Jumat, 27 Desember 2013

IT’S TIME TO MOVE UP



It’s almost new year. Biasanya memasuki bulan desember, nggak cuma disibukkan dengan segala macam urusan persiapan natal. Tapi kita pasti juga ribet nyiapain acara buat tahun baruan. Seperti yang sudah-sudah, biasanya tahun baru selalu identik bagi tiap orang buat bikin resolusi-resolusi baru yang pengin dicapai di tahun yang baru. Sayangnya ketika tahun yang baru sudah dilalui, banyak orang yang nggak bisa move on, apalagi move up. Semua resolusi yang diharapkan di awal tahun jadi mandeg dan nggak bisa terealisasi gara-gara kita sudah terlanjur berada di zona nyaman.
Contohnya, nih, di awal tahun baru kita punya resolusi pengen belajar lebih giat lagi biar dapat nilai yang lebih baik dari yang lalu. Tapi pas sudah mulai dijalanin, kita jadi malas untuk belajar lebih giat lagi seperti yang direncanakan, karena merasa nilai kita yang lalu sudah cukup baik. So, mau belajar lebih giat lagi pun, kita merasa hasilnya akan tetap sama baiknya juga.

Lazy Me
Moody dan males. Dua hal inilah yang seringkali jadi penyebab utama mandegnya proyek realisasi resolusi tahun baru kita. Kalau sudah nggak mood, malas pun jadi bakal menyertainya. Kalau kita nggak segera sadar dan wake up dari kemalasan itu, bisa-bisa bakalan jadi gagal total segala harapan dan rencana kita. Memang, sih, terkadang kita mungkin jadi bosan dan jenuh saat segala usaha kita untuk mewujudkan resolusi itu seperti belum membuahkan hasil. Inilah yang menjadi salah satu penyebab kita jadi nggak mood dan malas untuk berusaha melanjutkannya.
But guys, nggak semestinya yang namanya mood dan kemalasan itu jadi belenggu bagi kita untuk maju. Saat-saat seperti inilah yang justru dimanfaatkan oleh Mang Iib agar kita nggak bisa move on, apalagi move up untuk meraih segala impian yang sudah direncanakan. Di saat-saat seperti inilah yang justru paling genting, karena sekali kita nggak segera move on, kita akan terus terjebak dalam kemalasan, hingga akhirnya di akhir tahun, barulah menyesali diri saat apa yang diharapkan di awal tahun ternyata tidak tercapai. Inilah yang ditunggu-tunggu Mang Iib, yaitu kita menjadi orang-orang yang gagal serta putus asa.

Jangan cepat puas!
Salah satu kunci agar kita nggak lagi moody dan males-malesan adalah nggak cepat puas. Jika kita selalu cepat puas dan merasa cukup dengan apa yang sudah dicapai, sementara kita sendiri punya cita-cita yang lebih tinggi lagi, bagaimana mungkin kita bisa menggapainya? Apa yang sudah dicapai saat ini seharusnya menjadi evaluasi buat kita, serta menjadi pendorong agar kita mampu mencapai yang lebih tinggi lagi dari sekarang. Allah sudah memberikan talenta bagi kita untuk dikembangkan. Bukan hanya yang baik yang diharapkan olehNya, tetapi Ia menginginkan yang terbaik dari kita.
Masih ingat, kan, saat Kain dan Habel memberikan persembahan bagi Tuhan? Kain memberikan persembahan yang baik bagi Tuhan dari sebagian hasil tanahnya. Tetapi Habil memberikan yang terbaik dari hasil ternaknya, dan Allah menerima persembahan Habel (Kejadian 4:3-4). Demikian pula halnya dengan kita. Yang Allah inginkan adalah kita dapat melakukan bukan hanya yang baik, tetapi yang terbaik dalam segala hal. Termasuk saat kita menggantungkan segala harapan, asa dan cita-cita kita di masa mendatang. Semuanya itu harus diwujudkan bukan hanya  dengan baik, tetapi yang terbaik pula.
That’s why guys, jangan cepat puas hingga.membuat kita jadi malas dan mandeg. Justru ini adalah saatnya bagi kita untuk move up dan terus berjuang dengan sepenuh hati agar dapat meraih dan menjadi yang terbaik. Karena itulah yang Allah kehendaki dari kita, yaitu memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan. Bukan hal yang mudah memang untuk berjuang menjadi yang terbaik. Akan ada banyak kerikil yang bakal kita hadapidemi menjadi yang terbaik. Tapi percayalah, bahwa Allah akan senantiasa menolong dan menopang kita di saat kita berjuang untuk semuanya itu. Tinggal bagaimana dengan kita sendiri, apakah kita mau dibentuk sedemikian rupa oleh Allah untuk menjadi yang terbaik di dalam hidup kata.(ika)

(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Desember 2013)
 

DARE TO BE MORE POLITE



 
Beberapa waktu lalu saya dikejutkan oleh keluhan seorang teman di dunia maya. Ia kesal karena hari itu tidak diizinkan sang bunda untuk hangout dengan teman-temannya, gara-gara nilai ulangannya jeblok semua. Yang bikin kaget, diujung keluh kesahnya, ia juga memaki bundanya dengan kalimat yang enggak pantas, dan semuanya itu ditulisnya di media sosial yang notabene pasti dilihat dan dibaca oleh semua orang. Jelas saja kejadian ini langsung menuai protes dari sejumlah orang dengan menuliskan komentar-komentar yang sedikit banyak cukup pedas juga dibawah keluhannya itu. Nggak nyangka bakal reaksi sepedas itu, tak berapa lama ia pun lantas menutup akun media sosialnya itu.
Sobat muda, seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai untuk menghormati orang lain, terlebih orang yang lebih tua pun makin lama kian pudar. Coba, deh, perhatiin. Kalau dulu, zaman ortu kita mereka sangat takut kalau ortu mereka sudah melotot. Nggak pake ba bi bu, mereka pasti sudah nurut dan nggak bakalan ngulangin lagi kesalahannya. Beda banget dengan kondisi sekarang. Baru ditegur empat mata secara baik-baik pun, sebagai anak, kita justru malah ngejawabin tiap omongan ortu dan ngelawan. Malah buat sebagian anak muda sekarang, banyak di antara  mereka yang menganggap ’biasa’ memaki ortu. Wahhh...

Ketika santun nggak lagi ada
Nggak usah jauh-jauh, nggak cuma di media sosial, di sekeliling kita pun banyak ditemukan anak muda yang kerap kali bersikap enggak sopan pada ortunya. Bahkan mungkin salah satunya juga kita. Kalau ditegur agar bersikap lebih sopan, jawabannya pasti, ”Itu, kan, urusan gue. Nggak usah ukut campur lah....” Atau bahkan mungkin ketika ortu minta tolong sesuatu pada kita, karena permintaan itu dirasa mengganggu kesenangan kita, alhasil kita pun jadi mengeluh, menggerutu, dan nggak jarang samapai memaki. Ckckckckck.....
Guys, yang namanya sopan santun dan taat sama ortu, sudah seharusnya sebagai anak kita lakukan. Biarpun mungkin ada beberapa ortu yang seringkali bertindak nggak semestinya ke anak-anaknya, tapi mereka tetaplah ortu yang harus kita hormati. Bagaimana pun juga, nggak ada ortu yang ingin anak-anaknya hidupnya jadi nggak benar. Itulah sebabnya mengapa mereka kerap kali memberi teguran dan peringatan buat kita jika melakukan kesalahan. Semuanya itu dilakukan karena mereka sangat mengasihi kita. Sayangnya tujuan baik mereka kerap kita salah artikan sebagai bentuk dari pengekangan dan kedikatatoran mereka sebagai ortu. Alhasil pemberontakan terhadap ortu lah yang muncul, sampai-sampai kita juga bersikap nggak sopan dengan  memaki mereka.

Inga...! Inga...!
Well guys, apapun alasannya, yang namanya bersikap nggak sopan dan nggak menghormati ortu, apalagi sampai memaki mereka ada something yang nggak banget untuk dilakukan. Apalagi itu dilakuin oleh kita-kita yang ngakunya pengikut Kristus. Kalo ngaku sebagai anak Tuhan, nggak semestinya, doang, kita bersikap nggak menghormati ortu. ’Coz jelas FirTu dengan tegas bilang, ”Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” (Ulangan 5:16)
Biar gimana juga, awal dari kehidupan kita juga adalah dari orangtua. Baik atau buruknya ortu, mereka tetaplah orangtua yang sudah melahirkan dan menghadirkan kita hingga seperti sekarang ini. Nggak bakalan juga ada bekas anak ataupun bekas ortu. Selamanya hubungan ortu dengan anak nggak bisa dipisahkan. So, sudah menjadi kewajiban kita untuk senantiasa menghormati ortu. Walaupun mungkin sulit buat kita untuk menerima, saat ortu memberi nasehat atau peringatan yang mungkin bertentangan dengan kita. Apalagi di usia muda dengan segala emosi kita yang meledak-ledak. Tapi setidaknya, tetaplah berusaha untuk tetap menghormati ortu dan nggak ngucapin kata-kata kasar terlebih sampai memaki-maki.
Dalam Efesus 6:1-3 pun juga Allah memberi janji akan memberikan kebahagiaan dan panjang umur bagi mereka yang senantiasa menghormati orangtuanya. Bersyukur jugalah bahwa kita masih diberikan ortu. Apalagi kalo ortu kita sangat baik dan memperhatikan kita. Di luar sana ada banyak anak-anak yang nggak punya ortu dan sangat merindukan kehadiran ortu dalam hidupnya. That’s why kalo kita mau jadi the happiest people, jangan lupa untuk senantiasa menghormati orangtua kita, ya.
Hari ini kalau masih ada di antara kita yang masih suka bentak-bentak, apalagi bersikap nggak sopan dan bahkan suka memaki ortu, ayo, mulai rubah sikap kita. Minta ampun pada Tuhan dan juga pada ortu kita. Mungkin awalnya berat buat kita. Tapi ketika kita mau melakukannya, semuanya itu akan menjadi kebahagiaan terbesar bagi ortu dan menjadi starting point buat kita untuk dapat memulai hidup yang lebih baik lagi, dengan menjadi anak-anak yang bukan hanya takut akan Tuhan tapi juga taat serta hormat pada orangtua. Praise The Lord.(ika)


(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Desember 2013)