“Kalo lo bener-bener temen gue, lo
pasti bakal bantuin gue. Apapun yang gue mau, lo kudu nurutin…” Hmm…
mentang-mentang sahabat baik, temen baik, sohib satu geng, terkadang kita bisa
ngelakuin segala cara demi solidaritas persahabatan. Nggak perduli kalau
sebenarnya apa yang dilakukan itu salah. Kalau sudah begini apa iya kita masih
bisa disebut dengan sahabat yang baik?
Mendukung
segalanya?
Namanya sahabat, tentu saja harus
kita dukung terus. Dalam suka dan duka, sahabat yang baik seharusnya selalu ada
di sampingnya. Tapi kalau sahabat kita melakukan sesuatu yang salah dan
mengajak kita untuk berbuat salah juga, apakah kita juga harus mengikutinya? O…
o… o… kalau begitu tunggu dulu. Namanya
sahabat memang seharusnya selalu ada saat suka dan duka. Tapi kalau sahabat
kita berbuat salah, sebagai sahabat yang baik sudah selayaknya kita menegurnya
untuk kembali ke jalan yang benar, dan bukan malah ikut-ikutan makin
menjerumuskannya dalam kesalahan yang lebih besar.
Sobat muda, ketika kita mendukung
sahabat kita untuk masuk dalam kesalahan yang dibuatnya, bukan hanya kita makin
menjerumuskannya ke dalam kesalahan yang lebih besar, tetapi kita sendiri juga
jadi turut bersalah. Hasilnya, kesalahan bertumpuk itu justru kitalah yang
menjadi penyebabnya. Mengapa? Sebab sudah tahu kalau sahabat kita bersalah,
masih saja kita mendukung kesalahan itu.
Are you a good
friend enough?
Well guys,
seperti yang dibilang Amsal 17:17, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara
dalam kesukaran.” Kalau benar kita adalah sahabat yang baik dan sangat
mengasihi sahabat kita, sudah sepantasnya kita menegurnya jika mereka berbuat
salah. Masalahnya, apa kita sudah menjadi sahabat yang baik selama ini?
Mungkin
yang sering terjadi, kita takut dianggap tidak setia kawan dan mengkhianati
sahabat kita, sehingga kita membiarkan dan malah turut mendukung kesalahan
mereka. Jangan pernah takut dicap sebagai sahabat yang tidak setia, hanya
karena kita tidak mau ikut-ikutan dalam kesalahan yang diperbuatnya. Namun yang
sudah menjadi kewajiban kita adalah menegur mereka dan membawanya kembali ke
jalan yang benar. Dengan demikian kita baru bisa sungguh-sungguh disebut
seorang sahabat yang baik baik teman kita.q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Juni 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar