“Aduh Kak…pilih yang mana ya? Aku suka banget sama
Toni. Tapi anaknya pendiam dan pasif
banget. Kalau Ariel, sih, aku nggak suka. Tapi dia perhatiannn banget sama aku…
Gimana, ya, Kak? Apa Toni aku putusin aja, ya?” tanya Anna yang tengah
kebingungan kepada kakaknya. Sobat, tak sedikit dari kita yang rupa-rupanya
kebingungan waktu nyari tulang rusuknya. Seperti yang dialami Anna yang bingung menentukan mana cowok yang cocok
buat dijadiin PH alias pasangan hidupnya. Banyak anak-anak muda, termasuk pula
anak muda yang di dalam Tuhan, yang memiliki ukuran-ukuran sendiri dalam
mencari pasangan hidupnya, dimana ukuran-ukuran yang mereka buat itu ternyata
nggak sesuai dengan ukurannya Allah. Bahkan tak jarang kalau kemudian mereka
mengambil keputusan yang terburu-buru dan salah, hanya karena ukuran mereka
yang tidak seperti ukuran Allah dan juga karena emosi saja dalam memilih
pasangan hidup. Nggak jarang juga karena terlalu takut nantinya nggak punya PH,
akhirnya jadi memilih PH secara sembarangan dan asal-asalan saja.
Sebenarnya nggak salah sih, kita punya ukuran-ukuran tertentu dalam
menentukan pasangan hidup. Namun masalahnya, ketika kita membuat target ukuran tersebut,
biasanya selalu berdasarkan apa yang kita mau. Padahal untuk menentukan pasangan
itu seharusnya berdasarkan apa yang Tuhan mau. Lucunya, kita berani nyodorin ukuran-ukuran
itu pada Tuhan dan kadang-kadang kita juga suka memaksaNya. Nah, ini dia yang
nggak benar. ‘Coz, kita jadi maksain maunya kita sama Tuhan, bukan
maunya Tuhan untuk kita.
Coba deh ingat-ingat, apa
sih yang bikin kita tertarik then falling in love sama someone?
Wajahnya yang cakep, otaknya yang brilian, kepopulerannya, latar belakang
keluarganya...? But... wait... pas kita mulai menyebutkan hal-hal
tersebut, rupa-rupanya di kepala kita sudah tergambar cowok or cewek
seperti apa yang pengin dijadikan pacar. Hmm... hayo... ngaku, deh... Most
of teens like us, biasanya punya kriteria yang cenderung lebih physically.
Face, famous, plus background family kadang lebih jadi
ukuran utama buat milih calon PH. Makanya, nggak jarang di antara kita kalau melihat
cowok or cewek cakep, langsung tancap gas buat pedekate then nembak doski. Boro-boro mikirin
apakah someone yang lagi ditaksir memang sesuai dengan kehendak Tuhan
atau nggak. Sang pujaan hati seiman atau nggak saja, seringkali kita juga nggak
perduli tentang hal itu, meski sudah tahu persis kalau firTu jelas-jelas nggak mengizinkan.
We don’t care about that! Yang penting judulnya cinta, dan doski oke
buat diajak jalan.
Nggak cuma itu aja. Seringkali, kita
juga punya patokan begini, “Yang penting
seiman. Perkara dia baik atau buruk, itu urusan belakangan. Pokok judulnya
nggak melanggar apa kata firTu!” Nah, lho? Walhasil pas belakangan baru
ketahuan kalau si dia itu biarpun seiman, tapi ternyata playboy. Kalau sudah
begini, muncul, deh, prinsip baru. “Buat apa cari yang seiman kalau ternyata
kayak begitu? Nggak seiman nggak apa-apa, yang penting orangnya baik, cinta,
dan tulus.”
Sebagai anak-anak Tuhan, apalagi jika hubungan kita
dengan Allah sudah sangat intim, kita tentunya tidak perlu khawatir, bahkan
sampai kebingungan dalam menentukan pasangan hidup. Mengapa demikian? Karena
kita ingat akan janji Allah. Bukankah Allah sudah mempersiapkan seseorang yang
terbaik untuk kita sebagai pasangan hidup kita? Jadi, kalau saat ini masih
banyak diantara kita yang kebingungan
untuk menentukan pilihan, satu hal yang pasti dan yang harus kita lakukan.
Larilah kepada Allah. Ya….hanya dengan bersandar kepada Allah, dan memohon
pimpinan dan petunjuk dari-Nya, serta menyelaraskan ukuran-ukuran yang kita
buat dalam menentukan PH ini agar sesuai dengan ukurannya Allah, maka tidak
akan sulit bagi kita untuk mengambil keputusan yang tepat, dalam menentukan
pasangan hidup yang terbaik, yang tentunya seturut dengan kehendak Allah.
Coba, deh, belajar dari Yusuf dan Maria, ortunya
Yesus. Saat mereka diberi tahu bahwa mereka akan memiliki anak yang merupakan
Putra Allah, tentunya merupakan sesuatu hal yang berat buat mereka. Apalagi
mereka belum menikah. Yusuf punya beberapa pilihan. Memutuskan pertunangannya
dengan Maria, atau tetap terus melanjutkan hubungan mereka. Namun baik Yusuf
dan Maria tahu apa yang terbaik dalam hidup mereka (baca Matius 1:18-25, Lukas
1:26-38). Itu sebabnya mereka sangat yakin bahwa yang mereka terima adalah yang
terbaik dari Allah. Semuanya itu karena mereka mau taat dan dengar-dengaran
dengan Allah. Nah, kalau hubungan kita dekat dengan Allah, kita pasti akan peka
dengan pilihan terbaik yang dari Allah. So, nggak perlu bingung-bingung
dan pusing-pusing lagi untuk memilih. Kalau kita setia dan taat pada Allah, Ia
pasti akan menunjukkan someone yang terbaik sebagai pasangan hidup kita.
Oke?q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Agustus 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar