Tak tahu dari mana harus memulai. Sedari tadi Katya hanya
bisa menggigit-gigit bibirnya. Sementara Bu Sandra masih menunggu penjelasan
dari bibir mungil Katya. Siang itu Katya dipanggil Bu Sandra. Pagi tadi saat
ulangan matematika berlangsung, Katya ketahuan memberikan contekan jawaban pada
Sinta. Padahal selama ini Katya dikenal sebagai murid paling jujur dan paling
pelit ngasih contekan ke teman-temannya waktu ulangan. Nah, sekarang justru ia
tertangkap basah ngasih contekan ke Sinta. Usut punya usut, Katya rupanya nggak
tahan dengan tekanan dari teman-temannya. Tak seorang pun dari teman sekelasnya
yang mau berteman dengannya, cuma gara-gara Katya tak pernah mau berbagi
jawaban ulangan di sekolah. Tak tahan dikucilkan dan tak punya teman, akhirnya
dengan berat hati membagi jawaban ulangannya pada teman-temannya.
Sobat muda, mungkin kita juga pernah mengalami hal yang
sama dengan Katya. Betapa sulitnya untuk hidup benar seperti yang diinginkan
Kristus. Hal yang sepele saja, masalah kejujuran. Rasanya sulit sekali untuk
bertahan tetap hidup jujur. Meski pepatah bilang, orang jujur akan mujur.
Kenyataannya, yang terjadi justru kalau jujur jadi hancur. Makanya nggak heran
kalau banyak di antara kita yang akhirnya menyerah untuk menjadi tidak jujur,
karena nggak tahan dengan tekanan lingkungan.
Jujur = Susah ?
“Beneran! Mau jujur itu susahnya minta ampun.” Begitu
keluh sebagian besar sobat muda. Rasanya seperti semua orang ngeliatin diri
kita sambil ngatain, “ Sok suci, deh, lo!” Tapi, apa iya sesusah itu? Buat
sobat muda yang dikelilingi lingkungan yang ‘baik-baik saja’, mungkin nggak
akan terlalu susah menghadapinya. Tapi bagaimana jika kita berada di lingkungan
yang ‘menghalalkan” ketidakjujuran? Jelas ini menjadi hal yang sangat sulit.
Terkadang sobat muda mungkin juga merasa nggak adil.
Kalau jujur, seringkali kita justru malah terlibat masalah, serasa seperti
Tuhan itu nggak adil. Sementara mereka yang nggak jujur, justru malah bisa
senang-senang. Eits... jangan keburu nge-judge seperti itu, guys. Nggak bakalan ada yang pernah tahu
kapan saatnya, bahwa masa senang-senangnya orang nggak jujur itu bakal bertahan
lama. Firman Tuhan dalam Amsal 11 : 3, 6 menyebutkan kalau nggak selamanya
orang yang tidak jujur akan selamat. Someday,
pasti bakalan kena batunya, karena
mereka terperangkap oleh ketidakjujurannya sendiri.
Jujur ≠ Hancur
That’s why guys, sebenarnya nggak perlu
takut untuk bertahan dengan kejujuran. Nggak perlu juga kita ngiri sama
orang-orang yang nggak jujur. Sebab hidup dalam ketidakjujuran nggak bakal
bikin hidup kita jadi tenang. Nggak bakalan juga hidup kita jadi hancur, sebab
Allah selalu menyediakan pertolongan bagi orang-orang yang jujur (Amsal 2:7).
So, kalau selama ini sobat muda merasa nggak punya kekuatan untuk bertahan
dari segala tekanan karena kejujuran yang kita punya, remember kalau kita punya Allah yang akan menjadi tameng buat kita.
Bukan sesuatu yang mudah memang ketika harus hidup di
bawah tekanan sekeliling kita yang penuh dengan ketidakjujuran. Tapi kalau kita
mau terus berjuang, tutup mata, tutup telinga, dan nggak usah memperdulikan segala
tekanan yang ada, sambil tetap berpegang teguh pada Allah, Ia pasti akan
memampukan kita untuk bertahan dan melewati segala tekanan yang ada.
Satu hal yang harus kita ingat. Seperti halnya Timotius
yang senantiasa menjaga hidupnya tetap bersih di hadapan Allah, demikan juga
dengan kita. Sebagai anak muda yang sudah mengenal Kristus, selayaknya kita
menjadi teladan bagi sekeliling kita, dengan mempertahankan agar kehidupan dan
tingkah laku kita tetap bersih dihadapan Allah (1 Timotius 4:12). Pertanyaannya
sekarang, maukah kita terus bertahan untuk tetap hidup bersih di hadapan Allah?
It’s depend on you.(ika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar