Rabu, 31 Desember 2014

KEEP ON THE TRACK



Tak tahu dari mana harus memulai. Sedari tadi Katya hanya bisa menggigit-gigit bibirnya. Sementara Bu Sandra masih menunggu penjelasan dari bibir mungil Katya. Siang itu Katya dipanggil Bu Sandra. Pagi tadi saat ulangan matematika berlangsung, Katya ketahuan memberikan contekan jawaban pada Sinta. Padahal selama ini Katya dikenal sebagai murid paling jujur dan paling pelit ngasih contekan ke teman-temannya waktu ulangan. Nah, sekarang justru ia tertangkap basah ngasih contekan ke Sinta. Usut punya usut, Katya rupanya nggak tahan dengan tekanan dari teman-temannya. Tak seorang pun dari teman sekelasnya yang mau berteman dengannya, cuma gara-gara Katya tak pernah mau berbagi jawaban ulangan di sekolah. Tak tahan dikucilkan dan tak punya teman, akhirnya dengan berat hati membagi jawaban ulangannya pada teman-temannya.
Sobat muda, mungkin kita juga pernah mengalami hal yang sama dengan Katya. Betapa sulitnya untuk hidup benar seperti yang diinginkan Kristus. Hal yang sepele saja, masalah kejujuran. Rasanya sulit sekali untuk bertahan tetap hidup jujur. Meski pepatah bilang, orang jujur akan mujur. Kenyataannya, yang terjadi justru kalau jujur jadi hancur. Makanya nggak heran kalau banyak di antara kita yang akhirnya menyerah untuk menjadi tidak jujur, karena nggak tahan dengan tekanan lingkungan.

Jujur = Susah ?
“Beneran! Mau jujur itu susahnya minta ampun.” Begitu keluh sebagian besar sobat muda. Rasanya seperti semua orang ngeliatin diri kita sambil ngatain, “ Sok suci, deh, lo!” Tapi, apa iya sesusah itu? Buat sobat muda yang dikelilingi lingkungan yang ‘baik-baik saja’, mungkin nggak akan terlalu susah menghadapinya. Tapi bagaimana jika kita berada di lingkungan yang ‘menghalalkan” ketidakjujuran? Jelas ini menjadi hal yang sangat sulit.
Terkadang sobat muda mungkin juga merasa nggak adil. Kalau jujur, seringkali kita justru malah terlibat masalah, serasa seperti Tuhan itu nggak adil. Sementara mereka yang nggak jujur, justru malah bisa senang-senang. Eits... jangan keburu nge-judge seperti itu, guys. Nggak bakalan ada yang pernah tahu kapan saatnya, bahwa masa senang-senangnya orang nggak jujur itu bakal bertahan lama. Firman Tuhan dalam Amsal 11 : 3, 6 menyebutkan kalau nggak selamanya orang yang tidak jujur akan selamat. Someday,  pasti bakalan kena batunya, karena mereka terperangkap oleh ketidakjujurannya sendiri.

Jujur ≠ Hancur

That’s why guys, sebenarnya nggak perlu takut untuk bertahan dengan kejujuran. Nggak perlu juga kita ngiri sama orang-orang yang nggak jujur. Sebab hidup dalam ketidakjujuran nggak bakal bikin hidup kita jadi tenang. Nggak bakalan juga hidup kita jadi hancur, sebab Allah selalu menyediakan pertolongan bagi orang-orang yang jujur (Amsal  2:7). So, kalau selama ini sobat muda merasa nggak punya kekuatan untuk bertahan dari segala tekanan karena kejujuran yang kita punya, remember kalau kita punya Allah yang akan menjadi tameng buat kita.
Bukan sesuatu yang mudah memang ketika harus hidup di bawah tekanan sekeliling kita yang penuh dengan ketidakjujuran. Tapi kalau kita mau terus berjuang, tutup mata, tutup telinga, dan nggak usah memperdulikan segala tekanan yang ada, sambil tetap berpegang teguh pada Allah, Ia pasti akan memampukan kita untuk bertahan dan melewati segala tekanan yang ada.
Satu hal yang harus kita ingat. Seperti halnya Timotius yang senantiasa menjaga hidupnya tetap bersih di hadapan Allah, demikan juga dengan kita. Sebagai anak muda yang sudah mengenal Kristus, selayaknya kita menjadi teladan bagi sekeliling kita, dengan mempertahankan agar kehidupan dan tingkah laku kita tetap bersih dihadapan Allah (1 Timotius 4:12). Pertanyaannya sekarang, maukah kita terus bertahan untuk tetap hidup bersih di hadapan Allah? It’s depend on you.(ika)




(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Desember 2014)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar