Kamis, 31 Desember 2009

DON’T JUDGE BY IT’S COVER


Tak sekali dua kali ini Siska kehabisan uang. Sudah tiga bulan belakangan uang jajannya selalu ludes sebelum waktunya. Tak heran mamanya sering mengomel, bahkan sampai terpaksa menyita kartu ATM Siska. Selidik punya selidik, uang jajan Siska selalu habis buat acara ke salon, shopping barang-barang yang up to date, dan mentarktir teman-temannya satu gank-nya di resto atau kafe-kafe terkenal.  Padahal Siska baru duduk di kelas dua SMP. Saat ditanya sang mama, Siska akhirnya mengaku kalau ia takut dijauhi oleh teman-temannya gara-gara penampilannya dianggap nggak berkelas. Karena itulah Siska rela menghabiskan uangnya demi terlihat ‘wah’ di hadapan teman-temannya.
Sobat muda, mungkin nggak cuma Siska yang seringkali bersikap seperti ini. Kita sendiri pun juga kerap menilai diri kita sendiri, dan bahkan juga menilai orang lain hanya dari segi penampilan semata. Terkadang kita terlalu memuja ataupun memperhatikan sesuatu hanya dari penampilan luarnya semata, tanpa mau melihat lagi ‘isi’ di dalamnya. Padahal seringkali apa yang terlihat di depan mata ternyata sesuai dengan yang sebenarnya.

Not Just The Outer!
Guys, punya penampilan yang oke memang bukan sesuatu hal yang salah, kok. Bahkan memang kita harus selalu berpenampilan bersih dan rapi supaya tidak terlihat lusuh dan kurang menarik. Namun, bukan berarti kita lantas menjadikan penampilan adalah segalanya. Ada hal lain yang lebih penting dari sekedar penampilannya semata saja. Yup! Kepribadian kita. Inner beauty, begitu kata orang. Inilah yang seringkali kita lupakan. Kita cenderung hanya memperhatikan penampilan luar kita semata, bahkan sampai-sampai kita tidak menjadi diri sendiri hanya karenanya. Kita lupa bahwa kita punya kelebihan lain dalam diri kita, yang seharusnya dapat lebih dikembangkan lagi agar inner beauty kita dapat terpancar dan terlihat oleh orang lain.
Sobat muda, sejak awal Allah sudah menciptakan kita masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Akan tetapi tentu saja Allah ingin kita dapat lebih mengembangkan segala potensi yang kita miliki supaya oleh karenanya kita dapat memuliakan Allah. Itulah sebabnya Ia mau agar hidup kita tidak terfokus pada penampilan lahiriah semata. Namun Ia mau agar kehidupan batiniah, begitu pula segala potensi dan kelebihan yang ada dalam diri kita pun dapat lebih dikembangkan (1 Petrus 3:4).

This is it!
 Itulah  sebabnya mulai sekarang kita harus introspeksi diri. Bahwa penampilan luar bukanlah segalanya. Namun yang terpenting adalah apa yang ada didalam diri kita sendiri. Bagaimana kita mengembangkan talenta serta potensi diri serta talenta yang sudah Allah karuniakan buat kita. Selain itu juga bagaimana kita membangun hubungan dengan Allah, agar hidup kita dapat memancarkan kasih Kristus bagi orang-orang disekeliling kita.
So, mulai sekarang, jangan terlalu sibuk mikirin urusan penampilan saja, ya. Tapi mulai sekarang kita harus mulai belajar untuk mengelola serta mengembangkan apa yang sudah Tuhan karuniakan pada kita, baik itu talenta, potensi, maupun bakat kita, juga sikap serta sifat sebagaimana yang dikehendaki Kristus, agar semuanya itu tak menjadi sia-sia. Nggak usah kuatir teman-teman bakal nggak ‘nengok’ kita hanya gara-gara nggak punya penampilan luar yang oke. Selama kita mampu menunjukkan unjuk gigi dengan inner beauty yang kita punya, teman-teman nantinya juga bakal datang dengan sendirinya, kok. Oke?q(ika)     (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2009)

SUKACITA DI TENGAH DERITA


Via bingung. Entah apa yang harus dilakukannya kini. Tak tahu di mana lagi ia dan keluarganya akan tinggal. Padahal dua minggu lagi natal tiba. Merayakan natal bersama-sama keluarga tercinta sudah terbayang di pelupuk mata sejak bulan Desember menjelang. Tapi apa daya... kebakaran besar yang melanda kompleks perumahannya pagi ini sudah meluluhlantakkan seluruh harapannya. Rumahnya ludes tak bersisa, dan Via pun harus kehilangan ibu serta adik bungsunya. Natal kali ini menjadi natal yang paling kelabu dalam hidup Via. Dunia pun seolah runtuh menimpanya.
Sobat muda, masa raya natal kerap kali diidentikkan dengan sesuatu yang seharusnya selalu indah, penuh sukacita, bahagia, dan menyenangkan. Akibatnya kita jadi terfokus hanya pada kemeriahan dan kegembiraan natal semata. Padahal di luar semua kemeriahan natal, tak jarang terselip serpihan-serpihan luka yang membuat kita seringkali merasa nelangsa dan kehilangan inti dari sukacita natal itu sendiri.

It’s not only yours!
Saat kita sedang mendapat kesusahan, apalagi menjelang natal seperti ini, tak jarang kita merasa menjadi orang yang paling menderita sedunia. Seolah-olah tak ada seorang pun yang bisa memahami dan semenderita kita. Apapun itu kesusahannya, baik yang baru diputusin pacar, ditinggalkan orang-orang terkasih, nggak lulus ujian, dan lain sebagainya. Kita terlalu terpaku pada kesusahan itu sendiri tanpa memperdulikan yang lain. Padahal kalau mau introspeksi, di luar sana masih ada orang-orang yang hidupnya jauh lebih menderita daripada kita.
Sobat muda, kalau kita mau memperhatikan kondisi Yesus sendiri pada saat dilahirkan, boleh dibilang Ia juga tengah dalam kondisi yang penuh dengan penderitaan. Ia harus lahir di tempat yang sangat tidak layak bagiNya. Terbaring di sebuah tempat makanan hewan di dalam sebuah kandang (Lukas 2:7). Sebuah ironi, sementara kita sendiri paling tidak lahir di rumah sakit, atau dalam situasi paling buruk pun, setidaknya kita masih lahir di tempat tidur yang layak. Namun semuanya itu tidak mengurangi sukacita Yusuf dan Maria, juga para gembala serta orang-orang majus dalam menyambut kelahiran Yesus.

Tetaplah bersukacita
 Well guys, nggak mudah memang untuk bersukacita di tengah-tengah suasana penuh derita, duka dan nestapa. Akan tetapi Allah mengajar kita untuk senantiasa bersukacita dalam segala hal. Seburuk apapun penderitaan yang kita alami, Allah ingin kita tetap bersukacita, karena di dalam sukacita itulah ada pengharapan yang besar dari Allah (Roma 12:12). Selama kita mau melekat kepada Allah dan berpegang teguh pada pengharapanNya, maka Ia tidak akan membiarkan kita terpuruk dalam penderitaan selamanya.
So, jangan biarkan Mang Iib merenggut sukacitamu meski kita tengah menderita. Tetapi justru ditengah-tengah penderitaan itulah kita dapat tetap bersukacita dan semakin melekat pada Allah. Sebab kita tahu bahwa Ia telah menyatakan diriNya dan memberikan sukacita yang tidak terhingga di dalam kehidupan kita.q(ika)          (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2009)

Sabtu, 31 Oktober 2009

PERTEMANAN YANG SEHAT


Apa yang kita lakukan kalau sahabat baik yang se­lama ini selalu mendukung, menolong, dan meno­pang kita, tiba-tiba saja meminta bantuan karena ia telah melakukan kesalahan fatal yang telah merugikan orang lain. Biasanya, deng­an sigap kita akan mengulur­kan per­­to­longan kepada­nya, mengingat bahwa dia adalah sahabat terbaik yang juga sering menolong kita. Nggak perduli akan kesa­lahan yang sudah dia laku­kan, pokoknya kita akan me­­­no­­long dan mendukungnya mati-matian. Bahkan bukan nggak mung­­kin kita bisa sampai mengabaikan prinsip dan hati nurani kita sendiri, meski tahu dia salah.
Seperti halnya yang terjadi pada Anton. Suatu hari Rudi, sahabat karib Anton datang menemuinya dalam kondisi yang sangat buruk. Anton tahu, Rudi adalah pengguna narkoba dan hari itu Rudi datang dalam kondisi sakaw. Rudi meminta tolong agar Anton mencarikannya narkoba, agar ia tak lagi tersiksa akan kebutuhannya yang amat sangat akan narkoba.
Anton kasihan melihat kondisi Rudi yang selama ini selalu ada saat ia sedang susah. Kali inipun Anton tak ingin tinggal diam. Ia pun dengan sigap menolong Rudi. Anton tidak ingin Rudi menderita. Namun tindakan Anton justru bukannya menolong Rudi. Anton tidak membawa Rudi ke rumah sakit agar Rudi mendapat pertolongan akan ketergantungannya terhadap narkoba. Sebaliknya, Anton justru berusaha mati-matian untuk mendapatkan narkoba bagi Rudi, yang justru berujung pada kematian Rudi dan tertangkapnya Anton saat membeli narkoba.

Mengasihi atau menjerumuskan?
Sepintas perbuatan kita sepertinya baik. Ingin menolong sahabat kita, seperti halnya yang dilakukan Anton terhadap Rudi. Tetapi sadar­kah sobat muda, bahwa apa yang kita lakukan itu justru bukannya menolong sahabat kita, tetapi malah semakin menjerumuskan dia, dan bahkan kita sendiri juga terse­ret untuk melakukan kesalahan?
“Lho, mana mungkin aku nggak nolongin dia? Aku harus nolongin dia, apapun kondisinya. Gimanapun juga, aku melaku­kan­nya karena aku mengasihi dia. Karena dia sahabat baikku…” Begitulah alasan kita biasanya. Te­ta­pi sebetulnya kita tidak sungguh-sungguh mengasihinya. Lho, kok bisa, ya? Kalau kita sungguh-sungguh mengasihinya, tentu kita akan mene­gurnya, supaya ia berbalik ke jalan yang benar. Tapi justru yang kita lakukan adalah hal yang sebaliknya.
Tidak dapat dipungkiri, rasa kasihan yang salah seringkali lebih menguasai hati dan pikiran kita. Akibatnya kita pun cenderung untuk memberi pertolongan yang salah kepada sahabat kita. Kita cenderung untuk lebih mengikuti cara yang salah, asalkan itu membuat sahabat kita senang dan bahagia serta masih menganggap kita sahabat, daripada mengikuti cara yang benar meski dengan resiko kita mungkin justru akan dimusuhi sahabat kita sendiri.

Jangan berkompromi!
Sobat muda, firman Tuhan dalam Yakobus 4:17 jauh-jauh hari sudah mengingatkan, jika kita tahu berbuat baik tetapi kita tidak melakukannya, maka kita berdosa. Demikian pula jika kita tahu teman kita bersalah, tetapi kita tidak mau menegur dan mem­bawanya kembali ke jalan yang benar, maka kita pun berdosa. Sebaliknya, jika kita mau menegur dan membawa sahabat kita kembali ke jalan yang benar, maka kita akan menyelamatkannya dari upah dosa, yaitu maut (Yakobus 5:19-20).
Sebab itu, jangan lagi kita berkompromi dengan kesalahan yang sudah dibuat oleh sahabat kita, tetapi kita justru harus menolong dia untuk bangkit dari kesalahan yang sudah diperbutnya. Kalau selama ini hati kita terlalu lemah karena terlalu me­ng­asihani sahabat kita, sehingga kita tidak tega me­ne­gur­nya tiap kali ia ber­buat salah, berdoalah dan mohon kekuatan dari Allah. Karena hanya dengan pertolongan dari Allah sajalah, kita dimampukan untuk menegur dan menolong sahabat kita dengan penuh kasih. Mintalah juga agar Allah menolong dan memberkati setiap perkataan kita, agar apa yang kita sampaikan pada sahabat kita tidak menyakiti hatinya dan ia mau mendengarkan nasehat baik kita.
Hari ini, su­dah­kah kita berlaku sebagai saha­bat yang baik, dan menegor dengan kasih teman kita yang berbuat salah? Jika belum, lakukanlah sekarang juga. Ingatlah, sahabat yang baik adalah sahabat yang ti­dak hanya memberi pujian ketika mel­aku­kan kebaikan, tetapi juga mau menegur dengan kasih ketika sahabatnya melakukan. Itu baru namanya persahabatan yang sehat.q(ika)   (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2009)

WHERE’S THE LOVE?


Pernah nonton film Surrogates? Dalam film yang dibintangi Bruce Willis ini, diceritakan bagaimana kehidupan manusia sehari-hari digantikan oleh robot pengganti yang melakukan tugas-tugas mereka di luar rumah. Manusia cukup berbaring di dalam kamarnya saja, dan si robot pengganti merekalah yang akan mengerjakan seluruh aktivitas kehidupan mereka. Namun tanpa disadari, kehadiran robot pengganti ini justru membuat manusia kehilangan sisi kemanusiaannya yang sesungguhnya. Mereka juga kehilangan cinta kasih yang sesungguhnya.
Sobat muda, apa yang digambarkan dalam film ini, sebenarnya ingin menggambarkan kehidupan kita saat ini.Orangtua yang sudah sibuk dengan segala macam urusan pekerjaan dan kegiatan sosialnya. Belum lagi kita sendiri yang sibuk dengan sekolah, belajar, les ini itu, juga kegiatan ekskul yang padat, membuat kita kehilangan waktu untuk berbagi kasih dengan keluarga kita sendiri. Tak jarang kita hanya bertemu dengan orangtua di pagi hari saja, saat kita akan berangkat sekolah ataupun kuliah, sementara orangtua juga akan berangkat kerja.
Seolah tidak ada habis­nya dan kita sendiri bah­kan tidak lagi punya waktu untuk mem­­perhatikan o­rang-orang disekeliling kita, meski itu ke­luarga kita sendiri. Lama-kelamaan rutinitas hidup seperti ini membuat kita seringkali kehilangan kehangatan dan cinta kasih dalam keluarga. Baru ketika orang-orang yang kita cintai ini jatuh sakit dan berada dalam kondisi kritis, kita sibuk untuk ‘menebus dosa’ karena selama ini jarang mem­perhatikan mereka.

Ketika cinta itu hilang
Yang lebih berbahaya adalah kalau di antara kita dengan keluarga, meski tinggal dalam satu rumah, sudah kehilangan komunikasi dan tak saling bertegur sapa. Bicara seperlunya saja, bahkan kalau bisa bertemu pun jika diperlukan saja. Seolah kehangatan dan cinta kasih dalam keluarga itu pergi entah kemana dan menguap tak berbekas. Nah, kalau sudah begini, tak jarang kita saling menyalahkan satu dengan yang lain. Kita menyalahkan orangtua yang terlalu sibuk, demikian pula sebaliknya. Padahal sumber dari semuanya itu adalah dari diri kita yang terlalu asyik dengan dunia kita sendiri, sehingga melupakan hal-hal yang lainnya.
Seringkali kita lupa bahwa Allah sudah memberikan orangtua kakak dan adik yang bukan hanya sekedar menjadi keluarga kita, tetapi juga menjadi teman, sahabat serta tempat kita untuk saling berbagi kasih. Kita lupa bahwa di luar sana masih ada banyak orang yang kehilangan keluarganya dan nggak punya sanak saudara sama sekali. Mereka sangat merindukan memiliki keluarga yang utuh sebagaimana halnya dengan kita, agar dapat saling berbagi cinta kasih satu dengan lainnya.

Semua karena anugerahNya
Sobat muda, adalah sebuah anugerah ketika kita diberi kesempatan oleh Allah untuk memiliki sebuah keluarga. Adalah sebuah anugerah pula ketika kita bisa sekolah dan kuliah dan punya banyak kegiatan yang dapat menolong kita untuk mengembangkan potensi dan talenta yang kita miliki, meski terkadang semuanya itu justru membuat kita menjadi manusia super sibuk. Namun bagaimana kita memperlakukan dan mengelola anugerah Allah yang sudah diterima, seringkali ini yang luput dari perhatian kita.
Karena itulah, selagi Allah masih memberi kesempatan bagi kita untuk dapat berkumpul, saling memperhatikan dan berbagi kasih dengan keluarga kita, pergunakanlah itu dengan sebaik-baiknya. Ingat, lho, apa yang sudah Tuhan Yesus bilang sebelum naik ke surga, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34). Jadi, tunggu apalagi? Mulai sekarang, luangkan waktu lebih banyak untuk dapat bersama-sama dengan keluarga kita, agar jangan sampai kita kehilangan kasih terhadap orang-orang terdekat kita. q(ika)                  (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2009)

Senin, 31 Agustus 2009

PILIH YANG MANA?


“Aduh Kak…pilih yang mana ya? Aku suka banget sama Toni. Tapi anaknya pendiam dan  pasif banget. Kalau Ariel, sih, aku nggak suka. Tapi dia perhatiannn banget sama aku… Gimana, ya, Kak? Apa Toni aku putusin aja, ya?” tanya Anna yang tengah kebingungan kepada kakaknya. Sobat, tak sedikit dari kita yang rupa-rupanya kebingungan waktu nyari tulang rusuknya. Seperti yang dialami Anna  yang bingung menentukan mana cowok yang cocok buat dijadiin PH alias pasangan hidupnya. Banyak anak-anak muda, termasuk pula anak muda yang di dalam Tuhan, yang memiliki ukuran-ukuran sendiri dalam mencari pasangan hidupnya, dimana ukuran-ukuran yang mereka buat itu ternyata nggak sesuai dengan ukurannya Allah. Bahkan tak jarang kalau kemudian mereka mengambil keputusan yang terburu-buru dan salah, hanya karena ukuran mereka yang tidak seperti ukuran Allah dan juga karena emosi saja dalam memilih pasangan hidup. Nggak jarang juga karena terlalu takut nantinya nggak punya PH, akhirnya jadi memilih PH secara sembarangan dan asal-asalan saja.
Sebenarnya nggak salah sih, kita punya ukuran-ukuran tertentu dalam menentukan pasangan hidup. Namun masalahnya, ketika kita membuat target ukuran tersebut, biasanya selalu berdasarkan apa yang kita mau. Padahal untuk menentukan pasangan itu seharusnya berdasarkan apa yang Tuhan mau. Lucunya, kita berani nyodorin ukuran-ukuran itu pada Tuhan dan kadang-kadang kita juga suka memaksaNya. Nah, ini dia yang nggak benar. ‘Coz, kita jadi maksain maunya kita sama Tuhan, bukan maunya Tuhan untuk kita.
Coba deh ingat-ingat, apa sih yang bikin kita tertarik then falling in love sama someone? Wajahnya yang cakep, otaknya yang brilian, kepopulerannya, latar belakang keluarganya...? But... wait... pas kita mulai menyebutkan hal-hal tersebut, rupa-rupanya di kepala kita sudah tergambar cowok or cewek seperti apa yang pengin dijadikan pacar. Hmm... hayo... ngaku, deh... Most of teens like us, biasanya punya kriteria yang cenderung lebih physically. Face, famous, plus background family kadang lebih jadi ukuran utama buat milih calon PH. Makanya, nggak jarang di antara kita kalau melihat cowok or cewek cakep, langsung tancap gas buat pedekate  then nembak doski. Boro-boro mikirin apakah someone yang lagi ditaksir memang sesuai dengan kehendak Tuhan atau nggak. Sang pujaan hati seiman atau nggak saja, seringkali kita juga nggak perduli tentang hal itu, meski sudah tahu persis kalau firTu jelas-jelas nggak mengizinkan. We don’t care about that! Yang penting judulnya cinta, dan doski oke buat diajak jalan.
Nggak cuma itu aja. Seringkali, kita  juga punya patokan begini, “Yang penting seiman. Perkara dia baik atau buruk, itu urusan belakangan. Pokok judulnya nggak melanggar apa kata firTu!” Nah, lho? Walhasil pas belakangan baru ketahuan kalau si dia itu biarpun seiman, tapi ternyata playboy. Kalau sudah begini, muncul, deh, prinsip baru. “Buat apa cari yang seiman kalau ternyata kayak begitu? Nggak seiman nggak apa-apa, yang penting orangnya baik, cinta, dan tulus.”
Sebagai anak-anak Tuhan, apalagi jika hubungan kita dengan Allah sudah sangat intim, kita tentunya tidak perlu khawatir, bahkan sampai kebingungan dalam menentukan pasangan hidup. Mengapa demikian? Karena kita ingat akan janji Allah. Bukankah Allah sudah mempersiapkan seseorang yang terbaik untuk kita sebagai pasangan hidup kita? Jadi, kalau saat ini masih banyak diantara kita yang    kebingungan untuk menentukan pilihan, satu hal yang pasti dan yang harus kita lakukan. Larilah kepada Allah. Ya….hanya dengan bersandar kepada Allah, dan memohon pimpinan dan petunjuk dari-Nya, serta menyelaraskan ukuran-ukuran yang kita buat dalam menentukan PH ini agar sesuai dengan ukurannya Allah, maka tidak akan sulit bagi kita untuk mengambil keputusan yang tepat, dalam menentukan pasangan hidup yang terbaik, yang tentunya seturut dengan kehendak Allah.
Coba, deh, belajar dari Yusuf dan Maria, ortunya Yesus. Saat mereka diberi tahu bahwa mereka akan memiliki anak yang merupakan Putra Allah, tentunya merupakan sesuatu hal yang berat buat mereka. Apalagi mereka belum menikah. Yusuf punya beberapa pilihan. Memutuskan pertunangannya dengan Maria, atau tetap terus melanjutkan hubungan mereka. Namun baik Yusuf dan Maria tahu apa yang terbaik dalam hidup mereka (baca Matius 1:18-25, Lukas 1:26-38). Itu sebabnya mereka sangat yakin bahwa yang mereka terima adalah yang terbaik dari Allah. Semuanya itu karena mereka mau taat dan dengar-dengaran dengan Allah. Nah, kalau hubungan kita dekat dengan Allah, kita pasti akan peka dengan pilihan terbaik yang dari Allah. So, nggak perlu bingung-bingung dan pusing-pusing lagi untuk memilih. Kalau kita setia dan taat pada Allah, Ia pasti akan menunjukkan someone yang terbaik sebagai pasangan hidup kita. Oke?q(ika)    (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Agustus 2009)

I LOVE YOU FULL

 Semua orang kenal betul dengan jargon ini. Begitu membaca ataupun mendengar judul di atas, ingatan kita langsung melayang pada sosok renta berambut gimbal dan punya gelak tawa yang cukup khas. Sosok Mbah Surip belakangan memang teramat fenomenal dan popular. Dibalik segala kontroversinya, ada sesuatu hal yang menarik dalam dirinya. Selain dedikasinya yang sangat tinggi dalam berkesenian, Mbah Surip juga merupakan sosok yang tidak ingin hidupnya berakhir dengan sia-sia. Ia ingin hidupnya bermanfaat bagi orang-orang di sekelilingnya. Seberapapun yang dimilikinya dan juga lewat keahlian yang dimilikinya, ia selalu mau berbagi dengan orang-orang di sekelilingnya yang membutuhkan pertolongan. Ia mau membahagiakan mereka. Bahkan meski ia sudah menjadi selebritis top, Mbah Surip tetap tidak berubah, tetap bersahaja dan berusaha memaknai hidupnya agar dapat memberi arti bagi orang lain.
Berbanding terbalik dengan Mbak Surip. Ibrohim alias Boim, otak peristiwa bom di Mega Kuningan bulan Juli 2009 lalu. Sebelumnya ia dikenal sebagai pria baik-baik. Tetapi apa yang dilakukannya kemudian justru tidak menjadi berkat bagi orang lain, melainkan membawa bencana. Ada puluhan orang yang terluka dan menjadi cacat karena perbuatannya. Ada orang-orang yang tewas karena perbuatannya. Ada orang-orang yang harus kehilangan orang yang sangat dikasihinya. Ada orang-orang yang harus kehilangan usaha dan pekerjaannya serta hidup menderita akibat perbuatannya. Ada orang-orang yang harus menanggung malu dan dikucilkan karena perbuatannya. Padahal dengan keahlian yang dimilikinya, seharusnya Ibrahim dapat menjadi saluran berkat bagi orang-orang di sekelilingnya.
                Mengingat kedua tokoh di atas mengingatkan kita juga pada salah satu tokoh Alkitab yang juga sangat top di zamannya. Dialah Ezra. Ezra dikenal sebagai teolog yang super pintar. Namun demikian, meski Ezra sudah sangat ahli dan mahir tentang firman Tuhan (Ezra 7:6a), dia tetap mau untuk terus menerus mempelajari firman Tuhan. Tak hanya belajar firman Tuhan, tetapi dia juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mau mengajarkannya kepada orang lain (Ezra 7:10). Biarpun sudah jadi orang yang paling top dan sangat ahli kitab suci, Ezra tidak sombong juga tak pelit ilmu. Dia mau orang lain berkembang juga, so that’s why dia mau membagikan pengetahuan firman Tuhan yang di dapat dan dipelajarinya kepada orang lain. Dia mau agar hidupnya juga bermakna dan menjadi kesaksian Allah, bagi orang-orang disekelilingnya.
Seperti itulah yang Allah inginkan dari kita. Allah mau agar kita melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup ini. Itulah yang terpenting. Allah tidak ingin hidup kita menjadi sia-sia belaka. Menyerahkan hi Ingatlah, Allah punya rencana yang besar dalam hidup kita. Seperti yang Tuhan Yesus bilang, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.” (Yohanes 14:12). Allah mau kita terus menerus belajar, serta melakukan dan meraih yang terbaik yang bisa kita kerjakan.
                Itu sebabnya kita harus waspada. Jangan sampai hidup kita bukannya jadi berkat, tetapi malah menjadi bencana bagi orang lain. Bagaimanapun juga semua bakat dan keahlian atau apapun yang kita punya ini adalah pemberian Tuhan. Itu sebabnya kita nggak boleh pelit dan harus mau berbagi dengan orang lain. Ketika kita mau membagikan ilmu pada orang lain, sama halnya kita sudah menjadi berkat buat orang lain. Bukankah kita semua diberkati Allah dan dipanggil-Nya untuk menjadi berkat bagi orang lain (1 Petrus 3:9)? Nah, sekarang tunggu apa lagi? Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Allah dengan sepenuh hati, buktikanlah itu dengan senantiasa melakukan yang terbaik untuk Tuhan, dan jadilah berkat bagi orang-orang di sekeliling kita. I love You full... Jesus...q(ika)     (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Agustus 2009)

Kamis, 20 Agustus 2009

What Amazing...

what amazing... looking my baby....jantungnya kelip2 kayak lampu....tangan kakinya mulai terbentuk.....bergoyang-goyang....lucu sekali.... so small.....thx GOD.... my baby just fine....after the accident few days ago....hope you'll always be allright....my lovely baby....

Selasa, 28 Juli 2009

Akhirnya...



At last.....after a long time we're waiting.....
yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Setelah pakai acara vertigo sepulang kantor, baru tahu kalau kamu sekarang bersemayam di rahimku, nak. Baik-baiklah selalu disana, sampai tiba waktunya kamu hadir ke dunia ini...

Kamis, 30 April 2009

MAHALNYA HARGA KEBAHAGIAAN


Beberapa tahun lalu, sebuah survey dilakukan oleh Yahoo! Personal Finance terhadap 2500 orang dari berbagai negara. Dari hasil survey tersebut terungkap kalau ongkos untuk mencapai kebahagiaan bisa mencapai US$5 juta atau sekitar Rp 40 miliar. Ternyata uang sebanyak itu diperlukan untuk membeli rumah impian, mobil impian, liburan dan gaya hidup menyenangkan. Wow…
Survey tersebut juga mengungkapkan kalau rata-rata orang butuh US$4.907.731 untuk mendapatkan rumah, mobil dan gaya hidup impian yang menurut mereka bisa bikin bahagia. Sayangnya rata-rata gaji yang mereka terima sedemikian kecil. So, butuh waktu 94 tahun untuk mewujudkan impian tersebut. Hasil studi juga nunjukin kalau cewek lebih banyak maunya ketimbang cowok. Meski cuma beda tipis, cewek membutuhkan US$4,9 juta, sementara cowok butuh US$4,75 juta untuk mewujudkan gaya hidup impiannya. Ternyata nggak cuma itu saja. Tambah umur juga bikin orang lebih banyak maunya. Mereka yang berusia 24 tahun ke bawah butuh US$4,6 untuk hidup bahagia. Sedangkan mereka yang berumur 44-55 tahun butuh US$5,3 juta.

What is the happiness?
Apa, sih, kebahagiaan itu? Mengapa juga kita kudu hidup bahagia dan selalu mencari-cari kebahagiaan? Seringkali kebahagiaan diidentikkan dengan kecukupan dan kesenangan. Kamus besar bahasa Indonesia bahkan mendefinisikan kebahagiaan sebagai kesenangan dan ketenteraman hidup, keberuntungan serta kemujuran yang bersifat lahir batin. Makanya enggak usah heran kalau kebanyakan orang berlomba-lomba untuk mengejar kesenangan hidup, berusaha bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan hidup, demi mencapai sebuah kebahagiaan.
Bahkan ada orang-orang yang sampai harus menghalalkan segala cara, sampai dengan cara-cara jahat pun digunakan, untuk mendapatkan apa yang mereka pikir itu adalah kebahagiaan. Contohnya, nih, ada banyak orang yang begitu inginnya menjadi kaya dan hidup berkecukupan sehingga mereka akhirnya melakukan korupsi. Mereka menyangka bahwa jika mereka hidup kaya dan berkecupan, secara otomatis kebahagiaan itupun akan didapatkan. Tapi benarkah ketika segala yang dimiliki oleh dunia ini sudah berada dalam genggaman, maka secara otomatis kebahagiaan itu juga berada dalam genggaman kita?

One way to be happy
Well, ternyata susah, ya, buat orang-orang dunia untuk ngedapetin sebuah kebahagiaan. Mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan dengan mudah diraih ketika kita memiliki segalanya. Padahal sesungguhnya kekayaan, kehormatan, dan semua kesenangan dalam hidup sama sekali nggak memberikan jaminan apapun kepada kita untuk dapat meraih kebahagiaan yang sejati. Coba perhatikan sekeliling kita. Berapa banyak anak-anak muda yang tergolong selalu hidup berkecukupan, ternyata harus jatuh ke dalam pelukan narkoba dan miras, terjerumus dalam gelimang kehidupan malam, demi meraih kebahagiaan yang ternyata semu. Melarikan diri dari keluarga yang berantakan, namun yang didapat hanya kebahagiaan sesaat saja. Malahan gara-gara berusaha mencari kebahagiaan semu itu, yang diperoleh akhirnya bukan kebahagiaan tapi justru kesengsaraan. Masuk bui gara-gara tertangkap razia narkoba. What a pity...
Padahal, sebenarnya nggak susah untuk mencapai kebahagiaan. Nggak perlu mahal-mahal sampai ngeluarin banyak uang, dan nggak perlu bersusah payah mencari-cari. Pengkhotbah 8:12 bilang, “…bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya.” Guys, just one way to get the happiness. Yap! Kebahagiaan sejati memang cuma bisa didapat di dalam Kristus. Kalau kita mengenal Kristus dan mau hidup seturut dengan firman-Nya, nggak tanggung-tanggung kebahagiaan itu secara otomatis akan kita dapetin. Bukan pula kebahagiaan semu yang kita dapatkan, tapi kebahagiaan sejati di dalam Kristus yang nggak bakal ada matinya. Bersyukurlah karena kita semua sudah memiliki Kristus dan meraih kebahagiaan sejati di dalam Dia. So, nggak usah nyari-nyari lagi kebahagiaan di tempat lain, deh. Kalau kita sudah punya the real happiness, kita nggak butuh apa-apa lagi. Dan kalau kita sudah memiliki sumber kebahagiaan sejati itu, sudah semestinya kita membagi kebahagiaan itu kepada orang-orang yang masih mencari-cari the real happiness.q(ika)    (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2009) 

SANG PEMBAWA CINTA


Seorang gadis berusia 15 tahun bernama Lisa Marie ditemukan tewas gantung diri. Dari diary-nya, terungkap bahwa selama ini Lisa selalu diejek, dicaci, dan jadi bahan olok-olokan teman-teman sekolahnya hanya karena wajahnya yang tidak cantik. Ditambah lagi ayahnya kemudian meninggal dunia dan ibunya menderita cacat seumur hidup akibat kecelakaan. Nenek yang dicintainya pun harus menjalani kemoterapi akibat penyakit yang dideritanya. Lisa yang hidupnya ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, bukannya mendapat dukungan dari teman-temannya tapi ia justru mendapat perlakuan yang menyakitkan.

Perlakuan kita = masa depannya?
Sobat muda, mungkin banyak sekali di antara kita ketika melihat ada teman kita yang kebetulan punya kekurangan secara fisik, kita justru malah mengejek, sengaja membuatnya sebagai bahan permainan,  dan menjauhinya. Belum lagi kalau dia punya masalah, kita pun cenderung tak perduli. Pendek kata, rasanya males banget berurusan dengan orang-orang seperti itu yang bakal bikin hidup kita jadi lebih ribet dan nggak nyaman.
Padahal tanpa disadari, sikap kita yang suka mengejek serta cenderung tidak memperdulikan teman yang punya kekurangan ini, justru akan semakin menjerumuskannya. Tidak sedikit di antara mereka yang kemudian tumbuh menjadi anak yang sangat sensitif, pendendam, rendah diri, bahkan ada yang sampai menjadi orang yang suka menyakiti diri sendiri. Tanpa pernah kita sadari juga, sikap kita terhadap mereka ternyata punya andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadiaannya kelak. Hmm... kalau sudah begini baru, deh, sadar betapa jahatnya kita selama ini.

Bring the love
Padahal firman Tuhan sama sekali nggak pernah ngajarin kita buat nggak perduli dengan orang lain. Sebaliknya, Allah justru mengajarkan dan juga memberikan teladan nyata untuk dilakukan. Ketika kita berada di tengah-tengah orang-orang yang memiliki beban berat, kita jusru seharusnya menjadi orang orang yang dapat memberikan perhatian dan kasih sayang untuk mereka.
Mungkin nggak perlu kita melakukan hal-hal yang kelewat berat dan susah buat dilakukan. Mungkin hanya dengan memberikan senyuman untuknya, atau mendengarkan keluh kesahnya, bahkan mendoakannya, semuanya itu terasa cukup menolong dan menguatkannya. Itulah pertolongan pertama yang dapat kita berikan untuk mereka. Setidaknya, perisiwa bunuh diri seperti yang dilakukan Lisa Marie tidak akan tejadi, karena dia tahu bahwa ada orang yang perduli dan memperhatikannya.
Apalagi firman Tuhan dalam Lukas 10:27 juga bilang, “...dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Nah, sudahkah sobat muda membawa cinta, kasih sayang, perhatian, serta keperdulian kita buat teman-teman kita yang memiliki persoalan yang sama dengan Lisa Marie? Well, mulai sekarang start your day dengan memberikan cinta dan perhatianmu untuk mereka. Jadilah sang pembawa cinta yang memulihkan banyak hati yang terluka, kesepian, dan dirundung lara. Karena dengan cara seperti itulah kita menjadi kepanjangan tangan Allah bagi sesama kita yang terluka dan teraniaya.q(grace)     (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2009)

Selasa, 03 Maret 2009

If your heart being hurt...

If your heart being hurt...
Let it...
Enjoy it...
Let the tears drop...
Scream it out loud...
Take some deep breath...
And let the hurt gone with the wind...

Senin, 02 Maret 2009

What kind of mother...

Being a mother is a blessing...
But sometimes... some woman can't realize that...
There is a woman who just care about herself...
She doesn't care about her babies...
There is a woman who love her babies so much...
She give all of her lives for her babies...
So... what kind of mother are you...?

Sabtu, 28 Februari 2009

WHO SAID JOMBLO CAN’T BE HAPPY?


Gelar Miss Jomblo resmi disandang Angel semenjak semua sohib-sohibnya juga resmi punya gandengan (bukan truk gandeng lho…).  Apalagi udah bulan Februari gini, everyone udah mulai sibuk ‘berburu’ pasangan, biar nggak gigit jari ngerayain Valentine alone aja. Gara-gara itulah Angel mulai ngerasa nggak nyaman sama status jomblonya.
Mulai deh Angel sibuk pe de ka te sama beberapa cowok. Tapi hasilnya nihil, nggak ada satu cowok pun yang nyangkut di hatinya. Padahal, meski sohib-sohibnya udah nyomblangin Angel sama beberapa cowok yang menurut mereka oke buat Angel, tetep aja nggak berhasil. Angel mulai bingung, frustasi, ngerasa dirinya nggak cantik en menarik, mulai ngebanding-bandingin diri sama orang lain. Buntut-buntutnya, rasa minder pun mulai nongol di dalam diri Angel.
So, demi ngebuktiin ke sohib-sohibnya kalau dia juga bisa  punya cowok en bukannya cewek yang nggak laku, Angel pun asal nyamber aja cowok yang baru dikenalnya, yang nggak ketahuan jelas asal-usulnya buat dijadiin gebetannya. Alhasil, bukannya senang yang didapat, malah susah yang diraih. Duh... kebayang kan gimana ngerinya?

 

Takut ngejomblo

Nggak cuma cowok en cewek yang masih abege aja yang takut ngejomblo. Mereka-mereka yang udah dewasa pun banyak yang takut banget ngejomblo lho. Banyak alasan kenapa banyak di antara kita yang takut banget menyandang status jomblo. Dari yang ngiri gara-gara temen-temennya udah pada pacaran or bahkan udah marriage, takut dibilang nggak laku or DPR (Durung Payu Rabi – nggak laku marriage), dikejar-kejar ortu en orang-orang di sekililing kita, untuk pamer ke orang-orang kalo kita udah punya pacar, dan segudang alasan lainnya.
Actually, kenapa sih kita musti kuatir ngejomblo? Kenapa sih jomblo aja musti jadi masalah? Karena kita punya cara pandang yang salah. Seringkali kita punya pikiran kalo ngejomblo itu berarti kita nggak laku. This is a wrong idea. Ngejomblo nggak berarti kita tuh nggak laku. There’s so many reason kenapa kita ngejomblo. Dari yang belum pingin pacaran, belum siap pacaran, belum nemuin tulang rusuk yang tepat, and so on. So, jangan pernah sekali-kali berpikir kalo ngejomblo itu berarti nggak laku. Buang jauh-jauh deh pikiran salah kayak gini.
Nggak cuma itu aja. Hal lain yang bikin kita kuatir ya karena sebenarnya kita nggak melekat sama Tuhan. Gara-gara kita nggak melekat sama Dia, kita jadi meragukan semua janji-janji-Nya. Nggak cuma ragu sama janji Tuhan, kita juga jadi sosok yang nggak pede. Kok bisa? Lha iya. Kalo orang begitu deket en percaya banget sama Tuhan, otomatis dia jadi pede dong karena dia tahu ada Tuhan yang senantiasa menyertai dan menguatkannya serta always ngasih yang terbaik buat dia. So, tentu aja dia jadi nggak kuatir kalo sekarang masih jomblo. Mustinya kalo kita bener-bener melekat sama Tuhan, kita nggak perlu pusing en jomblo pun nggak jadi masalah buat kita kan?

Waiting for the right time
Maybe kita bingung, kenapa sih kita masih ngejomblo. Well, yang jelas bukan karena kita nggak cakep, bukan karena kita nggak pinter, or bukan juga karena kita  nggak menarik, tapi karena memang belum waktunya. Sometimes kita ini suka nggak sabaran nunggu waktunya Tuhan. Makanya, banyak anak-anak abege macam kita nih yang umurnya baru belasan, udah pada bingung cari pasangan sampai ada yang stress segala. Padahal kan mustinya kita lebih mentingin studi en masa depan kita. Kalau belum-belum kita udah kebingungan dulu, ya akhirnya kayak si Frisca tadi, dapetnya pasangan yang nggak bener en tentu aja itu bikin kita udah ngedukain hatinya Tuhan. Jadi berabe kan urusannya? Udah kita sendiri susah, kita juga ngelukain hatinya Tuhan. Bukan kebahagiaan yang kita dapat, malah duka nestapa yang kita tuai.
Remember guys, apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai (Galatia 6:7b). Kalau kita udah menabur ketidaksabaran, ya itu tadi akibat yang dituai kita nggak dapat pasangan yang sepadan dan seimbang seturut dengan kehendak Allah. Kalau Tuhan udah janji bakal ngasih yang terbaik buat kita, ngapain musti bingung? Seharusnya kita nggak perlu bingung en tetap bersabar menantikan janji Allah digenapi dalam kehidupan kita. Ingat! Untuk segala sesuatu ada waktunya (Pengkhotbah 3:1). Termasuk dalam hal berpacaran. Kalau memang sudah waktunya, Tuhan pasti akan membuat segala sesuatunya indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11).
So guys, ngapain musti bingung lagi? Kalau kita sudah tahu kebenaran firTu, mustinya kita menikmati masa-masa jomblo kita dengan melakukan kehendak Allah. Fokuskan diri dengan tugas utama kita. Kalau kita masih sekolah, ya kita musti fokus sama tugas dan kewajiban kita as a student. Selain itu, kita juga nggak boleh ngelupain tugas pelayanan kita bagi Allah. Adalah sebuah kesempatan emas ketika kita diberikan anugerah untuk bisa melayani Dia yang sudah menebus segala dosa kita. Tuh kan… ada banyak hal yang musti kita lakuin dalam hidup ini, ketimbang terlalu mikirin status jomblo kita. Well guys don’t worry, be happy. Better for us waiting the right time from God.q(greesika)      (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Februari 2009)

MY PRECIOUS THINGS VS MY PRECIOUS LIFE


Masih ingat dengan Ryan, pembunuh berantai asal Jombang yang sempat bikin heboh di tahun 2008 lalu? Sekitar 11 orang harus rela nyawanya disudahi Ryan, hanya gara-gara Ryan pengen memiliki harta benda yang dimiliki oleh korban-korbannya. Menurut penuturan beberapa kenalannya di Jombang, Ryan sering membual, seolah-olah ia adalah orang yang sukses di Jakarta. Konon ketika pulang ke Jombang, ia mengarang cerita bahwa ia sedang main sinetron. Ryan, mungkin pemimpi di siang bolong. Ia seolah bermimpi menjadi orang kaya mendadak yang kehidupannya bergelimang uang. Mungkin ia terlalu banyak menonton sinetron yang menggambarkan orang yang tiba-tiba menjadi selebritis kaya tanpa harus susah payah bekerja. Padahal cerita sinetron hanyalah mimpi yang jauh dari kenyataan. Ryan tidak bisa lagi membedakan antara mimpi sinetron dengan dunia nyata yang sesungguhnya. Agaknya inilah salah satu penyebab mengapa Ryan nekat membunuh untuk mendapatkan uang demi melakonkan mimpi-mimpinya.
Guys, tanpa disadari, meski mungkin tak sedrastis perilaku Ryan, kita seringkali pengin dianggap keren dan wah di depan teman-teman kita, kalo kita punya HP yang paling canggih, jam tangan yang lagi ngetrend, atau baju yang modelnya lagi inn, hanya supaya bisa dihargai oleh teman-teman kita. Meski sebenarnya mungkin kocek kita nggak cukup bias untuk memenuhi semua itu, tapi demi bisa dihargai orang lain kita pun jadi maksa, bahkan nekat ngelakuin apa saja untuk mendapatkan semuanya itu.
Sobat muda, actually hidup kita tuh sama sekali nggak ditentuin sama barang-barang apa yang kita punya. Kita berharga, kita punya nilai,  bukan karena kita punya barang-barang berharga atau enggak. Kita berharga karena Allah mengasihi kita. Ingat nggak firTu di Yesaya 43:4a, “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau.” Nggak cuman itu aja, kita tuh dibilang berharga dan punya nilai, ketika kita melakukan sesuatu yang berguna bagi orang-orang di sekeliling kita. Sekarang nih, apa gunanya punya HP paling canggih sekalipun, atau baju sekeren apapun, tapi kita nggak bisa memanfaatkan talenta yang kita punya supaya jadi usefull bagi orang lain? Nah, daripada mengejar sesuatu hanya demi gengsi yang cuma bikin kita merasa puas sesaat, better for us mengejar sesuatu yang lebih berguna, dan semuanya itu hanya bisa didapatkan ketika kita mau melakukan apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan kita (baca Roma 14:19).
Tapi, bukan berarti kita terus dilarang punya barang-barang berharga loh… It’s not like that!  Hanya saja sometimes yang namanya anak muda kayak kita-kita ini nih, suka nggak tahan sama yang namanya everything yang berhubungan dengan dunia gaul. Include sama barang yang judulnya HP ini. Hayo… ngaku aja deh… berapa banyak di antara kita yang dengan sengaja beli HP paling mutakhir, laptop paling canggih, atau jam tangan yang mahal karena memang benar-benar membutuhkannya, atau karena memang beli buat gengsi en gaul? Kalo pada mau jujur nih, pasti banyak di antara kita yang membeli barang-barang tersebut hanya demi kepentingan gaul en gaya. Iya nggak? Nah… yang kayak begini ini, nih, yang nggak didemenin sama our Father in heaven.
Teman muda, masih ingat nggak firman Tuhan yang bilang: “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (1 Korintus 10:23). Hmm… sekarang udah ngerti, kan, maksudnya? It means, Allah ingin kita semua belajar, untuk apapun juga, dalam segala sesuatu,  kita harus berpikir masak-masak, apakah yang kita lakukan itu benar-benar berguna buat kita atau enggak. Allah mau kita semua belajar untuk menjadi bijak.
Well, mulai sekarang belajar untuk think twice en jadi bijak sebelum kita memutuskan membeli ataupun melakukan sesuatu. Pikir baik-baik, apakah itu sungguh-sungguh berguna dan sangat kita perlukan atau tidak. Never buru-buru asal beli atau mutusin sesuatu hanya karena tergiur iklan ataupun promosi dari teman-teman se-gank yang udah pada sibuk ngomporin kita. Kalo perlu, kita bisa ask God’s help supaya kita nggak ngambil keputusan yang salah, yang bisa bikin kita menyesal apalagi sampai bikin Dia terluka. Jangan sampai kita salah langkah, karena bagaimanapun juga hidup kita jauh lebih berharga ketika hidup kita dapat berguna bagi orang lain, ketimbang memperbudak diri dengan barang-barang berharga. Remember yang dibilang di Amsal 14:15, “Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.” Nah, gimana? Nggak susah, kan?q(greesika)    (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Februari 2009)

Kamis, 05 Februari 2009

Pagi yang dingin...

Pagi yang dingin... semoga tak membuat hati dan pikiran jadi ikutan dingin... karena dingin itu terkadang bisa berubah menjadi kaku... dan itu berbahaya...

Rabu, 04 Februari 2009

Rainy Day...

Sebal...sebal...sebal... kenapa hujan mulu sih... jemuranku jadi lembab niy.... bau tau....! Tapi asyik juga kok ujan... bisa maen air... kecek... he... he... he...