REJOZ ‘THE GROOVE’ : MENGANDALKAN DOA DAN CLUE DARI TUHAN
Postur tubuh
yang gedhe en tampang kayak gangster-nya Amrik, sepintas memang bikin keder.
Tapi siapa sangka, dibalik wajah yang kelihatan sangar itu, tersimpan hati yang
lembut yang pingin selalu memuji dan memuliakan Tuhan setiap waktu, dan... satu
lagi... doski ternyata orangnya asyik en kocak banget. Dialah Reza Jozef Patty yang lebih akrab disapa
Rejoz. Salah satu personel kelompok musik The Groove yang hobby
menggambar ini, ternyata juga termasuk dalam jajaran maestronya perkusi di
tanah air.
Nggak pernah kursus perkusi
Dari dulu tuh
sebenarnya aku lebih senang nyanyi. Makanya, waktu SMA aku ikutan vocal
group. Di The Groove, aku juga nggak cuman main perkusi aja, tapi
nyanyi juga lho. Kebetulan pas di SMA juga, aku ikutan eskul marching band. Aku juga sempat gabung di marching
band BPI Bandung sejak tahun 1991–1994. Nah... pas di marching
band itulah aku ngelihat ada sebuah alat yang dinamakan perkusi. Sejak itulah
aku tertarik sama alat yang namanya perkusi. Padahal sebelumnya aku pernah
kursus piano, dan yah... lumayan bisa lah kalo main piano.
Sejak tertarik sama perkusi, aku kemudian
belajar otodidak soal perkusi. Nggak pernah kursus secara khusus. Aku lebih
banyak cari sendiri, terus ketemu sama senior-senior dan banyak nanya sama
mereka. Aku pinginnya sih bisa sekolah formal untuk mendalami perkusi. Pingin
banget. Cuma waktunya belum ada. Terus di Indonesia sendiri juga belum ada
sekolah formalnya untuk perkusi. Kalau mau bagus, biasanya gurunya harus
privat, dan itu waktunya nggak menentu. Jadi, masih harus disiapin khusus lah kalau mau sekolah formalnya perkusi.
Cita-citaku sih pinginnya ngajar perkusi untuk anak kecil. Bikin sekolah
perkusi, tapi khusus untuk anak-anak kecil, yah kira-kira umur sepuluh tahun ke
bawah gitu, aduh... seneng banget... pingin banget...
Sebelum aku
gabung dengan The Groove, aku
sempat gabung di beberapa grup musik seperti Yellow Badge, Roomotion, V.O.A,
Fortissimo, dan Odyssey. Sejak aku bisa memainkan alat musik, aku selalu punya
visi untuk melayani Tuhan di setiap kesempatan bermain musik. Aku sadar, semua
kemampuanku ini datangnya dari Dia, makanya musti balik ke Dia lagi.
That’s why, di sela-sela kesibukanku bareng The
Groove yang lagi nyiapin album ke empat, aku masih aktif pelayanan, gabung
bareng Glorify The Lord Ensemble. Sekarang ini aku lagi nyiapin album
rohani bareng Glorify The Lord Ensemble. Terus, aku juga lagi nyiapin album
bareng keluarga Saba (Kuartet Martin, Carlo, Denny, dan Ivan Saba). Pokoknya
sekarang ini aku lagi fokusin diri di musik, dan aku pingin terus bisa
memuliakan Tuhan lewat musik seumur hidupku.
Bapa yang menggantikan
Aku lahir di Bandung, 14 Oktober 1975, anak
kedua dari tiga bersaudara pasangan E. J Patty dan Sulianti Kemalasuri Patty.
Kalo nggak salah pas aku umur 23 tahun, aku masih kuliah di Fakultas Seni Rupa
dan Desain ITENAS Bandung, aku kehilangan papa yang sangat kucintai. Begitu
papa meninggal dunia, otomatis aku ngerasa kehilangan banget. Tapi di saat
itulah aku bisa ngerasain kalau Tuhan
itu baik banget. Itu pengalamanku yang paling luar biasa bersama Dia. Aku tahu
kalau aku punya Bapa yang so amazing. Dia menggantikan kekosongan yang
aku rasa karena kehilangan papa. Dia selalu jadi kepala rumah tanggaku di
rumah.
Tahu nggak kejutan terbesar yang aku dapat
dari Tuhan, sebagai penghiburan dari-Nya
setelah kepergian papa? Dia kasih aku kado album barengan The Groove,
setahun berikutnya setelah papa meninggal. Buat aku pribadi, sebenarnya
sayang banget papa nggak sempat ngelihat semua yang aku raih ini, tapi aku
yakin... papa pasti tahu.
Jomblo? Asyik
aja tuh...
Pengalaman aku
sendiri waktu ngejomblo sih aku anggap seneng-seneng aja. Kalau jomblo justru
kan tidak ada ikatan, have fun aja lah. Artinya ya tetap have fun
yang terarah ya. Maksudnya ya bukan terus jadi cari banyak cewek, ya nggak...
bukan begitu. Artinya ya dinikmati lah
masa jomblo itu. Kadang-kadang justru ada orang yang sudah punya pasangan,
malah kepingin ngejomblo. Banyak juga yang suka kayak gitu lah.
Kalo anak-anak
muda cari pasangan sembarangan, aku jelas nggak setuju. Ya itu lah, pacaran kan
sebenarnya tempat saling mengenal satu sama lain yang memang harus dijalanin.
Kalaupun memang lama pun ataupun sebentar, tergantung proses itu bisa
dilaluinnya gimana. Kadang kan ada yang ngelaluinnya lama, baru bisa marriage.
Artinya, kalau buat aku sih segala sesuatunya pastikan kita berdoa dulu, untuk
apapun juga termasuk soal pasangan hidup. Aku yakin, pasti Roh Kudus akan
nunjukin yang terbaik untuk kita. Pokoknya, Tuhan pasti akan kasih clue
deh... Sekarang, tinggal kita sendiri gimana? Mau ikut jalannya Tuhan, atau mau
sesuka hati kita? Itu tergantung dari diri kita sendiri.(ika)
(Telah dimuat di majalah Rajawali)
Komentar
Posting Komentar