Jumat, 31 Oktober 2014

THE LAZINESS



Hari ini, untuk kesekian kalinya Andi dihukum oleh gurunya. Gara-gara malas mengerjakan PR dan malas belajar, tahun ini akhirnya Andi harus tidak naik kelas. Padahal sebenarnya Andi bukanlah anak yang bodoh. Hanya karena kemalasannyalah yang akhirnya justru membuat hidupnya menjadi penuh dengan masalah-masalah, yang seharusnya tidak perlu terjadi pada dirinya. Gara-gara malas juga, Andi seringkali harus mengerjakan tugas sekolah yang bertumpuk-tumpuk sampai kurang istirahat. Padahal sebenarnya, tugas tersebut bisa diselesaikan tanpa harus kerja keras, jika sejak awal Andi tidak malas mengerjakannya.
Sobat muda, nggak beda jauh dengan Andi, kita pun juga kerap menunda-nunda segala tugas yang ada hanya gara-gara malas. Rasa malas memang acapkali muncul dalam diri kita, terutama di saat  tugas kita sedang banyak-banyaknya, yang semuanya itu membuat kita menjadi jenuh, sehingga kita menjadi malas untuk mengerjakan tugas-tugas kita. Akan tetapi jika kita tidak melawan rasa malas itu, pekerjaan kita juga tidak akan pernah selesai dan tidak akan pernah ada habisnya.

Tidak maksimal
Kemalasan tentu saja akan membuat hidup kita jadi nggak maksimal. Kok bisa? Yup! Kalau kita mengerjakan segala sesuatu dengan rajin dan nggak malas-malasan, akan lebih banyak hal lagi yang bisa kita kerjakan. Sebaliknya, semakin kita malas, semakin banyak waktu yang kita gunakan hanya untuk menyelesaikan satu tugas saja. Jelas saja ini akan wasting time. Padahal, bukankah pepatah bilang, time is money?
Sebagai contoh, misalnya saja hari ini kita punya tugas membersihkan kamar. Gara-gara malas membersihkan kamar, akhirnya segala macam binatang tak diundang pun jadi bertamu ke kamar. Gara-gara tamu tak diundang itu juga, bikin kita jadi sakit. Akhirnya, kita nggak cuma harus bersihin kamar, tapi juga mengusir tamu-tamu tak diundang itu, plus harus berobat agar bisa sembuh dari penyakit yang disebabkan oleh ketidakbersihan kamar kita. Seandainya saja dari awal kita nggak malas bersihin kamar, tentu saja kamar kita jadi rapil, bersih dan enak dipandang. Yang jelas, nggak bakalan ada kecoak, tikus, apalagi kutu yang berani nongol di kamar, yang bisa membuat kita jatuh sakit.
Nggak cuma itu saja. Kemalasan juga menghasilkan masalah dan penderitaan. Orang malas akan menjadi budak dari keinginannya. Selain itu kemalasan juga mengakibatkan kemunduran. Orang malas berubah akan segera menjadi cepat tua dan usang. Kemalasan juga menyebabkan ketidakteraturan. Seorang pemalas akan menghasilkan kekacauan jadwal kegiatan. Kemalasan pun menimnulkan masalah yang tidak perlu. Pemalas menambah panjang persoalan yang tidak semestinya.

Maksimalkan hidupmu!
That’s why guys, apabila kita malas bekerja, kita tidak akan pernah memperoleh hasil yang maksimal dalam pekerjaan kita. Apalagi firman Tuhan dalam Amsal 12:24 sudah mengingatkan kita, Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.”. Kalau kita mau mengerjakan segala sesuatunya nggak pakai acara malas-malasan, sebenarnya, bukankah diri kita sendiri yang akan diuntungkan?
Satu hal yang perlu diingat, apakah kita  mau menyia-nyiakan waktu yang dikaruniakan Allah pada kita, hanya demi kemalasan yang akan menghambat langkah kita untuk menjadi maju? Hari ini kita diingatkan bahwa kemalasan hanya akan menghambat setiap pekerjaan dan langkah kita. Hanya ada dua pilihan, berhenti bermalas-malasan dan kita akan mendapatkan kemuliaan dari Allah, atau kita tetap berkutat pada kemalasan kita dan akan terus berjalan di tempat. Semuanya tergantung pada diri kita sendiri.(ika)



(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Oktober 2014)



TAK CUKUP JADI KRISTEN



Dilahirkan sebagai orang kristen sejak kecil, membuat Vico hanya tahu dan merasakan bahwa  pergi ke gereja, pelayanan, dan saat teduh, adalah sebuah kewajiban dan rutinitas yang selayaknya dilakukan sebagai seorang kristen. Vico sendiri sesungguhnya belum pernah merasakan, bagaimana Kristus telah menjamah dirinya secara pribadi, dan bagaimana ia sungguh-sungguh memerlukan Kristus dalam hidupnya. Saat hendak mengikuti acara retret sekolah di luar kota, Vico memutuskan untuk tidak ikut, hanya gara-gara ramalan bintang yang dibacanya di sebuah majalah. Ramalan itu menyebutkan bahwa jika ia pergi ke luar kota, maka dirinya akan mengalami kesialan. Dan sungguh benar-benar sial, malam itu terjadi kebakaran di kompleks perumahan Vico. Rumahnya ikut terbakar, bahkan Vico pun turut menjadi korban dalam kebakaran itu.
Sobat muda, menjadi orang kristen sejak lahir seringkali membuat kita terlena dan terlupa bagaimana kita sebenarnya tetap membutuhkan Kristus dalam hidup ini. Nggak cuma menganggap hidup ini jadinya berjalan begitu saja, toh, kita sudah jadi pengikut Kristus sejak kecil. Tapi tak jarang juga kita jadi menomor sekiankan Tuhan. Bahkan ada juga, lho, anak muda yang ngakunya sudah jadi orang kristen sejak kecil, tapi malah lebih suka mengandalkan hidupnya pada ramalan bintang ketimbang sama Tuhan.

Dasar yang tidak teguh
Lalu, kenapa, ya, banyak sobat muda yang lebih suka lari pada hal-hal yang lain daripada Tuhan Yesus, di saat menghadapi masalah? Semuanya itu terjadi karena kita nggak punya dasar yang teguh. Artinya, kita nggak sungguh-sungguh memiliki Kristus dalam hidup ini. Hidup kita nggak melekat sama Tuhan. Memang benar kita rajin beribadah di gereja, dan bahkan mungkin juga aktif melayani. Namun firman Allah yang didengar setiap saat, nggak pernah dipahat di dalam loh-loh hati kita dan nggak pernah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang membuat kita jadi sulit mengandalkan Allah. Kita cenderung lebih percaya pada kuasa lain yang nggak jelas asal-usulnya ketimbang mempercayai Allah.
Sobat muda, kalau ada diantara kita yang hidup sebagai orang Kristen selama bertahun-tahun, namun kekristenan kita hanya di kulit saja, tanpa memiliki dasar iman yang kuat, jangan kecewa bila saat Yesus datang untuk yang kedua kalinya nanti, Yesus akan berkata bahwa Ia tidak mengenal kita. Jika sebagai orang Kristen, kita tidak pernah menanamkan Firman Tuhan yang terus-me-nerus kita terima selama ini,  berarti kita  adalah orang yang mau mendengar tetapi tidak mau melakukan apa yang menjadi Firman Tuhan. Jangan heran kalau iman kita rapuh dan gampang goyah. Jika sudah demikian, waspadailah bujukan maut Mang Iib yang sewaktu-waktu memanfaatkan dan menguasai hidup kita.

Jesus is the way of our life
That’s why, guys, menjadi orang Kristen saja ternyata tidaklah cukup. Kalau kita hanya menganggap pergi ke gereja, pelayanan, saat teduh, etc, itu hanya sekedar rutinitas belaka, dijamin iman kita nggak bakalan tumbuh dengan kokoh dan kuat. Diperlukan kemauan dalam diri kita, bukan hanya untuk mendengarkan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, tetapi juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bersyukurlah bahwa kita dilahirkan dan menjadi orang Kristen sejak kecil. Karena,  "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”(Yesaya 28:16). Allah hanya ingin kita mau mendengar, memperhatian, dan melakukan firmanNya, agar hidup kita berkenan kepadaNya.  (ika)


(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Oktober 2014)