Selasa, 31 Januari 2012

SAFETY FIRST

19 Maret 1995, penyanyi cantik idola anak muda saat itu, Nike Ardilla, tewas dalam sebuah kecelakaan mobil, karena tidak menggunakan sabuk pengaman. Sementara itu di Muara Bungo, Jambi, sepanjang tahun 2011 lalu dari 182 kasus angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi, 54% di antaranya didominasi oleh kaum remaja yang sering ugal-ugalan saat mengendara, khususnya pengendara roda dua seperti balapan liar dan mengoperasikan handphone saat mengemudi.
Hmm… tragis, ya. Hanya karena hal sepele, tidak menggunakan sabuk pengaman, tidak menggunakan helm, menggunakan handphone saat mengemudi, nyawa kita harus melayang sia-sia di jalanan di usia yang masih muda. Padahal kalau saja kita mau sedikit lebih ‘repot’ dengan menggunakan helm, memakai sabuk pengaman, dan tidak ber-handphone ria saat berkendara, akan jauh lebih aman buat diri sendiri tanpa harus berkorban nyawa sia-sia.

Ah… tidak apa-apa, kok…
Ini yang sering terjadi. “Ah… nggak apa-apa, cumin deket aja, nggak usah pake helm, lah…” Tapi tak lama kemudian, kecelakaan pun terjadi. “Biasanya juga nggak apa-apa, kok, telpon-telponan sambil nyetir. Yang penting tetep konsen nyetir, aja…” Begitulah alasan yang selalu terlontar. Padahal, menurut hasil survey yang dilakukan LG Mobile tahun 2011, pengendara berusia muda memang paling rentan terhadap bahaya penggunaan ponsel sebab jam terbang mereka yang masih sedikit ditambah fokus yang hilang akibat ponsel banyak membuat kecelakaan.
Sobat muda, bukan hanya soal safety first dalam berkendara yang sering dilalaikan oleh hampir sebagian besar kita, anak-anak muda. Dalam soal iman pun kita juga sering banget nggak safety. Kerap kali kita lalai dalam berdoa, ber-saat teduh, bahkan juga ke gereja. Alasan malas, besok-besok juga masih bisa, nggak mood, nggak sempat, ataupun sibuk,  sering kita kemukakan. Tapi tahukah sobat muda, bahwa semuanya itu bisa menjadi penyebab awal kehancuran hidup kita?
Mungkin kita nggak sadar. Tapi ketika kita mulai malas berdoa dan nggak pernah lagi baca Alkitab, apalagi ke gereja, pelan-pelan kita akan lebih mudah jatuh ke dalam pergaulan yang tidak sehat. Iman kita menjadi semakin melemah. Sekali dua kali melalaikannya, kita masih takut. Lama-lama karena sudah biasa dan merasa nggak apa-apa, kita pun jadi gampang diiming-imingi minuman keras dan narkoba, nggak susah untuk masuk ke pergaulan bebas, hingga hidup kita pun semakin terpuruk dan jauh dari Tuhan.

Jangan main-main!
Sama seperti halnya ketika kita menyepelekan keamanan di jalan raya, demikian pula kita tidak bisa menyepelekan keamanan iman kita. Karena ketika mulai menyepelekannya, Mang Iib sudah siap-siap bersukacita untuk mengajak kita jatuh ke dalam dosa. Sedikit saja kita lalai, efeknya bisa menjadi panjang.
Ingat, lho, “Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” (Ibrani 12:15). Artinya, kita mengenal Kristus dan menjadi anak-anakNya, adalah merupakan sebuah kasih karunia yang luar biasa. Kalau kita menjauhkan diri dariNya, bukan hanya berakibat buruk untuk diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Kok, bisa? Yup! Tentu saja. Sebab bagaimana mungkin kita menjadi saksi Kristus bagi orang lain, kalau kita sendiri tidak mau taat dan berpaling dari padaNya.
Sebab itu sobat muda, jangan pernah main-main dengan hidup dan iman kita. Mulai sekarang, ayo kita belajar untuk mulai safety first dalam hal apapun juga, terlebih dalam iman dan pengenalan kita akan Allah. Kalau nggak mau hidup kita berakhir dengan sia-sia, mulailah untuk memperketat keamanan. Nggak lagi menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, makin rajin berdoa dan dengar-dengaran dengan Allah, serta hidup sesuai dengan kehendakNya. Percaya, deh, Mang Iib pun pasti jadi makin susah untuk menjatuhkan kita. Lets be safety, guys... q(ika)   (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Januari 2012)

LAGI… DAN… LAGI…

Membaca kisah hidupnya, mungkin kita akan bilang bahwa dia adalah bocah pecundang sejati. Bayangkan saja. Sparky, begitu ia biasa dipanggil, selalu mendapat nilai jelek di semua mata pelajaran di kelas delapan SMU. Ia juga tidak lulus di pelajaran Fisika dan mendapatkan nilai nol. Bukan hanya mata pelajaran Fisika saja yang tidak lulus. Untuk pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Latin pun Sparky juga tak lulus. Yang lebih menyedihkan lagi, di pelajaran olahraga ia juga hampir bernasib serupa. Bukan hanya gagal di hamper setiap pelajaran, Sparky juga seorang anak yang sulit bergaul.  Tak ada seorang teman pun yang perduli padanya. Bahkan mungkin murid-murid di sekolahnya pun nggak ngeh kalau dia juga bersekolah di situ.
Akan tetapi ada satu hal yang membuat Sparky bangga pada dirinya sendiri. Ia sangat suka menggambar. Ia sangat menghargai karya seni yang dibuatnya sendiri. Tentu saja tak ada seorang pun yang menghargai karyanya. Meski berkali-kali karyanya ditolak dan tak ada satupun yang mau menerimanya, Sparky tetap yakin pada kemampuannya. Ia pun lantas memutuskan untuk menjadi seniman professional.
Terakhir kali, karya Sparky ditolak juga oleh Walt Disney Studio. Akhirnya Sparky pun memutuskan untuk menulis otobiografinya dalam bentuk kartun. Ia menggambarkan dirinya sendiri sewaktu masih anak-anak. Seorang anak yang selalu gagal dan tidak pernah berhasil. Lalu apa yang terjadi? Segera saja karakter kartun itu menjadi terkenal di seluruh dunia. Kalau sobat muda suka dengan kartun “Peanuts”, dan karakter kartun yang layangannya tak pernah terbang dan tak pernah sukses menyepak bola, Charlie Brown, ya… itulah karya buatan Sparky alias Charles Schultz.

Pecundang ≠ Dunia Kiamat
Siapa bilang enak jadi anak yang ‘nobody knows about us’? Tak ada seorang pun yang tahu tentang kita, bahkan tak ada yang perduli dengan kita. Selalu jadi the looser dimanapun kita berada, dan selalu dipandang sebelah mata. Jangankan ada yang melirik, tahu pun juga nggak. Rasanya menyakitkan. Seolah-olah tak ada satu pun hal yang special yang kita miliki dan bisa dibanggakan. Kalau sudah begitu, rasanya dunia mau kiamat saja. Tak seorang pun yang perduli, tak seorang pun yang mengerti, jadi… mendingan bunuh diri saja… Weits… no… no… no… don’t do that!
Sobat muda, hidup memang buat sebagian orang tidaklah selalu mudah. Buat sebagian dari kita yang seringkali hidup tanpa kesulitan yang berarti, mungkin saja ini bukan apa-apa dan tak menjadi masalah. Tetapi buat mereka yang selalu hidup dalam kesulitan alias man without lucky, tentu saja ini bisa jadi masalah besar. Seolah-olah hidup tak pernah berpihak pada dirinya. Tapi benarkah hidup benar-benar tidak berpihak padanya?
Bukan seperti itu. Terkadang yang kita butuhkan hanyalah sedikit kesabaran. Eh, tapi bukankah kesabaran itu ada batasnya? Kalau sudah terus-terusan susah, bagaimana mungkin kita bisa bersabar lebih lama lagi? Yup, terkadang mungkin kita berpikir seperti itu. Tapi tahukah kita bahwa Allah selalu punya rencana yang indah dalam hidup kita? Terkadang kita mungkin lelah bersabar, lelah menunggu sedikit lama untuk menantikan waktu Allah untuk memberikan yang terbaik dalam hidup kita. Misalnya saja, mungkin Allah akan memberikan berkat yang telah kita nantikan itu besok. Tetapi, hari ini kita sudah menyerah kalah. Sayang sekali bukan kalau kita menyerah duluan padahal berkat itu sudah tinggal sedikit lagi kita dapatkan?

You’re Not A Looser
Terkadang kita juga merasa, hidup bak pecundang seperti hidup yang penuh dengan masalah tiada henti. Padahal, kita sebenarnya patut mensyukurinya, lho. Hah, bagaimana mungkin bisa bersyukur dengan kondisi seperti itu? Tentu saja bisa. Pengalaman pahit yang kita alami itu jangan pernah dijadikan sesuatu yang membuat kita jadi trauma. Tapi syukurilah itu dan jadikan pengalaman hidup yang berharga, yang membuat kita jadi kuat, membuat kita jadi lebih sabar dalam menghadapi apapun rintangan yang dihadapi, dan pantang menyerah.
Remember guys, Allah tidak pernah menjadikan kita sebagai seorang pecundang. Ketika berbagai penolakan dan persoalan yang datang terus menerus dalam hidup kita, semuanya itu adalah bagian dari cara Allah yang sedang membentuk kita sedemikian rupa agar kita menjadi seorang pemenang. Menjadi ciptaanNya yang sangat berharga dan untuk kemulianNya. Kalau sobat muda membaca Roma 9:20-24, kita akan tahu dengan pasti bahwa apa yang kita alami saat ini adalah bagian dari rencana pembentukan Allah atas hidup kita.
Sebab itu guys, jangan pernah patah semangat. Ingatlah, “… bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28). Seperti Sparky yang yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, ia pasti akan berhasil. Meski untuk itu ia harus melewati masa-masa sulit, penolakan serta perlakuan yang tidak mengenakkan, tetapi Sparky juga tidak menyerah. Kita pun pasti akan bisa melewati segala perkara, terlebih jika kita bersama-sama dengan Kristus yang akan selalu memberi kekuatan, penghiburan dan kesabaran. Hingga pada akhirnya nanti, kita pun akan memetik buah yang manis, hasil dari perjuangan kita yang tak kenal menyerah.q(ika)    (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Januari 2012)