Kamis, 30 April 2009

MAHALNYA HARGA KEBAHAGIAAN


Beberapa tahun lalu, sebuah survey dilakukan oleh Yahoo! Personal Finance terhadap 2500 orang dari berbagai negara. Dari hasil survey tersebut terungkap kalau ongkos untuk mencapai kebahagiaan bisa mencapai US$5 juta atau sekitar Rp 40 miliar. Ternyata uang sebanyak itu diperlukan untuk membeli rumah impian, mobil impian, liburan dan gaya hidup menyenangkan. Wow…
Survey tersebut juga mengungkapkan kalau rata-rata orang butuh US$4.907.731 untuk mendapatkan rumah, mobil dan gaya hidup impian yang menurut mereka bisa bikin bahagia. Sayangnya rata-rata gaji yang mereka terima sedemikian kecil. So, butuh waktu 94 tahun untuk mewujudkan impian tersebut. Hasil studi juga nunjukin kalau cewek lebih banyak maunya ketimbang cowok. Meski cuma beda tipis, cewek membutuhkan US$4,9 juta, sementara cowok butuh US$4,75 juta untuk mewujudkan gaya hidup impiannya. Ternyata nggak cuma itu saja. Tambah umur juga bikin orang lebih banyak maunya. Mereka yang berusia 24 tahun ke bawah butuh US$4,6 untuk hidup bahagia. Sedangkan mereka yang berumur 44-55 tahun butuh US$5,3 juta.

What is the happiness?
Apa, sih, kebahagiaan itu? Mengapa juga kita kudu hidup bahagia dan selalu mencari-cari kebahagiaan? Seringkali kebahagiaan diidentikkan dengan kecukupan dan kesenangan. Kamus besar bahasa Indonesia bahkan mendefinisikan kebahagiaan sebagai kesenangan dan ketenteraman hidup, keberuntungan serta kemujuran yang bersifat lahir batin. Makanya enggak usah heran kalau kebanyakan orang berlomba-lomba untuk mengejar kesenangan hidup, berusaha bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan hidup, demi mencapai sebuah kebahagiaan.
Bahkan ada orang-orang yang sampai harus menghalalkan segala cara, sampai dengan cara-cara jahat pun digunakan, untuk mendapatkan apa yang mereka pikir itu adalah kebahagiaan. Contohnya, nih, ada banyak orang yang begitu inginnya menjadi kaya dan hidup berkecukupan sehingga mereka akhirnya melakukan korupsi. Mereka menyangka bahwa jika mereka hidup kaya dan berkecupan, secara otomatis kebahagiaan itupun akan didapatkan. Tapi benarkah ketika segala yang dimiliki oleh dunia ini sudah berada dalam genggaman, maka secara otomatis kebahagiaan itu juga berada dalam genggaman kita?

One way to be happy
Well, ternyata susah, ya, buat orang-orang dunia untuk ngedapetin sebuah kebahagiaan. Mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan dengan mudah diraih ketika kita memiliki segalanya. Padahal sesungguhnya kekayaan, kehormatan, dan semua kesenangan dalam hidup sama sekali nggak memberikan jaminan apapun kepada kita untuk dapat meraih kebahagiaan yang sejati. Coba perhatikan sekeliling kita. Berapa banyak anak-anak muda yang tergolong selalu hidup berkecukupan, ternyata harus jatuh ke dalam pelukan narkoba dan miras, terjerumus dalam gelimang kehidupan malam, demi meraih kebahagiaan yang ternyata semu. Melarikan diri dari keluarga yang berantakan, namun yang didapat hanya kebahagiaan sesaat saja. Malahan gara-gara berusaha mencari kebahagiaan semu itu, yang diperoleh akhirnya bukan kebahagiaan tapi justru kesengsaraan. Masuk bui gara-gara tertangkap razia narkoba. What a pity...
Padahal, sebenarnya nggak susah untuk mencapai kebahagiaan. Nggak perlu mahal-mahal sampai ngeluarin banyak uang, dan nggak perlu bersusah payah mencari-cari. Pengkhotbah 8:12 bilang, “…bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya.” Guys, just one way to get the happiness. Yap! Kebahagiaan sejati memang cuma bisa didapat di dalam Kristus. Kalau kita mengenal Kristus dan mau hidup seturut dengan firman-Nya, nggak tanggung-tanggung kebahagiaan itu secara otomatis akan kita dapetin. Bukan pula kebahagiaan semu yang kita dapatkan, tapi kebahagiaan sejati di dalam Kristus yang nggak bakal ada matinya. Bersyukurlah karena kita semua sudah memiliki Kristus dan meraih kebahagiaan sejati di dalam Dia. So, nggak usah nyari-nyari lagi kebahagiaan di tempat lain, deh. Kalau kita sudah punya the real happiness, kita nggak butuh apa-apa lagi. Dan kalau kita sudah memiliki sumber kebahagiaan sejati itu, sudah semestinya kita membagi kebahagiaan itu kepada orang-orang yang masih mencari-cari the real happiness.q(ika)    (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2009) 

SANG PEMBAWA CINTA


Seorang gadis berusia 15 tahun bernama Lisa Marie ditemukan tewas gantung diri. Dari diary-nya, terungkap bahwa selama ini Lisa selalu diejek, dicaci, dan jadi bahan olok-olokan teman-teman sekolahnya hanya karena wajahnya yang tidak cantik. Ditambah lagi ayahnya kemudian meninggal dunia dan ibunya menderita cacat seumur hidup akibat kecelakaan. Nenek yang dicintainya pun harus menjalani kemoterapi akibat penyakit yang dideritanya. Lisa yang hidupnya ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, bukannya mendapat dukungan dari teman-temannya tapi ia justru mendapat perlakuan yang menyakitkan.

Perlakuan kita = masa depannya?
Sobat muda, mungkin banyak sekali di antara kita ketika melihat ada teman kita yang kebetulan punya kekurangan secara fisik, kita justru malah mengejek, sengaja membuatnya sebagai bahan permainan,  dan menjauhinya. Belum lagi kalau dia punya masalah, kita pun cenderung tak perduli. Pendek kata, rasanya males banget berurusan dengan orang-orang seperti itu yang bakal bikin hidup kita jadi lebih ribet dan nggak nyaman.
Padahal tanpa disadari, sikap kita yang suka mengejek serta cenderung tidak memperdulikan teman yang punya kekurangan ini, justru akan semakin menjerumuskannya. Tidak sedikit di antara mereka yang kemudian tumbuh menjadi anak yang sangat sensitif, pendendam, rendah diri, bahkan ada yang sampai menjadi orang yang suka menyakiti diri sendiri. Tanpa pernah kita sadari juga, sikap kita terhadap mereka ternyata punya andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadiaannya kelak. Hmm... kalau sudah begini baru, deh, sadar betapa jahatnya kita selama ini.

Bring the love
Padahal firman Tuhan sama sekali nggak pernah ngajarin kita buat nggak perduli dengan orang lain. Sebaliknya, Allah justru mengajarkan dan juga memberikan teladan nyata untuk dilakukan. Ketika kita berada di tengah-tengah orang-orang yang memiliki beban berat, kita jusru seharusnya menjadi orang orang yang dapat memberikan perhatian dan kasih sayang untuk mereka.
Mungkin nggak perlu kita melakukan hal-hal yang kelewat berat dan susah buat dilakukan. Mungkin hanya dengan memberikan senyuman untuknya, atau mendengarkan keluh kesahnya, bahkan mendoakannya, semuanya itu terasa cukup menolong dan menguatkannya. Itulah pertolongan pertama yang dapat kita berikan untuk mereka. Setidaknya, perisiwa bunuh diri seperti yang dilakukan Lisa Marie tidak akan tejadi, karena dia tahu bahwa ada orang yang perduli dan memperhatikannya.
Apalagi firman Tuhan dalam Lukas 10:27 juga bilang, “...dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Nah, sudahkah sobat muda membawa cinta, kasih sayang, perhatian, serta keperdulian kita buat teman-teman kita yang memiliki persoalan yang sama dengan Lisa Marie? Well, mulai sekarang start your day dengan memberikan cinta dan perhatianmu untuk mereka. Jadilah sang pembawa cinta yang memulihkan banyak hati yang terluka, kesepian, dan dirundung lara. Karena dengan cara seperti itulah kita menjadi kepanjangan tangan Allah bagi sesama kita yang terluka dan teraniaya.q(grace)     (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2009)