Sabtu, 31 Juli 2004

JOE RICHARD : “Semuanya Tuhan Yang Punya”


Kalo ngeliat aktingnya sebagai Andika di sinetron Cinta SMU, mungkin kamu ngerasa sebel banget karena doski jadi cowok yang nyebelin banget di sinetron itu. Tapi… aslinya cowok yang satu ini so friendly en beda banget sama karakter tokoh Andika yang diperankannya. Selain jadi pemain sinetron, presenter, en model, kini kelahiran Jakarta, 11 Oktober 198 ini mulai mengembangkan talentanya di bidang tarik suara. Tanggal 26 Juni 2004 lalu di kawasan Duta Merlin, Jakarta Pusat, lulusan University of Westminster, London ini menelurkan album rohani perdananya yang bertajuk Hidupku MilikMu.

Dari  Model ke Nyanyi

Bermula dari pemilihan model majalah remaja Aneka tahun 1997, si pemilik nama Joe Richard Kalalo ini akhirnya terpilih sebagai Top Guest Aneka 1997. Sejak itu tawaran model iklan, presenter, dan  sinetron pun mengalir deras. Belakangan, Joe mulai merambah blantika musik rohani. Gara-gara diwawancari sebuah majalah rohani tentang keinginannya jadi penyanyi, perusahaan rekaman rohani, Solagracia, lantas menawarinya untuk membuat album rohani. Uniknya, doski sendiri lho yang pilih judul lagu jagoannya. “Saya memang pilih sendiri judulnya, yang ngarang tetap Pak Nathan Sasongko. Saya pilih judul ini, karena di umur saya sekarang, di pengalaman yang setelah sekian tahun sudah Tuhan kasih sekian banyak berkat buat saya, saya dikasih suka, duka, dan akhirnya saya sadar bahwa apapun yang saya lakukan, apapun yang saya pikirkan, dan apapun yang akan saya jalani ke depan, itu bukan kehendak saya tetapi kehendak Tuhan yang jadi, karena semuanya itu Tuhan yang punya.”

Bukan Aji Mumpung

Meski banyak artis yang suka pakai jurus aji mumpung, putra dari Hedy Bacas ini sama sekali nggak menganggap bahwa kesempatan rekaman yang diperolehnya ini sebagai aji mumpung. “Nggak sama sekali. Karena jadi pelayan Tuhan itu kan impian saya dari kecil. Saya sendiri bukan orang yang pintar. Tapi kalau Tuhan masih mau pakai saya untuk pelayanan, itu satu hal yang luar biasa yang nggak bisa saya gambarin. Waktu kecil dulu saya kepingin jadi pendeta. Nggak lain itu dulu karena Mama yang kebetulan majelis gereja, kepingin agar saya jadi pendeta. Kalau dulu Mama saya yang kepingin, tapi sekarang saya yang mau sendiri untuk melayani. Kalau saya bilang, sekarang ini dari hati saya yang mau, bukan suruhan Mama lagi, dan bukan karena aji mumpung. Kalo Tuhan tidak berkenan dengan proyek yang satu ini, saya nggak akan pernah mendapatkannya. Tapi kalaupun Tuhan berkenan dan saya tidak mau, saya akan tetap kembali ke sini. Karena kemanapun saya pergi, kalau Tuhan bilang, ‘kamu harus ke sini’ ya saya akan ke sini, kalau Tuhan suruh ‘kamu harus ke sana’ ya saya akan ke sana. Jadi saya lebih ngerasa Tuhan yang atur semuanya,” tandas pengagum Mr. Bean ini.

Prestasi Bukan Untuk Disombongkan

Menurut cowok yang waktu kecil dulu rajin sekolah minggu gara-gara sering dimarahin sang Opa yang galak, prestasi yang diraihnya selama ini bukanlah sesuatu yang layak disombongkan. “Itu saya anggap karunia dari Tuhan. Saya melihatnya, kalau saya ngelihat ke atas  ya saya ngerasa masih ada di bawah, tapi kalau saya lihat ke bawah ya saya sudah di atas. Jadi saya nggak mau terlalu melihat ke atas, dan saya juga nggak mau terlalu melihat ke bawah. Karena salah-salah kita menjadi sombong, atau salah-salah kita jadi minder. Jadi saya pikir kita jalani aja, dan kita undang aja Tuhan selalu. Itu aja intinya supaya kita nggak jadi sombong,” terang Joe. Lagi katanya, “Saya sadar bahwa semua talenta yang ada pada saya, itu semua punya Tuhan, dan aku sadar banget, kapan pun aku ini Tuhan mau ambil, Tuhan akan ambil. Jadi itu semua berkat dari Tuhan dan nggak bisa kalo aku mau macem-macem, karena itu bukan punya aku, itu punya Tuhan.”(ica)

(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

BERGUNA BAGI ALLAH

Bacaan : Kolose 3:23-24
“Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian,
boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
(Mazmur 49:21)

“Wuih... hebat banget ya para juara AFI ini. Dari yang orang biasa, bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, sekarang jadi orang-orang ngetop en terpandang. Ck... ck... ck... coba kalo gue juga seperti itu ya...” Sobat muda, banyak di antara kita yang seringkali silau dengan segala macam gemilangnya sebuah ketenaran. Kita kemudian juga jadi sering berpikir bahwa kalau kita terkenal, barulah diri kita itu bernilai dan berarti di hadapan teman-teman kita, keluarga kita, juga lingkungan di mana kita berada. Nggak jarang juga kita berpikir bahwa dengan menjadi orang yang ngetop, kita mampu membuktikan bahwa hidup kita ini ternyata berguna.
Guys, this is a wrong concept ketika kita mulai berpikir bahwa nilai kita itu ditentukan oleh ketenaran. Nilai kita sama sekali nggak ditentukan oleh karena kita dikenal atau tidak. Ketenaran itu nggak akan membuktikan apapun kalau ternyata hidup kita sendiri ternyata nggak usefull buat orang lain, terlebih lagi buat Tuhan. Coba bayangin aja deh, seandainya saja kita sudah jadi orang terkenal, tapi ternyata hidup kita as a star itu, bukannya digunakan sebagai suatu kesempatan untuk menyatakan kesaksian hidup kita sebagai pengikut Kristus, tapi malahan nunjukin kehidupan yang bertolak belakang dengan firTu. Kita malah mempermalukan nama Tuhan, dan justru malah nggak jadi berkat buat banyak orang.
Sobat muda, nggak ada artinya kita mengejar ketenaran, ketika lewat kehidupan kita, lewat apa yang kita lakukan, ternyata kita tidak dapat menjadi berkat bagi orang lain. Yang terpenting di dalam hidup ini bukanlah meraih ketenaran agar kita dibilang sukses. It’s not like that. Yang terpenting adalah bagaimana hidup kita dapat berguna bagi Tuhan dan sesama kita, dan hidup kita itu menjadi berkat karena kita bisa melakukan sesuatu untuk orang lain. Itulah yang disebut hidup yang bernilai, yang memiliki kegunaan. Hidup yang bernilai adalah ketika kita apa yang sudah kita lakukan selama ini, baik itu perkataan, perbuatan, juga tingkah laku kita, apapun yang kita lakukan, semuanya itu dapat menjadi berkat buat orang lain. Nah sekarang, seberapa besar hidupmu berguna bagi Allah juga bagi sesamamu?(esi)

(Telah dimuat di Renungan Harian Rajawali)

Senin, 26 Juli 2004

TEMAN BENALU

Bacaan : 2 Tesalonika 3:1-15
“Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.”
(1 Tesalonika 5:14)

“Aduh... bete banget nih. Si Erna selalu aja tergantung sama gue. Kemana-mana maunya sama gue. Mau ngapa-ngapaian, selalu minta tolong ke gue. Padahal sebenarnya dia bisa ngelakuinnya sendiri. Gue jadi nggak bisa bebas ngelakuin apa-apa, gara-gara sebentar-sebentar dia minta tolong. Kalau permintaannya ditolak, ngambek ke ortunya sampai gue dimarahin nyokap. Aduh gimana ya? Gue udah pernah tegur dia, but she don’t care. Ya udah, terpaksa deh gue selalu nurutin kemauannya...” keluh Sinta.
Guys, bete kan punya teman or sohib yang kayak benalu? Seringkali karena ngerasa nggak enak en takut sohib kita marah gara-gara permintaan tolongnya nggak dikabulkan, kita jadi mau nggak mau, suka nggak suka, akhirnya meluluskan permintaannya, padahal actually hati kita sama sekali nggak sejahtera. Kita cenderung membiarkan diri kita terjebak dalam situasi yang justru makin membuat teman kita jadi tambah tergantung dengan orang lain.
Sobat muda, kalau kejadiannya sudah seperti ini, nggak ada jalan lain menegornya dengan kasih. As the bible says di 2 Tesalonika 4:2b, “...nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” It means, Allah kepingin kita nggak cuma menegor  tapi juga menasehati kawan kita, supaya dia nggak terus-terusanjadi anak manja yang selalu tergantung pada orang lain. Ketika kita menegor dan menasehati dia, setidaknya kita tengah menolong dia terlepas dari kemanjaannya, dan menyelamatkan masa depannya. Kalaupun setelah dinasehati dia tetap aja nggak mau berubah, tetap doakan dia supaya Tuhan buka jalan dan mengubahkan hatinya.
Rajawali readers, nggak ada ruginya kita menegor sahabat kita yang memiliki tingkah laku yang nggak seturut dengan kehendak Allah. Setidaknya kalau dia mendengarkan nasehat kita, seperti yang di bilang di Matius 18:15, kita akan mendapatkannya kembali. Kamu en terutama sekali orang-orang di sekeliling sohibmu itu jadi senang kan kalo ngelihat sohib kamu yang biasanya jadi si benalu, sekarang berubah jadi si mandiri. Itu berarti juga kita berhasil menjadi si pembawa terang dan menggarami orang-orang di sekeliling kita. So, nggak usah lagi ngerasa takut or sungkan untuk menegor sohib kita. Selama itu demi kebaikan, jangan takut untuk menasehatinya. Oke?(esi)


(Telah dimuat di Renungan Harian Rajawali)