Belum lama ini, mentalis Deddy Corbuzier
ramai diberitakan telah menangkap salah seorang haters yang kedapatan membullynya
di instagram. Bukan sekali ini saja, beberapa bulan sebelumnya Deddy pun juga
pernah menangkap salah seorang hatersnya
yang mirisnya adalah seorang pelajar SMK. Nyatanya bukan hanya seorang Deddy
Corbuzier saja yang harus berurusan dibully
haters. Bahkan boleh dibilang hampir nggak ada artis yang ngerasain nggak
punya haters dan nggak pernah dibully haters. Yang cukup memprihatinkan
lagi, bukan hanya artis saja yang jadi sasaran bully para haters. Orang
biasa yang bukan artis, bukan hanya teman, tapi bahkan juga orang yang nggak
dikenal pun bisa jadi sasaran bully
dan punya haters.
Media sosial kini bukanlah hal yang asing buat anak muda. Bahkan seolah
jadi ‘tuhan’ baru yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Nggak punya sosmed,
nggak gaul. Kira-kira gitu, deh, doktrinnya. Bukan cuma buat sekedar pamer aksi
selfi-selfian belaka, tapi belakangan trend kepoin
bahkan stalkingin sosmed orang lain,
apalagi seleb yang jadi idola juga kian marak. Sayangnya, aksi kepo hingga stalking ini belakangan kian menjadi-jadi hingga berujung pada bullying.
Dari kepo ke bully
Guys, ngaku, deh, berapa banyak di
antara kita yang nggak kepo sama
sosmed teman, sohib, apalagi gebetan, pacar atau malah mantan pacar yang
diam-diam masih dicintai? Sedikit banyak mungkin meski ngakunya dalam hati,
harus diakui kalau sometimes kita
suka kepoin sosmed orang lain.
Apalagi kalau yang dikepoin itu artis
idola yang lagi digandrungi banget. Rasanya kita jadi kepengen tahu apapun
kegiatan mereka, dan nggak mau ketinggalan update terkini segala sesuatu
tentang mereka.
Apapun motivasinya, sepanjang masih hanya sekedar kepo semata mungkin nggak terlalu jadi masalah. Yang jadi masalah
adalah ketika kita mulai berkelakuan lebay
bin alay, dalam artian emosi jadi
mulai terlibat ketika kita nggak suka sama orang yang lagi dikepoin. Entah tingkah laku atau
perbuatannya yang bikin kita jadi nggak tahan untuk berkomentar hingga berujung
twitwar dan bullying. Awalnya mungkin kita hanya tergelitik berkomentar karena
iseng belaka. Tapi lama-lama saat emosi mulai bermain, darah muda kita seolah
nggak mau kalah ketika komentar kita mendapat tanggapan. Inilah yang membuat
sobat muda seringkali kemudian terjebak dalam twitwar panas yang berujung bullying.
Nah, kalau nggak hati-hati, bisa-bisa kita dijerat UU ITE (Undang-undang
Informasi dan Transaksi Elektronik) yang bukan nggak mungkin bikin kita
dijebloskan ke dalam penjara.
It’s not our style
Sobat muda, mau kepoin atau stalkingin sosmed orang lain semata-mata
karena iseng atau sekedar buat update
info memang sah-sah saja. Tapi jadi bermasalah ketika kita jadi mulai ngatain,
ngegosipin, hingga akhirnya terlibat dalam perang kata-kata yang cenderung
berujung saling bully. Disinilah
celah titik lemah kita, yang tanpa sadar membuat kita jatuh ke dalam dosa.
Tanpa disadari, kita telah digiring oleh keinginan dan hawa nafsu untuk
‘meladeni’ komentar orang lain yang bernada miring, hingga akhirnya jatuh ke
dalam dosa.
Mungkin kita berpikir, ah, masak, sih, kita bisa berdosa hanya gara-gara kepo? Jelas bisa! Dari kepo, kita mulai ngomongin sampai
ngegosipin orang lain yang enggak-enggak, bikin kita jatuh dalam dosa pergunjingan.
Selain wasting time, ngebully nggak bikin kita jadi pintar, tapi
malah makin menjerumuskan dalam perkataan yang sia-sia.Padahal jelas firman
Tuhan mengingatkan kita, “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.” (Keluaran
20:16). Apalagi jika kita menjadi “seorang saksi dusta yang
menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.”
(Amsal 6:19). Itu baru soal ngegosipin.
Nah, kalau ternyata kita mulai terjebak emosi dan terlibat twitwar berujung bullying,
dengan tegas Amsal 14:21a mengungkapkan “Siapa menghina sesamanya berbuat dosa,
...”
That’s why guys, kita kudu lebih
hati-hati lagi saat bersosmed. Om Paulus pun sudah mengingatkan kita supaya
nggak menghakimi bahkan menghina orang lain. Bagaimanapun juga, kelak kita harus
mempertanggungjawabkan semuanya itu di hadapan Tuhan (Roma 14:10-13). Jangan
biarkan hawa nafsu menguasai kita saat bersosmed, sehingga bikin jatuh dalam
dosa. Kalau kita sudah mengaku sebagai pengikut Kristus, bullying bukanlah gaya hidup kita sebagai anak muda kristen.
So,
mulai sekarang ayo kita merubah cara kita bersosial media. Mulai tinggalkan
kebiasaan ngebully orang lain di
sosmed, agar kita tidak menjadi orang-orang yang mendatangkan kutuk bagi orang
lain. Belajar lebih bijaksana dalam menggunakan sosial media, supaya kita jadi
orang-orang yang mendatangkan berkat bagi orang lain.
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Februari 2016)