Kamis, 31 Oktober 2013

BERSAING ITU ...



Stella bingung. Kali ini, lagi-lagi ia harus bersaing dengan Sinta. Biasanya dua sahabat ini selalu bersaing dalam hal prestasi belajar di sekolah. Sejauh ini biasanya mereka bersaing secara sehat. Kadang-kadang Sinta yang meraih ranking pertama di kelas. Di waktu yang lain, giliran Stella yang menjadi juara kelas. Tapi sekali ini berbeda. Dua-duanya sama-sama sedang jatuh cinta dengan Anton, ketua OSIS di sekolah mereka.
Awalnya masih biasa-biasa saja. Mereka pun masih bersaing sehat untuk mendapatkan cinta Anton. Namun semuanya jadi berbeda ketika Anton menjatuhkan pilihan hatinya pada Stella. Karena cemburu dan nggak bisa terima, sikap Sinta pun mulai berubah. Persaingan di antara mereka pun mulai menjadi nggak sehat. Bahkan Sinta berani menghalalkan segala cara, meski itu cara yang jahat dan curang sekali pun, untuk mengalahkan Stella dan merebut cinta Anton.

Wajar, nggak, sih?
Macam cerita-cerita di sinetron, kali, ya, tapi itulah kenyataan yang terjadi dan seringkali kita alami. Bahwa mau nggak mau, suka nggak suka, kita akan berhadapan dengan situasi persaingan. Masalahnya, wajar, nggak, sih, kalau kita bersaing dengan orang lain. Yang namanya bersaing adalah sesuatu hal yang biasa terjadi dalam hidup. Adanya persaingan secara positif menimbulkan semangat kita untuk berjuang. Kita jadi punya kemauan yang besar untuk berusaha dan berjuang demi meraih sesuatu yang kita inginkan. So, nggak jadi soal selama persaingan itu dilakukan secara sehat. Artinya, bersaing untuk mendapatkan sesuatu dengan cara-cara yang benar dan sewajarnya.
Nah, yang jadi masalah kemudian adalah ketika kita mulai bersaing dengan cara yang nggak sehat dan terlebih lagi menghalalkan segala cara, meski itu jahat sekalipun, demi mencapai tujuan kita. Inilah yang membuat bersaing itu jadi nggak wajar. Persaingan yang nggak sehat dengan menghalalkan segala cara ini muncul karena iri hati. Iri hatilah yang akhirnya menjadikan Kain tega membunuh Habel, hanya karena persembahan Habel lebih diterima oleh Allah daripada persembahannya (Kejadian 4:5-8).

Perlukah bersaing?
 Dalam situasi tertentu, terkadang memang persaingan dibutuhkan untuk mendorong dan meningkatkan semangat juang kita, untuk mau berusaha mencapai sesuatu yang sudah menjadi tujuan ataupun yang dicita-citakan. Tentu saja disini persaingan sangat diperlukan. Apalagi kalau kita termasuk kategori anak muda yang malas berusaha alias maunya terima jadi doang. Nggak butuh yang namanya usaha atau persaingan dan ogah untuk susah. Kalau sobat muda termasuk jenis anak muda yang seperti ini, jelas persaingan dibutuhkan agar kita tertantang dan mau berusaha supaya nggak kalah dengan orang lain yang mungkin kemampuannya jauh di bawah kita.
Tapi hati-hati juga, lho, guys... Jangan sampai kita terjebak dang terbelenggu dalam persaingan, sehingga kita jadi keranjingan bersaing. Maksudnya? Begini, nih, karena terlanjur ‘suka’ bersaing sampai jadi keranjingan bersaing, akhirnya bikin kita jadi ‘takut kalah’ dan nggak bisa menerima kekalahan. And then, akhirnya bukan cuma iri hati yang bisa menimbulkan persaingan nggak sehat dan menghalalkan segala cara. Karena nggak bisa menerima kekalahan pun bisa bikin kita menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan. Padahal, ada saatnya kita perlu jadi humble, ketika ternyata harus kalah dalam sebuah persaingan.

How to handle the competition?
Well guys, pada intinya apapun persaingan yang harus kita hadapi, tetaplah berusaha untuk bersaing secara sehat. Memang bersaing itu perlu. Tapi ingat, jangan sampai kita terjebak dalam persaingan yang nggak sehat (Galatia 5:7). Yang terpenting adalah, ketika harus berhadapan dengan situasi persaingan, tetaplah tenang dan jangan terbawa emosi. Nggak perlu juga iri hati ketika harus bersaing. Karena ketika kita sudah mulai iri hati, disitulah awal mula dari perangkap menuju persaingan yang tak sehat.
Stay in the right track. Firman Tuhan dalam Filipi 2:16 mengingatkan, selama kita selalu berpegang pada kebenaran firman Allah, nggak akan sulit bagi kita untuk memenangkan persaingan. Karena inilah satu-satunya kunci agar kita dapat berhasil melewati sebuah persaingan dengan baik, dan menjadi dewasa dalam menghadapi setiap masalah yang harus dihadapi dalam sebuah persaingan.(ika)


(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Oktober 2013)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar