Senin, 31 Agustus 2009

PILIH YANG MANA?


“Aduh Kak…pilih yang mana ya? Aku suka banget sama Toni. Tapi anaknya pendiam dan  pasif banget. Kalau Ariel, sih, aku nggak suka. Tapi dia perhatiannn banget sama aku… Gimana, ya, Kak? Apa Toni aku putusin aja, ya?” tanya Anna yang tengah kebingungan kepada kakaknya. Sobat, tak sedikit dari kita yang rupa-rupanya kebingungan waktu nyari tulang rusuknya. Seperti yang dialami Anna  yang bingung menentukan mana cowok yang cocok buat dijadiin PH alias pasangan hidupnya. Banyak anak-anak muda, termasuk pula anak muda yang di dalam Tuhan, yang memiliki ukuran-ukuran sendiri dalam mencari pasangan hidupnya, dimana ukuran-ukuran yang mereka buat itu ternyata nggak sesuai dengan ukurannya Allah. Bahkan tak jarang kalau kemudian mereka mengambil keputusan yang terburu-buru dan salah, hanya karena ukuran mereka yang tidak seperti ukuran Allah dan juga karena emosi saja dalam memilih pasangan hidup. Nggak jarang juga karena terlalu takut nantinya nggak punya PH, akhirnya jadi memilih PH secara sembarangan dan asal-asalan saja.
Sebenarnya nggak salah sih, kita punya ukuran-ukuran tertentu dalam menentukan pasangan hidup. Namun masalahnya, ketika kita membuat target ukuran tersebut, biasanya selalu berdasarkan apa yang kita mau. Padahal untuk menentukan pasangan itu seharusnya berdasarkan apa yang Tuhan mau. Lucunya, kita berani nyodorin ukuran-ukuran itu pada Tuhan dan kadang-kadang kita juga suka memaksaNya. Nah, ini dia yang nggak benar. ‘Coz, kita jadi maksain maunya kita sama Tuhan, bukan maunya Tuhan untuk kita.
Coba deh ingat-ingat, apa sih yang bikin kita tertarik then falling in love sama someone? Wajahnya yang cakep, otaknya yang brilian, kepopulerannya, latar belakang keluarganya...? But... wait... pas kita mulai menyebutkan hal-hal tersebut, rupa-rupanya di kepala kita sudah tergambar cowok or cewek seperti apa yang pengin dijadikan pacar. Hmm... hayo... ngaku, deh... Most of teens like us, biasanya punya kriteria yang cenderung lebih physically. Face, famous, plus background family kadang lebih jadi ukuran utama buat milih calon PH. Makanya, nggak jarang di antara kita kalau melihat cowok or cewek cakep, langsung tancap gas buat pedekate  then nembak doski. Boro-boro mikirin apakah someone yang lagi ditaksir memang sesuai dengan kehendak Tuhan atau nggak. Sang pujaan hati seiman atau nggak saja, seringkali kita juga nggak perduli tentang hal itu, meski sudah tahu persis kalau firTu jelas-jelas nggak mengizinkan. We don’t care about that! Yang penting judulnya cinta, dan doski oke buat diajak jalan.
Nggak cuma itu aja. Seringkali, kita  juga punya patokan begini, “Yang penting seiman. Perkara dia baik atau buruk, itu urusan belakangan. Pokok judulnya nggak melanggar apa kata firTu!” Nah, lho? Walhasil pas belakangan baru ketahuan kalau si dia itu biarpun seiman, tapi ternyata playboy. Kalau sudah begini, muncul, deh, prinsip baru. “Buat apa cari yang seiman kalau ternyata kayak begitu? Nggak seiman nggak apa-apa, yang penting orangnya baik, cinta, dan tulus.”
Sebagai anak-anak Tuhan, apalagi jika hubungan kita dengan Allah sudah sangat intim, kita tentunya tidak perlu khawatir, bahkan sampai kebingungan dalam menentukan pasangan hidup. Mengapa demikian? Karena kita ingat akan janji Allah. Bukankah Allah sudah mempersiapkan seseorang yang terbaik untuk kita sebagai pasangan hidup kita? Jadi, kalau saat ini masih banyak diantara kita yang    kebingungan untuk menentukan pilihan, satu hal yang pasti dan yang harus kita lakukan. Larilah kepada Allah. Ya….hanya dengan bersandar kepada Allah, dan memohon pimpinan dan petunjuk dari-Nya, serta menyelaraskan ukuran-ukuran yang kita buat dalam menentukan PH ini agar sesuai dengan ukurannya Allah, maka tidak akan sulit bagi kita untuk mengambil keputusan yang tepat, dalam menentukan pasangan hidup yang terbaik, yang tentunya seturut dengan kehendak Allah.
Coba, deh, belajar dari Yusuf dan Maria, ortunya Yesus. Saat mereka diberi tahu bahwa mereka akan memiliki anak yang merupakan Putra Allah, tentunya merupakan sesuatu hal yang berat buat mereka. Apalagi mereka belum menikah. Yusuf punya beberapa pilihan. Memutuskan pertunangannya dengan Maria, atau tetap terus melanjutkan hubungan mereka. Namun baik Yusuf dan Maria tahu apa yang terbaik dalam hidup mereka (baca Matius 1:18-25, Lukas 1:26-38). Itu sebabnya mereka sangat yakin bahwa yang mereka terima adalah yang terbaik dari Allah. Semuanya itu karena mereka mau taat dan dengar-dengaran dengan Allah. Nah, kalau hubungan kita dekat dengan Allah, kita pasti akan peka dengan pilihan terbaik yang dari Allah. So, nggak perlu bingung-bingung dan pusing-pusing lagi untuk memilih. Kalau kita setia dan taat pada Allah, Ia pasti akan menunjukkan someone yang terbaik sebagai pasangan hidup kita. Oke?q(ika)    (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Agustus 2009)

I LOVE YOU FULL

 Semua orang kenal betul dengan jargon ini. Begitu membaca ataupun mendengar judul di atas, ingatan kita langsung melayang pada sosok renta berambut gimbal dan punya gelak tawa yang cukup khas. Sosok Mbah Surip belakangan memang teramat fenomenal dan popular. Dibalik segala kontroversinya, ada sesuatu hal yang menarik dalam dirinya. Selain dedikasinya yang sangat tinggi dalam berkesenian, Mbah Surip juga merupakan sosok yang tidak ingin hidupnya berakhir dengan sia-sia. Ia ingin hidupnya bermanfaat bagi orang-orang di sekelilingnya. Seberapapun yang dimilikinya dan juga lewat keahlian yang dimilikinya, ia selalu mau berbagi dengan orang-orang di sekelilingnya yang membutuhkan pertolongan. Ia mau membahagiakan mereka. Bahkan meski ia sudah menjadi selebritis top, Mbah Surip tetap tidak berubah, tetap bersahaja dan berusaha memaknai hidupnya agar dapat memberi arti bagi orang lain.
Berbanding terbalik dengan Mbak Surip. Ibrohim alias Boim, otak peristiwa bom di Mega Kuningan bulan Juli 2009 lalu. Sebelumnya ia dikenal sebagai pria baik-baik. Tetapi apa yang dilakukannya kemudian justru tidak menjadi berkat bagi orang lain, melainkan membawa bencana. Ada puluhan orang yang terluka dan menjadi cacat karena perbuatannya. Ada orang-orang yang tewas karena perbuatannya. Ada orang-orang yang harus kehilangan orang yang sangat dikasihinya. Ada orang-orang yang harus kehilangan usaha dan pekerjaannya serta hidup menderita akibat perbuatannya. Ada orang-orang yang harus menanggung malu dan dikucilkan karena perbuatannya. Padahal dengan keahlian yang dimilikinya, seharusnya Ibrahim dapat menjadi saluran berkat bagi orang-orang di sekelilingnya.
                Mengingat kedua tokoh di atas mengingatkan kita juga pada salah satu tokoh Alkitab yang juga sangat top di zamannya. Dialah Ezra. Ezra dikenal sebagai teolog yang super pintar. Namun demikian, meski Ezra sudah sangat ahli dan mahir tentang firman Tuhan (Ezra 7:6a), dia tetap mau untuk terus menerus mempelajari firman Tuhan. Tak hanya belajar firman Tuhan, tetapi dia juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mau mengajarkannya kepada orang lain (Ezra 7:10). Biarpun sudah jadi orang yang paling top dan sangat ahli kitab suci, Ezra tidak sombong juga tak pelit ilmu. Dia mau orang lain berkembang juga, so that’s why dia mau membagikan pengetahuan firman Tuhan yang di dapat dan dipelajarinya kepada orang lain. Dia mau agar hidupnya juga bermakna dan menjadi kesaksian Allah, bagi orang-orang disekelilingnya.
Seperti itulah yang Allah inginkan dari kita. Allah mau agar kita melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup ini. Itulah yang terpenting. Allah tidak ingin hidup kita menjadi sia-sia belaka. Menyerahkan hi Ingatlah, Allah punya rencana yang besar dalam hidup kita. Seperti yang Tuhan Yesus bilang, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.” (Yohanes 14:12). Allah mau kita terus menerus belajar, serta melakukan dan meraih yang terbaik yang bisa kita kerjakan.
                Itu sebabnya kita harus waspada. Jangan sampai hidup kita bukannya jadi berkat, tetapi malah menjadi bencana bagi orang lain. Bagaimanapun juga semua bakat dan keahlian atau apapun yang kita punya ini adalah pemberian Tuhan. Itu sebabnya kita nggak boleh pelit dan harus mau berbagi dengan orang lain. Ketika kita mau membagikan ilmu pada orang lain, sama halnya kita sudah menjadi berkat buat orang lain. Bukankah kita semua diberkati Allah dan dipanggil-Nya untuk menjadi berkat bagi orang lain (1 Petrus 3:9)? Nah, sekarang tunggu apa lagi? Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Allah dengan sepenuh hati, buktikanlah itu dengan senantiasa melakukan yang terbaik untuk Tuhan, dan jadilah berkat bagi orang-orang di sekeliling kita. I love You full... Jesus...q(ika)     (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Agustus 2009)

Kamis, 20 Agustus 2009

What Amazing...

what amazing... looking my baby....jantungnya kelip2 kayak lampu....tangan kakinya mulai terbentuk.....bergoyang-goyang....lucu sekali.... so small.....thx GOD.... my baby just fine....after the accident few days ago....hope you'll always be allright....my lovely baby....