1 Desember. Aduh… rasanya senang
banget, deh. Sebentar lagi hari natal tiba. Mulai, deh, jalan-jalan ke mal, hunting baju baru, sepatu baru, mulai
pilah pilih Christmas party mana yang
paling asyik didatengin, persiapan acara tahun baru, bikin kue-kue, black forest, pasang pohon natal, wuih…
pasti heboh banget. Rasa-rasanya suasana istimewa seperti ini cuma bisa
dirasakan pas bulan Desember, pas kita
ngerayain perayaan Natal. Bulan-bulan lain? Biasa-biasa saja, tuh. Nggak ada
yang istimewa. Ya, begitu-begitu saja. But…
wait a minute… apa benar natal cuma
bisa dirayakan tiap bulan Desember saja?
Christmas in my mind
Actually, apa sih yang ada dipikiran kamu tentang natal? “Natal
itu kita ngerayain hari kelahiran Tuhan Yesus.” Itu yang sering meluncur dari
mulut kita. Selebihnya? “Ya… paling kumpul-kumpul bareng keluarga, makan, pesta
natal bareng teman-teman, tukeran kado, kirim kartu natal. Selesai.” Lalu apa
artinya kelahiran Tuhan Yesus buat kamu? Hmmm… mulai, deh, banyak yang bingung,
kan?
Inilah yang sedang terjadi di
antara kita. Seringkali karena kita terlalu sibuk mempersiapkan perayaan
natalnya, terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, kita jadi lupa sama yang
namanya arti natal itu sendiri. Kenapa bisa lupa? Karena kita nggak pernah
benar-benar ngerasain kalau Yesus lahir buat menyelamatkan kita dari dosa.
That’s the problem. Kita nggak pernah benar-benar
menyadari dan merasakan bahwa kelahiran Yesus sungguh-sungguh sangat berarti
buat kita, ‘coz hanya karena Dia-lah
kita bisa menjadi manusia yang bebas, merdeka, dan dilepaskan dari dosa. Kita
nggak pernah menyadari betapa besarnya kasih Allah buat kita sehingga Ia rela
melepas Anak-Nya, lahir ke dunia ini hanya untuk menebus dosa kita.
What’s the
matter?
Ada banyak hal yang membuat kita
nggak pernah benar-benar ngerasain the real christmas in our life. Pertama,
karena lingkungan kita, terutama keluarga, nggak pernah menanamkan arti natal
yang sesungguhnya. Natal ditanamkan hanya sebatas sebagai sebuah tradisi agama
kristen, tradisi keluarga kristen. Selebihnya, nggak ada yang istimewa. Itu
sebabnya, sulit buat sobat muda buat bisa ngerasain apa artinya natal yang
sesungguhnya.
Kedua, karena dari diri kita
sendiri, yang belum mau sungguh-sungguh bertobat dan menyadari betapa
pentingnya Kristus dalam hidup kita. Mungkin sejak kecil sobat muda sudah jadi
orang kristen. Bahkan ada banyak di antara kita yang sudah dibaptis dan mengaku
percaya. Tapi betulkah kita sudah sungguh-sungguh menjadi orang kristen? Inilah
yang jadi masalah. Kita kerap sudah menjalani ritual kristiani, tapi kita nggak
pernah sungguh-sungguh memahaminya. Bahkan yang lebih ironis, kita malah
sesungguhnya belum bertobat dan menerima kehadiran-Nya di dalam hidup kita.
Malah, ada banyak di anatar kita yang mungkin selama ini merasa sama sekali
nggak butuh Tuhan. Makanya, nggak heran
kalau natal hanya jadi sebatas ritual agama kristen yang kemeriahannya dan
kegembiraannya patut dirayakan sebagaimana mestinya.
Guys, saat kita mau membuka hati dan diri kita untuk Tuhan,
saat kita mau sungguh-sungguh bertobat dan memberikan seluruh hidup kita bagi
Kristus, saat kita mau membiarkan Allah melawat kita, saat itu pula kita akan
menyadari makna natal yang sesungguhnya. Bahwa natal nggak cuma sekedar pesta, perayaan,
kumpul-kumpul, atau bahkan hura-huranya semata. Natal adalah saat Allah lahir
di hati kita, di hidup kita, untuk melawat kita, memulihkan kita, mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan diri kita.
Nah, kalau sekarang sobat muda
sudah bisa menyadari betapa pentingnya kelahiran Kristus bagi kita, bagi dunia
ini, it means, sobat muda sekarang
juga paham kalau natal nggak cuma hadir di bulan Desember saja. Natal bisa
terjadi kapan saja, setiap saat, bahkan setiap hari, sepanjang kita mau membuka
hati kita untuk Dia, dan membiarkan Allah melawat serta memulihkan hidup kita,
serta membiarkan Dia membentuk hidup kita, agar menjadi sempurna bagi kemuliaan
nama-Nya. Happy Merry Christmas…q(esi) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar