Hari itu, lagi-lagi Tina sampai
di sekolah dengan wajah lebam. Berjalan memasuki gerbang sekolah dengan kaki
terseok-seok, jelas mengundang perhatian guru piketnya. Selidik punya selidik,
terungkap kalau pagi itu Tina habis dihajar ayahnya hanya gara-gara ia
terlambat bangun. Semalaman memang Tina lembur mengerjakan tugas sekolah,
hingga membuatnya telat bangun pagi. Akibatnya, tendangan dan tinju pun
melayang ke kaki dan wajah Tina. Bukan hanya sekali dua kali saja Tina menerima
kekerasaan seperti ini dari ayahnya. Kalau ayah dan ibunya sedang bertengkar
hebat pun, ia tak segan menerima imbas dari pertengkaran itu. Jika Tina berusaha melerai dan mendamaikan,
malah makian, pukulan dan hajaran yang ia dapatkan dari kedua orangtuanya.
Tak ada seorang pun yang
menyangka bahkan percaya kalau Tina adalah korban kekerasan dalam rumah tangga
alias KDRT. Pasalnya dari luar keluarga mereka terlihat harmonis dan adem ayem
saja. Siapa sangka kalau dibalik semua itu, keluarga Tina penuh prahara. Akibat
dari KDRT yang dilakukan orangtuanya, prestasi belajar Tina pun merosot.
Kondisi psikologisnya pun terganggu. Tina kerap terlihat menyendiri. Bahkan ia
cenderung enggan berteman, apalagi dengan teman cowok. Tina kuatir bila ayahnya
akan marah-marah dan menghajarnya lagi, bila melihat ia berkumpul dengan
teman-temannya, apalagi terlihat bersama dengan cowok.
Bad habit,
gloomy past
Tina bukan satu-satunya remaja yang menjadi korban KDRT. Di luar sana masih
banyak anak-anak muda yang sangat terluka karena KDRT. Mungkin juga kita adalah
salah satu remaja yang pernah ataupun sedang menjadi korban KDRT. Menjadi
anak-anak yang mendapat child abuse
jelas bukanlah hal yang mudah. Ketakutan, jelas mereka sangat ketakutan.
Semuanya ini adalah akibat dari tindakan ortu yang sama sekali nggak
memperdulikan anaknya, bukan hanya kondisi fisik, tapi juga psikologis serta
mental si anak. Mungkin kita bingung juga, ya, dengan tindakan ortu yang suka
menyiksa anaknya sendiri. Apa, sih, yang bikin mereka jadi seperti itu?
Pertama, masa lalu yang buruk. Orangtua
yang punya masa lalu buruk punya kecenderungan untuk berlaku buruk pada
anaknya. Misalnya saja, di masa lalu si ortu ini juga seringkali menjadi korban
kekerasan dalam rumah tangga yang tidak diselesaikan dengan baik. Akibatnya hal
ini kemudian menimbulkan akar pahit, dan ketika dewasa serta menjadi orangtua,
mereka pun tanpa disadari ‘membalas’ perlakuan yang diterima di masa lalu itu
pada anak-anaknya di masa sekarang.
Kedua, tekanan ekonomi dan lingkungan.
Kondisi ekonomi yang sulit di tengah-tengah berbagai kebutuhan hidup yang kian
menekan, belum lagi situasi lingkungan kerja dan keluarga yang mungkin saja
tidak mendukung bisa bikin ortu jadi stress berat. Karena nggak mampu
melepaskan diri dari situasi yang menekan itulah yang membuat mereka makin
tertekan, hingga akhirnya anak dan istri/ suami pun kerap jadi sasaran KDRT.
Ketiga, kebiasaan buruk. Nggak sedikit
ortu yang ternyata punya kebiasaan yang sangat buruk, yaitu berjudi,
mabuk-mabukan, dan mengkonsumsi narkoba. Karena kebiasaan mereka yang buruk
itulah membuat mereka jadi suka melakukan KDRT pada anggota keluarganya. Kalau
mereka kebiasaan buruk itu nggak terpenuhi, walhasil mereka jadi marah besar
dan KDRT lah yang dipilih untuk melampiaskan kemarahan itu.
I don’t
wanna hurt anymore
Yang memprihatinkan kita semua, belakangan KDRT makin marak terjadi. Bahkan
tanpa kita sadari, sinetron-sinetron yang ditayangkan di televisi kita juga
malah makin banyak yang ‘mengajarkan’ KDRT. Bagaimana pun juga, KDRT jelas
nggak banget buat ditiru. Apalagi bukan cuma bukan pemerintah saja yang
menetapkan bahwa KDRT adalah sebuah pelanggaran hukum. Firman Tuhan pun dengan
jelas dan tegas mengungkapkan bahwa KDRT juga melanggar hukum Allah. FirTu
bilang, “Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39). Kalau ada ortu yang suka menyiksa anaknya, it means
dia nggak mengasihi sesamanya, yaitu anaknya sendiri. Bahkan Om Paulus juga
sudah memperingatkan para ortu untuk tidak suka menyakiti anak-anaknya, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati
anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:21)
Nah, jika
sobat muda ada yang saat ini pernah ataupun sedang menjadi korban KDRT, apa
yang harus kita lakukan?
Satu, doakan terus dan tetap kasihilah mereka. Bukan
perkara yang mudah memang ketika harus mendoakan orang-orang yang sudah
menyiksa dan menganiaya kita. Tapi bagaimana juga mereka tetaplah orangtua kita
yang sudah seharusnya kita tetap kasihi, meski mungkin sudah menyakiti kita.
Tuhan Yesus sendiri sudah pernah bilang, “Tetapi
Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu.” (Matius 5:44). Mungkin sobat muda juga bisa meneladani
Yusuf yang pernah menjadi korban KDRT, yang dilakukan oleh saudara-saudaranya.
Nggak cuma melucuti pakaiannya, Yusuf dibuang ke sumur, dan dijual oleh
kakak-kakaknya sebagai budak kepada orang Midian. Tapi manakala Yusuf telah menjadi
tanan kanan Raja Firaun, ia tetap mengasihi saudara-saudaranya.
Kedua, ampunilah mereka. Ini mungkin akan menjadi part yang paling sulit. Mendoakan dan
tetap mengasihi mungkin masih bisa. Tapi untuk mengampuni, mungkin banyak di
antra kita yang bakal pikir-pikir beribu kali. Tapi ingat, lho, guys... yang namanya ortu dan saudara
kandung, mereka tetaplah kulit dan daging kita juga. Artinya, nggak ada yang
namanya bekas anak, bekas ortu, atapun bekas saudara kandung. Yusuf juga
mengalami pergumulan yang berat ketika harus mengampuni saudara-saudaranya.
Namun ia bisa melaluinya. Kalau Yusuf saja bisa mengampuni perbuatan
saudara-saudaranya seayah, alangkah indahnya jika kita juga bisa mengampuni
ortu yang sudah menyakiti kita.
Ketiga, get some help.
Saat peristiwa KDRT itu sudah terus menerus terjadi, jangan diam saja.
Segeralah mencari bantuan sebelum semuanya jadi terlambat. Dalam hal ini bukan
hanya kita yang jadi korban saja yang butuh bantuan, ortu atau saudara yang
mungkin jadi pelaku KDRT juga butuh bantuan untuk masalah yang mereka hadapi
sehingga menjadi pelaku KDRT. Tapi harus diingat, jangan cari bantuan dengan
cara yang salah, yaitu lari ke narkoba, miras, dan seks bebas. Kita bisa
datangi hamba-hamba Tuhan di gereja, konseling group, atau juga psikolog dan
pihak berwajib untuk membantu kita mengatasi masalah KDRT yang kita alami.
Di luar semuanya itu, tetaplah
Tuhan harus jadi sandaran pertolongan kita yang paling utama. Percayalah bahwa
semua kejadian KDRT yang dialami bukan kesalahan siapapun. Akan tetapi semua
kejadian yang kita alami dalam hidup ini, adalah bagian dari rencana Allah
untuk membentuk kita menjadi pribadi yang kuat di dalam Tuhan. Allah nggak
pernah akan tinggal diam dengan apapun masalah yang kita hadapi. Yang penting, keep your faith in Christ! Biarkan Allah
bekerja untuk menolong kita, indah pada waktunya. (ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Oktober 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar