“Berjuang,
kok, indah? Berjuang, kan, nggak enak. Berjuang itu, kan, harus merasakan
sakit, capek, kesal, dan lain-lain. Pokoknya yang nggak enak-enak, deh...”
Sebegitu nggak enaknya sebuah perjuangan, sampai terkadang rasanya kita sendiri
kepengen, “Kalau bisa, nggak usah pakai berjuang segala, deh. Tahu-tahu sudah
enak aja. Itu kan
lebih asyik. Ngapain harus susah-susah segala kalau kita bisa enak-enakan?”
Namanya Prayoga
Septiandi. Tahun Ajaran 2011-2012 ini, ia berhasil meraih nilai Ujian
Nasional tertinggi untuk jurusan IPS tingkat Jawa Timur. Nilai 57,1 (Jawa Pos Radar Bojonegoro, 28 Mei 2012).
Karena kedua orangtuanya sudah berpisah, siswa SMA Negeri I Bojonegoro ini
sejak duduk di kelas 1 SMP, tinggal bersama Om-nya (Pdt. Joko Waluyo) di
Pastori GPPS (Gereja Pantekosta Pusat Surabaya) Bojonegoro. Perpisahan kedua
orangtuanya tentu saja membuat Yoga sangat terpukul. Namun ia bertekad untuk
terus belajar dengan rajin, supaya ia dapat membahagiakan dan mempersatukan
kembali kedua orangtuanya.
Yoga tidak pernah ikut les ataupun bimbingan belajar
di tempat-tempat bimbel. Program belajar di sekolahnya sendiri sudah cukup
padat. Belum lagi setiap hari ia masih harus membantu di Om-nya
untuk membersihkan gereja, mulai dari menyapu, mengepel, dan menyiapkan segala
sesuatunya sebelum ibadah ataupun kegiatan-kegiatan gereja dimulai. Yoga
belajar ketika malam sudah menjelang. Dilanjutkan keesokan harinya jam 04.00
pagi setelah doa pagi. Alumni SD Kristen Mardisiswo Bojonegoro ini bukanlah
termasuk siswa yang sangat pandai. Namun berkat perjuangan dan ketekunannya,
Yoga berhasil lulus SMA dengan hasil yang luar biasa.
Nggak Enak, Tapi Perlu
Sobat muda, yang namanya berjuang itu memang tidak
pernah ada yang enak. Semuanya mungkin menjadi serba sulit dan melelahkan.
Terkadang juga menjadi beban, entah itu beban hati maupun beban pikiran, bahkan
mungkin beban fisik. Kalau sudah seperti ini, rasanya ingin saja kita lari
menjauhi semuanya itu, dan menghentikan segala perjuangan itu. Kalau perlu,
nggak usah, deh, hidup ini pakai berjuang segala. Cuma bikin capek aja.
Tapi tahu, nggak, sih, sebenarnya kita semua sangat
membutuhkan yang namanya perjuangan. Kita butuh berjuang. Karena dengan berjuang itulah
kita belajar tentang kehidupan. Dengan berjuang, kita juga belajar untuk lebih
menghargai kehidupan yang sudah dikaruniakan oleh Allah pada kita. Melalui
perjuangan juga, kita menjadi orang yang tahan uji dan lebih kuat dalam
menghadapi berbagai persoalan yang menimpa diri kita.
Ketika Adam dan Hawa diusir dari taman Eden, mereka pun harus
berjuang untuk dapat bertahan hidup. Adam berjuang untuk mengelola tanah yang
sudah diberikan Allah, supaya ia dapat menghidupi dirinya sendiri dan juga
Hawa, istrinya (Kejadian 3:17-19). Sementara Hawa sendiri juga harus berjuang
mempertaruhkan nyawanya, ketika ia melahirkan anak-anaknya (Kejadian 3:16).
Sejak saat itulah mereka belajar, bagaimana seharusnya mereka menghargai
kehidupan yang sudah Allah berikan di taman Eden.
Sulit, Tapi Mudah
Sahabat, mungkin selama ini ada di antara kita yang
merasa bosan ataupun lelah karena harus terus menerus berjuang untuk hidup,
sampai rasanya ingin berhenti berjuang saja. Kalau kita nggak dekat dengan
Allah, bukan nggak mungkin banyak yang kemudian mengambil jalan pintas dengan
bunuh diri. Tapi, selama kita dekat dengan Allah, Ia akan memberi kekuatan
serta memberikan kemampuan dalam menghadapi segala perjuangan yang harus kita
tempuh. Ingat lho, kita tidak akan pernah sendirian. Karena Allah selalu
menyertai dan tidak akan membiarkan kita sendirian dalam melewati setiap
perjuangan berat yang harus kita lalui (1 Korintus 13:10).
Buat sebagian sobat muda lainnya, mungkin ada yang
merasa tidak pernah mengalami sebuah perjuangan hidup berarti. Segala sesuatu
sudah tersedia di depan mata dengan begitu mudahnya, sehingga kita tidak perlu
susah-susah untuk mendapatkannya. Tetapi bukan berarti kemudian kita tidak
harus berjuang lagi. Kita tetap harus berjuang untuk tidak terlena dengan
segala kemudahan yang kita miliki. Karena bagaimanapun juga, nggak untuk
selamanya segalanya itu mudah didapatkan. Ketika suatu saat dihadapkan dengan
sesuatu yang sulit untuk didapat dan harus memperjuangkannya, kita sudah nggak
kaget lagi karena sudah terbiasa untuk melatih diri sendiri berjuang menghadapi
apapun juga.
Sebab itu, jangan pernah merasa sulit dulu ketika
harus berjuang menghadapi sesuatu. Ketika kita mau bersandar dan berjalan
bersama-sama dengan Allah, segalanya akan terasa jauh lebih mudah. Perjuangan
yang sulit itu akan terasa lebih ringan dihadapi saat kita dekat dengan Allah.
Persoalannya sekarang, maukah kita terus bertahan untuk terus berjuang dalam
menghadapi apapun juga yang menimpa hidup kita? (ika)
(Telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Juni 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar