JEFFRY S. TJANDRA : Broken Home, Nggak Berarti Harus Rusak
Debutnya sebagai
penyanyi rohani diawali dari penyanyi koor di GKI, berlanjut menjadi
anggota paduan suara Hosiana. Kemudian pelantun lagu Seperti Bapa Sayang
Pada Anak-Nya ini, bergabung dengan
vokal group ‘Yerikho’, dan selanjutnya menjadi singer di Bethany, yang
lantas dipercaya menjadi worship leader. Jeffry S. Tjandra,
kelahiran Jakarta, 4 Juni (tahunnya? “Rahasia dong…” begitu katanya), kini
mengembangkan sayap pelayanannya. Tak cuma menyanyi saja, tapi ia kini juga
jadi produser dan mulai diminta berkhotbah di mana-mana. Tambah sibuk dong
tentunya?
Jeffry tentang kehidupan rohani…
Jeffry ngaku
kalau dirinya berasal dari keluarga yang beda iman. “Mami saya itu orang
Kristen, sedangkan Papi saya nggak. Waktu kecil, sempat saya vakum dan nggak ke
gereja. T’rus waktu saya SD, saya dibawa sama tetangga saya untuk ke gereja
lagi. Ternyata dia itu guru sekolah minggu,” beber anak kedua dari enam
bersaudara ini. Berhubung sejak kecil sudah Kristen, Jeffry nggak mengalami
sesuatu yang spektakuler layaknya orang yang di tengah perjalanan hidupnya
bertobat lalu terima Yesus. Namun seiring dengan waktu, Jeffry terus menerus
bertumbuh dan semakin bertumbuh di dalam Tuhan.
Jeffry tentang pengalaman rohani…
Jeffry selalu
bersyukur, seiring dengan berjalannya waktu dengan segala pengalaman hidup,
Tuhan mengajarnya untuk semakin hari semakin bertumbuh di dalam pengenalannya
akan Tuhan. “Dalam album-album saya, saya semakin melihat bagaimana itu juga
merupakan pengalaman pribadi saya, hubungan saya dengan Tuhan, dan sesuatu yang
Tuhan taruhkan dalam hidup saya untuk dibagikan kepada jemaat,” ungkapnya. Ada
satu pengalaman yang tak pernah dilupakannya seumur hidup. Pas konser Live
Worship I, Semua Karena Anugerah, Jeffry en tim benar-benar
menyaksikan bahwa mereka sangat kecil di hadapan Tuhan. “Orang kalau mau konser
pasti pakai GR (General Repetition,-red). Kali ini keadaan yang memaksa
dan membuat kita nggak bisa berbuat apa-apa. Waktu itu kita nggak sempat
latihan sama sekali. Baik singer, worship leader, saya, pemusik
dan sebagainya, itu nggak pernah latihan bareng. Tapi saya melihat, setelah
album ini justru diedarkan, justru luar biasa sekali Tuhan pakai album ini. Itu
yang mengherankan.”
Jeffry tentang keluarga broken home…
“Dari kecil
keluarga kami sudah pisah. Jadi, sampai saya menjadi dewasa, saya belum pernah
mengalami arti kasih sayang seorang Bapak,” kisahnya. Jeffry bersyukur, meski
berasal dari keluarga broken home, ia masih tetap bisa mengalami kasih
Bapa di sorga dan tetap berjalan di
dalam terang Tuhan. Bahkan Allah mempercayainya untuk menterjemahkan kasih Bapa
kepada semua orang lewat album-albumnya. Disinilah Jeffry ngerasa kalau Tuhan
tengah ngebuktiin, meski dari keluarga broken nggak berarti musti
ngerusak diri. “Saya mau himbau, jangan punya doktrin kalau keluarga kita
berantakan, kita musti hancur. Jangan menghakimi atau menghukum diri kita.
Jangan cari pelarian sama yang lain. Cari Tuhan, karena Dia yang paling tahu
siapa kita. Jangan cari pelarian sama yang namanya pergaulan bebas, drugs,
or apapun juga. Itu cuma akan membuat tambah berantakan, tambah lama tambah
hancur.”
Jeffry tentang pasangan beda iman…
Pengalaman dari
keluarga pasangan beda iman, plus pengenalannya akan kebenaran firTu, membuat
Jeffry sangat menentang pacaran apalagi pernikahan beda iman. “Saya sama sekali
nggak setuju. Khan firman Tuhan juga sudah berkata bahwa terang sama gelap
tidak bisa bersatu. Apapun alasannya, tidak bisa kita berkata klasik bilang, ah
nanti saya mau bawa dia jadi ikut Tuhan. Itu nonsens. Pokoknya kalau Tuhan
sudah bilang tidak ya tidak. Kita harus ikuti karena Dia pemilik hidup kita.
Kalau kita percaya bahwa Tuhan itu Bapa yang begitu baik, yang selalu memberi
yang terbaik buat kita, maka kita akan lebih mudah mempercayakan hidup ini
kepada Tuhan. Ingat, Dia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. So,
jangan pernah mendahului waktu Tuhan. Kalau Tuhan belum ngasih, ya tetap tunggu
waktu Tuhan.”
Jeffry tentang anak muda Kristen…
Jeffry melihat
masih banyak anak muda Kristen yang nggak tulus dalam bergaul juga dalam
melayani Tuhan. “Kalau masih muda, belum punya pacar, belum punya pekerjaan,
waduh…kayaknya mati hidup itu untuk Tuhan. Tapi begitu sudah dapat pekerjaan,
punya pacar, mulai pelan-pelan undur. Nah, kalau mereka cuma punya niat begitu,
tentu arti persahabatan juga pelayanan itu jadi nggak tulus karena ada sesuatu
yang diharapkan.” So, kita kudu tulus en jujur, hidup tanpa pamrih
supaya nggak gampang kecewa baik dalam bergaul maupun dalam melayani Tuhan.
Jeffry tentang youth revival…
Jeffry senang
melihat perkembangan anak muda Kristen sekarang ini, yang nggak cuma sekedar
heboh saja. “Beberapa tahun yang lalu kalau menyebut youth, kita selalu
mengidentikkannya dengan sesuatu yang
inovatif, heboh, dan sebagainya. Tapi saya bersyukur bahwa pergerakan revival
dalam youth satu dua tahun terakhir ini, mulai memperlihatkan bahwa
anak-anak youth sekarang bukan cuma dari segi hebohnya atau bagaimana,
tapi mereka mulai melihat arti dan pentingnya duduk diam di dalam hadirat Tuhan.”(ika)
(Telah dimuat di majalah Rajawali)
sangat memberkati
BalasHapusGbu😇
BalasHapus