“Sumpah! Gue beneran cinta mati
sama lo. Lo mau, kan, jadi pacar gue?” Nggak pakai nunggu lama , Siska langsung
menganggukkan kepalanya begitu mendengar pernyataan Andi, cowok paling keren di
sekolahnya. Kira-kira sebulan berlalu, Andi mulai menjauhi Siska, sampai
kemudian mereka putus gara-gara Andi ketahuan jalan bareng sama Camilla, cewek
cantik dari sekolah lain.
Bicara cinta memang susah-susah
gampang bin gampang-gampang susah. Di usia-usia muda seperti kita sekarang ini,
namanya cinta dan suka memang terkadang sering membuat kita bingung. Rasanya
sulit membedakan mana yang suka dan mana yang cinta. Sudah terlanjur bilang
cinta sama si A, eh… ternyata kita sebenarnya cuma menyukainya semata. Kita
suka karena kagum dengan kelebihan yang dimilikinya. Tetapi belakangan baru
sada, rupanya nggak ada rasa cinta di dalamnya. Akibatnya kita jadi di cap
cowok atau cewek gampangan gara-gara
sering gonta-ganti pacar. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah karena ketidakmampuan
kita membedakan mana yang ‘cinta’ dan mana yang hanya sekedar ‘suka’.
Apa, ya,
bedanya?
Menurut wikipedia, cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia
terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan
kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan
apapun yang diinginkan objek tersebut. Berbeda dengan suka, yang menurut kamus
besar bahasa Indonesia diidentikkan dengan sebuah perasaan atau suatu keadaan
girang atau senang.
Datangnya
cinta memang diawali dengan perasaan suka. Tapi seiring berjalannya waktu dan
semakin dekatnya hubungan, kita baru bisa menyadari apakah ini hanya sekedar
suka, atau kita sungguh-sungguh jatuh cinta. Itu sebabnya, namanya tahap
pedekate di awal hubungan amat sangat diperlukan. Pada tahap ini semestinya
justru membutuhkan rentang waktu yang cukup lama, supaya kita dapat benar-banar
memastikan inilah yang namanya cinta dan bukan hanya suka.
Tidak bisa
disangkal, pada tahap awal pertemuan, rasa suka akan mendominasi hubungan kasih
kita. Kita menyukai wajahnya, cara bicaranya, tertawa renyahnya, kelembutannya,
kepemimpinannya, wibawanya, dan lain-lain. Namun
ketika perasaan suka itu berubah menjadi kerelaan untuk memberi yang terbaik
dari diri kita demi yang terbaik untuknya... hmmm... that’s called love, guys... Menyukai mengacu pada kesenangan
pribadi yakni menginginkan seseorang karena ia baik untuk kita dan menyenangkan
hati kita. Sebaliknya, cinta merujuk kepada kesediaan memberikan diri untuk
seseorang.
Before you decided...
Nah,
sebelum memutuskan bahwa si dia bakalan jadi pacar, pastikan betul-betul bahwa
yang kita rasakan pada si dia bukanlah sekedar perasaan suka, tapi karena kita
sungguh-sungguh mencintainya. Itu sebabnya keputusan tersebut tidak dapat
diambil dalam waktu yang singkat. Diperlukan waktu yang cukup untuk dapat
memastikan pula, bahwa ini bukan hanya cinta, tetapi bahwa si dia adalah
sungguh-sungguh seseorang yang Tuhan sudah siapkan untuk menjadi pasangan kita.
Karena itu, doa dan hubungan yang intim dengan Allah memiliki peran yang besar
dalam hal ini.
Well, sobat muda, ingatlah apa yang pernah firman Tuhan katakan, bahwa cinta
itu begitu kuat seperti maut (Kidang Agung 8:6). Jika kita tidak hati-hati dan
nggak mau dengar-dengaran dengan Allah, akan sulit bagi kita untuk memutuskan
yang terbaik dalam hidup kita. Jangan pernah main-main dengan perasaan cinta
yang sudah Tuhan anugerahkan bagi kita. Selama kita mau mendengarkan Allah,
nggak akan sulit buat kita untuk membedakan mana yang hanya perasaan suka dan
mana yang sungguh-sungguh cinta. Sehingga pada akhirnya nanti, kita akan mampu
menemukan pasangan hidup yang terbaik yang Tuhan sudah sediakan untuk kita. q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar