terang di antara teman-teman kita (baca: Matius 5:13-16). Bukannya kita, yang sudah kenal sama Kristus dan hidup di dalam Dia, yang akhirnya malah dipengaruhi oleh mereka. Remember! Allah mau hidup kita bisa jadi berkat buat orang lain. It’s okay for us berteman dengan siapapun. Persoalannya adalah bagaimana kita bisa lebih bijaksana dalam berteman. Kita kudu waspada, supaya jangan sampai kena getahnya, jadi ikut-ikutan buruk seperti teman-teman kita, tetapi bagaimana kita bisa mempertahankan prinsip kebenaran di dalam Kristus, supaya kita bisa menggarami teman-teman kita lewat sikap, tingkah laku serta tutur kata kita.(esi)


(Telah dimuat di Renungan Harian Rajawali)


Sabtu, 30 Oktober 2004

THE REASON IS YOU

Bacaan : Titus 2:11-15
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita;...”(1 Yohanes 3:16a)

      Andrew kecil marah besar pada ayahnya, begitu tahu sang ayah melarangnya dengan keras, untuk bermain layang-layang di pinggir rel kereta bersama teman-temannya. Andrew kesal, seolah-olah ayahnya tak mau tahu kesenangannya bermain bersama teman-temannya. Sampai suatu hari, tak bisa menahan tantangan teman-temannya untuk mengadu layang-layang, Andrew nekad melanggar larangan ayahnya. Lagi asyik-asyiknya main adu layang-layang, tiba-tiba saja melintas sebuah kereta listrik berkecepatan tinggi. Andrew yang berdiri di tengah rel kereta, tak sempat lagi menghindar. Ia hanya mampu memejamkan mata, ketika tiba-tiba saja ia merasakan ada yang meraih tubuhnya dengan cepat. Saat Andrew membuka matanya, kereta itu sudah berlalu. Yang tersisa hanyalah sesosok tubuh bersimbah darah, terbujur kaku di tepi rel kereta. Dialah ayahnya, yang telah menyelamatkan nyawa Andrew, dan Andrew hanya bisa menangis menyesali semuanya.
       Sobat muda, nggak sekali dua kali kan kamu-kamu bersikap sama seperti Andrew? Kita suka marah, ngambek, en protes berat, ketika Allah nggak ngizinin kamu ngelakuin sesuatu yang kamu suka dan kamu inginkan. Nggak jarang juga kan kamu suka sebel sama Allah, dan maybe nganggep Dia kuno en nggak bisa ngertiin kamu. Sometimes kamu juga nganggep kalo actually Tuhan sama sekali nggak perduli sama kamu, just because Dia nggak ngabulin apa yang jadi keinginanmu.
     Guys, mungkin selama ini kamu sering mengira, kalau Allah berbuat seperti itu tanpa alasan yang jelas. Sama seperti Andrew yang mengira ayahnya nggak punya alasan untuk melarang dia. Padahal, sebenarnya ayah Andrew punya alasan yang jelas. Yah... alasannya adalah Andrew. Karena dia mengasihi Andrew, sang ayah tak ingin Andrew mendapat celaka. Demikian pula dengan Allah. Allah punya alasan yang cukup jelas, yaitu kita semua. Karena Ia begitu mengasihi kita, sehingga Ia rela melakukan apapun juga, bahkan sampai menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus segala dosa kita (Yohanes 3:16).
   So, kalo sampai Allah melarang kamu ngelakuin hal-hal yang nantinya malah bakal menjeremuskan kita, jangan keburu marah-marah dulu sama Dia.. Remember, Dia melakukan semuanya itu, just because of you. Take it easy, guys. Ambil waktu untuk berdiam diri, berdoa, then cari tahu kehendak Allah, supaya kamu nggak salah sangka, dan selalu hidup di dalam Dia, seturut kehendak-Nya.(esi)

(Telah dimuat di Renungan Harian Rajawali)

Kamis, 30 September 2004

HELENA ANDRIAN : “Apapun Yang Helen Lakukan, Helen Selalu Ingin Menyertakan Tuhan.”

 
Buat penggemar ajang Indonesian Idol, pasti sudah nggak asing lagi sama si cantik yang satu ini. Meski sudah nggak gabung lagi sama Indonesian Idol, pemilik nama Helena Andrian ini sama sekali nggak menyesalinya. “Keputusan Helen sudah bulat, dan kebijaksanaan dari Fremantle Helen harus keluar dan bukan lagi menjadi bagian dari Indonesian Idol. Ya sudah... Helen jalani saja. Karena itu keputusan Helen, makanya ada kebijaksanaan begitu. Yang pasti hubungan Helen dengan teman-teman di Indonesian Idol juga dengan pihak Fremantle masih sangat erat. Karena mundurnya Helen dari II ini nggak ada ricuh, nggak ada ribut, tapi kita bicarakan dengan kekeluargaan. Jadi, baik-baik kok, nggak ada penyesalan, ” beber kelahiran Jakarta, 5 September 1984.

Doyan Joget Dangdut?
Yap! Gara-gara waktu balita doyan nongkrong di kamar pengasuhnya yang hobi dengerin dangdut, jadilah Helen senang juga joget-joget dangdut. Pokoknya, asal dengar musik dangdut, tanpa dikomando lagi tubuh mungil Helen pun otomatis bergoyang. Biar pas udah gede Helen sempat rada malu juga kalo ingat hobi masa kecilnya, justru hobi joget-nya itu malah menghibur en bikin ortunya tambah sayang sama doski.
Mengingat masa kecilnya, bikin anak ke 3 dari 4 bersaudara pasangan Eddy Gunawan dan Jenny Gunawan ini selalu terkenang-kenang. “Terlalu banyak yang lucu-lucu. Cuma ya yang pasti kecilnya Helen itu senang punya keluarga yang semuanya adil. Jadi Helen ngerasain hari-hari Helen senang aja,” cerita mantan Remaja Kencur 1997 ini sambil senyum-senyum.

Fokus Ke Nyanyi
Dikaruniai suara indah, Helen jelas-jelas mensyukurinya. “Perasaannya senang ya. Mungkin setiap orang ada kelebihannya. Kita cuma bisa syukuri apa yang kita punya. Kita nggak mungkin jadi orang lain. Tuhan itu adil menurut Helen. Jadi, apa yang Helen punya, Helen cuma bisa bersyukur, dan mudah-mudahan Helen bisa kembangin, karena talenta itu datangnya dari Dia, dan Dia juga yang pasti bisa bakal ngambil. Ya jadi, gimana cara kita yang  memanfaatkannya aja,” tutur mahasiswi semester 3, London School jurusan Public Relation ini.
Lepas dari Indonesian Idol, Helena tetap memfokuskan dirinya menggapi cita-cita menjadi seorang penyanyi handal. “Prioritasnya sekarang jadi penyanyi. Dari awal itu prioritasnya. Tapi targetnya belum tercapai, karena apa yang Helen inginkan, yaitu punya album sendiri, itu kan belum tercapai. Rencana untuk buat album sudah ada. Ya mudah-mudahan aja bisa secepatnya,” harap cewek yang juga pengen bikin album rohani ini.

Selalu Menyertakan Tuhan
Meski sibuk meraih cita-citanya sebagai penyanyi, finalis 4 besar babak Spektakuler Show Indonesian Idol ini juga nggak mau menelantarkan kuliahnya. Kuliahnya tetap lancar seperti biasa. Bahkan, jemaat sebuah Gereja Bethel di kawasan Gajah Mada, Jakarta Pusat ini juga masih aktif pelayanan lho. Nggak cuma terbatas di gerejanya, tapi Helen sering juga diminta pelayanan ke berbagai gereja, baik untuk mengisi puji-pujian maupun untuk memberikan kesaksian.
Komitmen Helen untuk terus melayani Tuhan ini, ternyata nggak lepas dari pengalamannya bersama Yesus. “Buat Helen, hidup ini setiap harinya selalu ada kesannya. Dari mulai hari ini, ikut Indonesian Idol, Helen ngelakuin apapun, pasti selalu berkesan. Yang Helen bisa ambil, Tuhan selalu beserta Helen. Dia selalu ada dalam kehidupan Helen. Karena apapun yang Helen lakuin, apapun yang Helen jalanin, Helen selalu ingin menyertakan Tuhan dalam hidup Helen,” ujarnya mantap.
Untuk Natal tahun ini, doski bakal melewatkannya bareng keluarga.  “Kebetulan di keluargaku nggak ada tradisi khusus. Tapi yang pasti kita selalu makan malam Natal, terus yang pasti ya ke gereja. Kalau pasang pohon Natal, kadang iya kadang nggak. Karena rumahnya nggak gede, kalau kita taruh pohon takutnya kesempitan, jadinya sumpek ya. Untuk Natal tahun ini, Helen berharap apa yang sudah kita lakuin kemarin, apa yang kita lakuin yang sudah-sudah, ya mudah-mudahan bisa jadi lebih baik.”(esi)


(Telah dimuat di majalah Rajawali)

Yudistira Virgus : "EMAS ITU UNTUK TUHAN"




Fisika! Aduh... susah deh... Gitu deh yang langsung terbayang sama kebanyakan di antara kamu. Baru dengar namanya aja, belum-belum sudah lemas. Tapi apa benar yang namanya pelajaran Fisika tuh justru asyik nggak sehoror yang kamu-kamu bayangin? Coba deh, kita tanya-tanya yuk sama Yudistira Virgus, cowok kelahian Palembang, 28 Agustus 1985, yang belum lama ini berhasil memenangkan medali emas Olimpiade Fisika Internasional di Korea, dan menjadi Juara Dunia Olimpiade Fisika 2004.

Bisa diceritain proses dari awal kamu ikutan olimpiade fisika, sampai akhirnya menang di ajang tersebut?
Awalnya aku mulai ikut seleksi Olimpiade Fisika di sekolah. Waktu itu aku masih sekolah di SMU Xaverius 1 Palembang.  Terus setelah terpilih, aku kemudian ikut seleksi tingkat kota Palembang dan meraih juara 1. Jadi juara 1 di Palembang, aku terus ikut kompetisi tingkat provinsi Sumatera Selatan. Di sana aku meraih juara 1 juga. Baru setelah itu aku dikirim ke tingkat nasional. Di tingkat nasional ini, lagi-lagi aku dapat ranking 1. Karena ranking 1 tingkat nasional, aku berhak ikut Olimpiade Fisika di tingkat Asia. Sebelum maju di Olimpiade Fisika tingkat Asia, aku ditraining selama 7 bulan bersama Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), yang dibimbing Pak Yohanes Surya. Olimpiade Fisika Asia yang kuikuti pertama kali, yaitu The Asian Physics Olympiad (APhO) IV, di Salaya–Thailand, pada 20–29 April 2003. Di sini aku berhasil meraih medali emas. Setelah itu aku dipilih bersama 5 orang lainnya, untuk ikut olimpiade fisika dunia. Di Intenational Physics Olympiad (IPhO) XXXIV, yang diselenggarakan pada 2–11 Agustus 2003, di Taipei–Taiwan, aku meraih medali perunggu. Tanggal 26 April–4 May 2004, aku dikirim lagi ke APhO V di Hanoi–Vietnam. Sayangnya, kali ini aku nggak berhasil memenangkan satu medali pun. Tapi itu nggak bikin aku patah semangat. Di Olimpiade Fisika terakhir yang aku ikuti, yaitu IPhO XXXV di Pohang–Korea pada 15–22 Juli 2004, akhirnya aku kembali meraih medali emas.

Bagaimana perasaanmu setelah menjadi juara olimpiade fisika?
Ya senang sekaligus lega. Soalnya aku bisa menutup karir olimpiade fisika dunia yang aku ikuti, dengan  prestasi gemilang.

Apa sih yang mendorong kamu untuk ikutan olimpiade fisika?
Jujur aja, aku pengen mengharumkan nama sekolah. Selain itu, ikutan olimpiade fisika ini karena aku juga pengen mencari pengalaman serta belajar fisika lebih banyak lagi.

Ada nggak kejadian yang paling berkesan waktu ikut olimpiade fisika?
Kejadian paling berkesan mungkin ketika aku dianggap remeh sama tim lain. Tapi di sana justru aku bisa ngebuktiin kalo nggak segampang itu mereka bisa mengalahkan aku. Akhirnya, tim yang tadinya nganggep aku sebelah mata, akhirnya harus mengakui kekalahanku.

Menurut kamu, apa yang menarik dari fisika sehingga kamu memilih untuk mendalaminya?
Banyak sekali yang membuat aku tertarik sama fisika. Fisika itu pelajaran yang menantang sekali, dan juga kita nggak perlu menghafal mati, karena di fisika semuanya bisa diturunkan dari dasar. Selain itu, fisika tuh pelajaran yang sangat melatih logika berpikir. Hmm... terus terang nih... aku orangnya paling suka berpikir.

Seberapa penting sih prestasi yang kamu raih ini dalam hidupmu?
Jelas penting banget. Terutama medali emas terakhir yang aku dapat, itu benar-benar sangat penting dalam kehidupanku, karena sangat berkaitan erat dengan kerohanianku. Saat aku dapat medali emas itu, aku sungguh-sungguh ngerasain tangan Tuhan bekerja dalam hidupku. Pokoknya medali emas itu untuk Tuhan.

Apakah kamu sudah merasa cukup dengan prestasi yang sudah kamu raih selama ini?
Cukup? Aku rasa kalo misalnya aku berhenti sekarang artinya prestasiku yang lalu jadi tidak ada manfaatnya. Jadi aku sangat mensyukuri prestasi yang pernah aku raih, dan aku akan selalu berusaha meningkatkannya.

Pernah nggak kamu terpikir, bahwa hobimu sama fisika ini bisa kamu gunakan untuk melayani Tuhan?
Tentu saja bisa. Saya bisa mengajar di banyak tempat, sekaligus bagi Firman Tuhan di sana. Di samping itu juga, kemenangsan saya di Olimpiade Fisika ini bisa jadi kesaksian untuk teman-teman yang lain.

Apa rencanamu ke depan nanti?
Sekarang ini aku baru lulus SMU dan baru masuk kuliah di Institut Teknologi Bandung, jurusan fisika. Rencananya setelah lulus nanti bakal nerusin sekolah di Amerika Serikat. Aku pengen mewujudkan cita-citaku jadi fisikawan dunia.

Bagaimana dukungan keluarga dalam hidupmu?
Keluargaku sangat mendukung dalam prestasi dan juga segala usaha yang aku lakukan untuk mencapai itu.

Di sela-sela kesibukan kamu, apakah masih sempat aktif di gereja?
Aktif ke gereja sih iya. Tapi kalo aktif di pelayanan, aku belum pernah. Soalnya aku sendiri terhitung baru masuk dan mendalami kehidupan kekristenan. Tapi someday,aku pengen juga. (ika)


(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

THE BEST OF ME

Bacaan Ezra 7:1-27
“Dari segala yang diserahkan kepadamu, yakni dari segala yang terbaik di antaranya, haruslah kamu mempersembahkan seluruh persembahan khusus kepada TUHAN, sebagai bagian kudus dari padanya.”(Bilangan 18:29)

“Pokoknya aku harus menang. Aku harus juara 1. Aku harus menjadi si nomor satu. Apapun caranya, gimanapun caranya, aku harus jadi yang nomor satu!” Most of young man like us punya keinginan seperti ini, yaitu menjadi si nomor satu. Entah itu dalam hal prestasi belajar di sekolah, olahraga, hobi yang lagi ditekuni, meraih perhatian orang-orang di sekitar kita, termasuk keluarga, teman, guru, pacar, de el el. Intin pokoknya, pingin jadi si nomor satu! Kadang-kadang kita  pun jadi suka berpikir kalau untuk menjadi yang terbaik itu ya musti jadi si nomor satu. Padahal, actually it’s not like that!
Sobat muda, tahu nggak sih kalo sebenarnya Allah tidak menginginkan kita semua menjadi makhluk yang ambisius, menjadi si nomor satu. Sebaliknya, Allah ingin kita bisa melakukan yang terbaik dan meraih yang terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup ini. Allah lebih menginginkan kita menjadi orang yang expert di bidang yang kita geluti.
Coba deh perhatikan Om Ezra. Om Ezra dikenal sebagai teolog yang super pintar. Tapi, meski Om Ezra sudah sangat ahli dan mahir tentang firman Tuhan (Ezra 7:6a), dia tetap  mau untuk terus menerus mempelajari firman Tuhan. Nggak cuma belajar firTu, tetapi dia juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mau mengajarkannya kepada orang lain (Ezra 7:10). Biarpun sudah jadi orang yang paling top dan sangat ahli kitab suci, Om Ezra nggak sombong juga nggak pelit ilmu. Dia mau orang lain berkembang juga, so that’s why dia mau membagikan pengetahuan firTu yang di dapat dan dipelajarinya kepada orang lain.
 Seperti itulah yang Allah inginkan dari kita. Nggak perlu terlalu berambisi untuk jadi si nomor satu, tapi melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup ini, dan menjadi orang yang ahli di bidang yang kita kuasai, itulah yang terpenting. Allah tidak ingin kita berhenti sampai pada satu titik. Ingatlah, Allah punya rencana yang besar dalam hidup kita. Seperti yang Tuhan Yesus bilang, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.” (Yohanes 14:12). Allah mau kita terus menerus belajar, serta melakukan dan meraih yang terbaik yang bisa kita kerjakan.
Jangan jadi sombong! Bagaimanapun juga semua bakat dan keahlian yang kita punya ini, adalah pemberian Tuhan. Itu sebabnya kita nggak boleh pelit ilmu, dan mau berbagi dengan orang lain. Ketika kita mau membagikan ilmu pada orang lain, sama halnya kita sudah menjadi berkat buat orang lain. Bukankah kita semua diberkati Allah dan dipanggil-Nya untuk menjadi berkat bagi orang lain (1 Petrus 3:9)? Nah, sekarang tunggu apa lagi? Lakukanlah yang terbaik untuk Tuhan, dan jadilah berkat bagi orang-orang di sekelilingmu.(esi)

(Telah dimuat di Renungan Harian Rajawali)