ANGELIQUE WIDJAJA: SOMBONG? NO WAY LAH…
“Saya pelanggan
Rajawali juga lho …” seru sebuah suara di ujung telepon, ketika Rajawali
membuat janji untuk berbincang-bincang dengan gadis yang kini tengah menjadi
buah bibir di kalangan anak muda Indonesia. Nggak salah lagi, close up kita
kali ini emang sengaja nyorot Angie, petenis muda berbakat, yang tiap kali akan
bertanding ke luar negeri, ia nggak lupa untuk selalu memesan RH Rajawali
beberapa eksemplar untuk dibagi-bagikan ke teman-temannya.
Kaya raya dan terkenal di usia muda,
kayaknya lantas identik dengan kesombongan. Tapi ini nggak berlaku buat mojang
priangan yang bernama lengkap Angelique Widjaja. Siapa sich yang nggak
kenal cewek yang baru aja merebut medali emas untuk tennis beregu di ajang
Asian Games beberapa waktu yang lalu? Hampir semua orang mengagumi prestasinya
yang luar biasa di dunia tennis pro, di usianya yang masih belia.
Cewek manis yang
baru aja dinobatkan oleh sebuah majalah remaja sebagai seleb muda terkaya di
Indonesia ini, merasa bahwa apa yang ia dapatkan selama ini tak lebih adalah
anugerah Allah semata. “Apa yang sudah saya raih adalah hasil usaha dan kerja
keras saya berlatih tennis selama ini, dan saya sangat menyadari bahwa sekeras
apapun saya berusaha, sekuat apapun saya berjuang, keberhasilan itu tetap
datangnya dari Tuhan. Memang kita juga harus berjuang dan bekerja keras, karena segala sesuatu kalau
kita mau berhasil khan harus ada pengorbanan juga. Tetapi yang pasti yang
pertama harus kita lakukan adalah berserah kepada Tuhan, karena keberhasilan
itu datangnya bukan dari kita,” tutur petenis peringkat 91 dunia ini..
Ditemui disela-sela kesibukannya berlatih
tennis di Hotel Hilton Jakarta, Angie mengakui bahwa kesombongan akan
senantiasa mengintip di sela-sela kesuksesan dan ketenaran yang tengah
dinikmatinya. Ia merasa sangat bersyukur memiliki keluarga yang begitu dekat
dengan Tuhan, sehingga mereka selalu mengarahkan Angie, tiap kali ia mulai
berbuat salah atau mulai jadi sombong. “Saya sangat bersyukur karena keluarga
saya memang termasuk keluarga yang rohani. Saya punya kakak lima orang, dan
mereka lumayan banyak memberikan arahan ke saya. Ya maksudnya supaya saya jangan
sampai sombong. Saya sendiri juga berusaha untuk nggak sombong,” papar cewek
bertinggi 173 cm ini.
Lahir di Bandung, 12 Desember 1984,
sejak usia 4 tahun, putri bungsu pasangan Rico Widjaja - Hanita Erwin ini sudah
akrab dengan dunia tennis lantaran kelima kakaknya gemar bermain tennis. Usia 5
tahun ia mulai berlatih serius dengan masuk ke sekolah tennis Fiks Bandung, dan
ditangani oleh pelatih Meiske Handayani Wiguna dan Deddy Tedjamukti. Menginjak
usia tujuh tahun, untuk pertama kalinya Angie mulai ikut turnamen dan langsung
meraih gelar juara petama kali di Turnamen Tenis Eldorado, Bandung, pada tahun
1992. Sejak saat itulah, rangkain perjalanan karier tennisnya sedikit demi
sedikit mulai menanjak. Puncak prestasinya terukir manakala ia menjuarai The
Junior Wimbledon Championships, di Wimbledon tahun 2001. Dan pada bulan
Agustus 2002 yang lalu secara mengejutkan ia berhasil mengalahkan Anna
Kournikova, bintang tennis asal Rusia yang tengah naik daun dan pernah masuk
dalam jajaran top ten petenis dunia.
Dibalik cerita sukses kemenangannya atas
Anna Kournikova, nyatanya bagi Angie peristiwa itu adalah sebuah mujizat yang
sangat ajaib dari Allah. “Sebenarnya waktu itu saya juga ngerasa ajaib bisa
ngalahin Anna Kournikova. Soalnya khan dia lagi bagus-bagusnya. Apalagi di
pertandingan-pertandingan sebelum US Open itu dia lagi udah mulai comeback,
dan hasilnya udah mulai lumayan. Saya sich bermain tanpa beban aja. Ya saya
berdoa, saya berserah. Ya, jadi banyak mujizat lah bisa ngalahin Anna. Apalagi kalau nggak salah
dia pernah jadi top ten pemain dunia,” terang Angie.
Ada harga yang
harus dibayar memang, ketika Angie berhasil meraih impiannya menjadi petenis
profesional. Yang jelas, ia harus kehilangan masa remajanya yang tak bisa
dinikmatinya layaknya remaja biasa lainnya. Hari-harinya diwarnai dengan
latihan-latihan keras yang melelahkan. “Jujur, kadang-kadang itu membuat saya
merasa iri dengan remaja lainnya. Tetapi akhirnya saya juga mikir, ‘gimana
teman-teman seusia saya main seperti layaknya remaja biasa, tapi mereka nggak
bisa berprestasi seperti saya. Ya mungkin saya pengen jadi mereka dan mereka
pengen jadi saya juga.” akunya.
Resiko merasa
bosan pun ternyata juga dihadapi Angie. “Setiap orang juga pasti pernah ngerasa
bosan, begitu juga dengan saya. Kalo saya biasanya sich ngambil libur dulu ya.
Jadi misalnya kalo kemaren itu habis tour dua bulan lebih, trus saya nggak
ngeliat lapangan tennis, nggak ngapa-ngapain, ya istirahat seminggu. Setelah
itu baru mulai lagi.” tambah cewek yang punya kebiasaan selalu berdoa dan
mendengarkan lagu-lagu rohani, dua jam sebelum ia tampil arena pertandingan.
Apapun itu,
yang jelas keberhasilan yang sudah digapainya ternyata tak membuatnya jauh dan
lupa pada Tuhan. Sebaliknya, ia makin rajin dan makin berusaha untuk selalu
dekat dengan Allah. Gadis yang menjadi jemaat di Gereja El Shadai Bandung ini
rupanya setiap harinya tak pernah absen untuk bersaat teduh dengan menggunakan
Renungan Harian Pemuda Remaja Rajawali. “Secapek apapun saya berusaha untuk
tetap bersaat teduh,” katanya. Aktivitas pelayanannya pun tak ditinggalkannya.
Justru dengan kemenang-kemenangan yang ia raih lewat berbagai pertandingan,
makin mendorong dirinya untuk bersaksi dihadapan orang banyak, bahwa Allah
telah berkarya dalam hidupnya. “Memang sejak dulu saya menganggap tennis
sebagai pelayanan. Jadi saya banyak cerita ke teman-teman gimana Tuhan banyak
bekerja pada saya. Pengennya sich membawa atlet-atlet tennis, nggak cuma atlet
tennis doang sich sebenarnya, tapi semua atlet. Pengen jadi teladan buat
mereka. Kalau misalnya lagi di Bandung,
saya juga suka kasih kesaksian di gereja. Nggak terbatas di gerejanya
Angie sendiri, tapi juga di gereja-gereja lain. Pokoknya semua gereja lah.”
imbuhnya.
Keterpurukan
yang dialami generasi muda saat ini, membuat Angie prihatin. “Waktu di sekolah,
ada perbedaan lingkungan pergaulan yang begitu mencolok antara lingkungan di
arena latihan dengan di sekolah. Kacau banget gitu kayaknya kalau di sekolah.
Saya juga banyak ngasih tahu sich ke
temen-temen, tapi kadang-kadang mereka juga ada yang dengerin, kadang-kadang
ada yang cuek doang. Saya sendiri prihatin ngelihat mereka yang terjerumus dan
kacau,” ujarnya mengungkap keprihatinanya. Ia berharap, akan lebih banyak lagi
anak-anak muda yang berprestasi ketimbang terjerumus dalam narkoba. Dan lewat
kesaksian hidupnya, Angie berharap akan ada banyak generasi muda yang mengikuti
jejaknya, untuk berprestasi dan menggunakan prestasi yang dimiliki untuk
kemuliaan nama Tuhan.(esi)
(Telah dimuat di Majalah Rajawali)
Komentar
Posting Komentar