SHANDY AULIA : Tuhan Yesus Itu Segalanya Buatku
Gara-gara ngetop
lewat iklan ‘burket’, cewek cantik bernama lengkap Nyimas Shandy Aulia
ini pun merambah dunia film. Film pertamanya, Eiffel I’m Love yang membludak makin
melambungkan namanya. Biar udah ngetop, kelahiran Jakarta, 23 Juni 1987 ini
nggak berubah. Doski tetap jadi cewek biasa layaknya remaja lainnya. “Uang
jajanku juga sama kayak remaja lainnya, suka dimasukin kantong. Aku juga nggak
bawa uang yang terlalu banyak juga,” celotehnya riang seusai fitness di kawasan
Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Nggak sengaja
Dunia
entertainment sebelumnya nggak pernah terlintas dalam bayangan Shandy. Putri
pasangan Kemas Yusuf Jummy Effendy dan Elsye Dopong Tumbelaka ini ngaku kalau
masuk dunia entertainment secara nggak sengaja. “Awalnya itu pas aku lagi
jalan-jalan di mal, tiba-tiba aja ditawarin orang untuk jadi model iklan. Nah
dari situ iklan keluar, aku dicari sama orang film. Pas mereka telepon ke
rumah, dicuekin sama mama, dikirain kan orang iseng. Jadinya dipikir ya bohong-bohong gitu. Karena mereka
telepon terus, ya udah akhirnya kita coba datang. Mereka kasih novel, aku coba
akting, eh… mereka suka. Akhirnya aku tanda tangan kontrak. Tapi itupun nggak
langsung, dipikir dulu dua minggu. Soalnya kan film nggak main-main. Gitu lho…”
cerita si bungsu dari empat bersaudara, yang untuk sementara ini sengaja
mengurangi aktivitasnya di dunia entertainment, demi Ujian Akhir Nasional (UAN)
yang akan dihadapinya.
Nggak pedean
Mau tahu nggak
satu rahasia? Ternyata, siswi kelas 3 SMP Don Bosco, Pondok Indah – Jakarta
Selatan ini, biar udah jadi artis terkenal ternyata masih suka nggak pedean.
“Aku tuh kendalanya percaya diri. Aku orangnya nggak pedean. Kalau aku udah
ngerasa nggak pede terus nervous, biasanya itu aku suka mikir, and
tiba-tiba aja jadi ingat Tuhan Yesus. Kalau udah gitu, ya udah… hilang begitu
aja nervousnya. Pas ingat Tuhan Yesus itu, rasanya kayak aku tuh ada
yang nemenin. Itu yang bikin aku jadi pede lagi,” bilangnya.
Nggak percaya takdir
Pengalaman
manisnya bersama Yesus, ternyata juga bikin penggemar bakso en milshake ini
nggak pernah mau percaya sama yang namanya takdir. “Nggak. Aku nggak percaya
sama takdir. Waktu dulu aku pacaran sama cowok yang nggak seiman, pernah juga
kepikir ‘wah jangan-jangan gue disuruh pindah agama nih’. Waktu itu aku juga
sempat mikir, ‘nasib kali ya gue’. Kalau aku mau buat itu jadi takdir, ya bisa-bisa
aja. Tapi ternyata kan nggak gitu. Kadang-kadang pas lagi ada masalah dan kita
ngerasa kayaknya memang itu udah nasib atau takdir kita, itu hanya pikiran kita
aja karena kita lagi stress, lagi desperate gitu. Tapi kalau
teman-teman remaja ada yang kayak gitu, jangan terfokus sama takdir lah. Masih
banyak jalan keluarnya,” tuturnya.
Nggak mau pindah ke lain hati
Meski lahir dari
keluarga yang beda iman, jemaat GPIB Effata Melawai, Jakarta Selatan ini
ternyata lebih memilih untuk tetap mengikut Yesus. “Buat aku pribadi, kepala
rumah tanggaku adalah Tuhan Yesus. Yang nanemin itu ya Mama, karena yang seiman
dengan aku hanya Mama. Tapi aku ikut Tuhan Yesus bukan karena Mama lho. Bukan
karena ngerasa kasihan Mama sendirian, terus aku ikut-ikut. Nggak. Aku tuh
merasa lebih tenang aja ikut Tuhan Yesus. Aku juga belum bisa bilang lebih
mendalam ya, karena aku sendiri masih harus lebih mengenal dan mengenal lagi
tentang Yesus. Tapi untuk berpindah, nggak deh. Aku juga pernah kena godaan-godaan gitu. Pasti pernah. Tapi
tetap aja semuanya itu kalah kalau aku sudah mikir… gila aja… masa gue gini
sih… Dulu aku sempat kepikiran, apa gue pindah aja ya. Tapi terus aku pikir
nggak. Buktinya aku ngambil keputusan bahwa aku lebih baik putus dari pacar
yang nggak seiman. Walaupun terus terang itu berat banget, tapi aku pikir Yesus
itu lebih dari segala-galanya,” bebernya panjang lebar. Well guys,
memang nggak lagi yang lebih berarti di dunia ini, selain mengikut Yesus yang
udah jadi Juru Selamat buat kita semua.(ica)
(Telah dimuat di Majalah Rajawali)
Komentar
Posting Komentar