Jadi anak muda sekarang memang kudu pintar and
jeli dalam memilih media. Kalo nggak, yang terjadi akhirnya bukannya nambah
wawasan dan bikin pintar, tapi justru malah buat otak kita jadi ngaco plus
error gara-gara menyerap informasi yang keliru dari media.
Seorang remaja di Banyumas, Jawa Tengah, melakukan aksi
perkosaan setelah menonton film vcd porno. SHR, remaja berusia 17 tahun warga
Desa Sirau, Kecamatan Kemrajen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diringkus
aparat Polsek Kemrajen. Karena memperkosa gadis kecil berusia 10 tahun yang
masih tetangganya. Kepada aparat, tersangka mengaku dua kali melakukan
perbuatan tidak senonoh tersebut kepada korban berinisial BMG. Menurut Kapolsek
Kemrajen, AKP Isfa Indrato, sebelumnya tersangka juga pernah melakukan
percobaan pencabulan terhadap rekan korban, namun gagal karena korban
memberontak. (http://www.indosiar.com/patroli)
Yang namanya media, sekarang ini memang nggak lagi jadi barang
yang asing buat anak muda. Bahkan dari usia dini pun kita sudah mengenal media,
mulai dari televisi, video, internet, de el el. Apapun yang disajikan oleh
media, most of them isinya pasti membuat kita jadi tertarik. Meski mungkin
nggak semuanya bagus, tetap saja bakal mengundang perhatian kita. Why? ‘Coz,
kita tahu ada informasi yang terkandung di dalamnya.
Dari Sinetron Sampai Internet
Sayangnya memang nggak semua informasi yang disajikan
oleh media itu baik serta bermanfaat buat kita. Misalnya aja film-film juga
sinetron-sinetron yang menggambarkan anak-anak SMU yang rela menjual
keperawanannya demi mendapatkan kemewahan. Atau sinetron yang memperlihatkan
siswa SMP yang rela macarin gurunya demi mendongkrak nilai. Selain
adegan-adegan yang sebetulnya belum waktunya buat kita tonton, apalagi ditonton
juga oleh adik-adik kita yang masih kecil, sinetron Indonesia juga banyak
menampilkan kata-kata dan bahasa yang kasar dari mulut pemainnya, seperti
‘brengsek’, ‘wanita murahan’, dan lain sebagainya, yang sangat nggak layak
untuk dikonsumsi.
Belum lagi buku-buku bacaan serta game, bahkan juga komik
yang isinya kerap kali nggak sesuai dengan usia kita. Ada juga komik-komik dan
game yang sepertinya ditujukan untuk anak-anak atau remaja, tapi isinya malah
penuh dengan adegan kekerasan, adegan ciuman dan variasi berbagai hubungan seks
antar teman sekolah, bahkan juga anatar murid dengan gurunya. Apalagi sekarang
ditambah lagi dengan kebebasan untuk mengakses internet di mana saja dan kapan
saja serta nggak terbatas utuk siapa saja. Padahal di internet sendiri, banyak
banget dan nggak bisa kehitung lagi yang namanya situs-situs porno, juga
jejaring sosial yang memungkinkan kita berkenalan dan terlibat dengan pelaku
pornografi dunia maya. Pendek kata, betapa mudahnya bukan akses kita untuk
mendapatkan pengaruh negatif lewat media,
Dalam sebuah dalam seminar “Kepentingan Publik dalam
Regulasi Penyiaran” Jakarta, 14 Juli 2004, Steven
Allen, kepala perwakilan UNICEF di Indonesia saat itu mengatakan bahwa
media telah menjadi alat yang sangat
kuat dalam era masyarakat global saat ini karena kemampuan jangkauannya yang
luas dalam memberikan informasi, pendidikan, dan mengubah perilaku masyarakat.
Ketersediaan produksi media yang bersifat mendidik dan informatif dalam jumlah yang memadai dirasakan juga masih kurang, sehingga
banyak dari kita yang harus menikmati konsumsi media untuk orang dewasa yang
lebih banyak berisi tentang seks dan kekerasan. Menurutnya, seringkali
media juga tidak memikirkan bahwa anak atau remaja adalah masyarakat yang juga
memiliki hak informasi tentang dirinya yang diarahkan secara positif.
Harus Selektif
That’s why guys, mulai sekarang kita kudu
lebih selektif dalam memilih isi media yang tepat buat kita. Sutradara film
Garuda Di Dadaku 2, Rudi Soedjarwo,
pernah mengatakan, “Jangan pernah percaya dengan apapun yang dilihat dan
ditawarkan, meski dalam kemasan semenarik apapun. Siapa yang menawarkan tujuan
program yang ditayangkan, dan apakah yang mereka hadirkan bisa mendidik dan
membantu perkembangan masyarakat ke arah yang lebih baik, itu semua harus
benar-benar dicermati.”
Nah, gimana caranya, ya, supaya bisa selektif? Well, kita semua harus berhikmat, dong. Dengan meminta hikmat dari Allah dan
selalu mencamkan setiap firmanNya, nggak bakalan sulit, kok, buat kita untuk
pintar-pintar menyaring setiap isi media yang ada di sekeliling kita. Amsal 24
: 14 juga sudah ngingetin kita, “Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika
engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang.”
Kalau sobat muda sudah bisa selektif dalam memilih content media, nggak bakalan lagi, deh,
kita terjerat dengan dampak negatif yang ditaburkan oleh media massa, yang
mungkin saja bisa menghancurkan masa depan kita. Maka dari itu, ayo kita
rame-rame melek media, biar nggak gampang lagi ketipu sama daya tarik Mang Iib
yang berusaha menjerumuskan kita dalam dosa melalui isi media.(greesika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Agustus 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar