“Ih… sebel
deh… Masa semua-semua musti gue yang kerjain. Adik gue mana pernah
disuruh-suruh. Kalo dia yang salah, gue yang dimarahin. Semua yang paling
bagus, pasti buat dia. Gue pasti Cuma kebagian yang jelek-jelek. Kalau gue
protes ke ortu, pasti selalu dibilang, ‘Kamu musti ngalah sama adik.’ Duh…
sebel banget deh. Susah memang kalo udah ketemu sama anak kesayangan. Nggak
bakalan menang deh…” Pernah punya pengalaman seperti ini? Pastinya sebel dong
dibebanin macam-macam sama ortu, sementara kakak or adik kita malah ongkang-ongkang
kaki.
Mulai sebel…? Think twice!
Memang sometimes
kita suka ngerasa sebel banget kalau diperlakukan nggak adil gara-gara ada
salah satu saudara kita yang jadi anak kesayangannya ortu. Nggak jarang juga,
rasa kesal itu pun kian hari kian memuncak. Sepertinya sudah nggak tertahankan
lagi en rasa-rasanya pingin meledak. Eit… stop… stop… stop… masih inget
ceritanya Yusuf and his brothers? Gara-gara jengkel, kesel plus iri yang
udah memuncak dan nggak tertahankan lagi sama si Yusuf yang jadi anak kesayangan
ayahnya, saudara-saudaranya Yusuf pun nggak cuma membuangnya ke sumur, bahkan
menjualnya sebagai budak di negeri orang asing (Kejadian 37).
Guys, jangan sampai deh kejadian kayak Yusuf
dan saudara-saudaranya. Gara-gara dikuasai ra-sa benci, kesal, iri dan dengki
sama saudara kita yang jadi kesayangannya ortu, akhirnya kita pun jadi punya
niat jahat pingin mencelakakan saudara kita. Be careful guys! Kalau kita
udah dikuasai perasaan seperti ini, it means kita sudah membiarkan diri kita dipengaruhi iblis.
Pikir deh baik-baik! Misalnya aja kita merencanakan sesuatu yang buruk sama
saudara kita just because rasa benci dan dengki, actually kita
sendiri juga yang bakalan susah. Kok bisa? Iya, soalnya nggak cuma makin memperparah hubungan kita
sam saudara kita itu, tapi juga bisa memperburuk hubungan kita dengan ortu.
Gimana nggak? Ortu pasti bakalan marah en makin terus menyudutkan kita karena
sudah ‘mencelakai’ saudara kita. Bukannya ngilangin masalah, tapi malah
nambahin masalah.
Nggak cuma itu
aja, kalau kita menghadapi this problem dengan segala kebencian en
kekesalan yang ada, kemerdekaan atas dosa yang sudah kita dapat dari Kristus
bakalan disabotase lagi sama mang iib. Kita diperbudak lagi sama dosa, dan yang
jelas nggak akan ada damai sejahtera dalam hidup kita, karena kita terus
dikuasai keinginan untuk terus berbuat jahat terhadap saudara kita en membalas
perlakuan ortu yang menurut kita nggak adil. Kalau kita terus menerus seperti
ini en nggak segera bertobat, for a whole life kita nggak bakal menikmati
damai sejahtera di dalam Kristus (1 Yohanes 2:11).
Mengalah bukan berarti kalah
Let’s take
a look this. Hal utama
yang musti kita lakuin adalah tetap bersabar en mengalah. Positive thinking
aja deh. Maybe ortu kita punya alasan tertentu yang yang bikin mereka
mungkin sedikit membedakan perlakuan antara kita dengan saudara kita. Nggak
selamanya alasan ortu itu selalu negatif. Mungkin aja kan mereka ‘sengaja’
bersikap seperti itu untuk melihat sampai dimana tanggung jawab yang diberikan
ortu pada kita. Kalau ternyata kita dirasa masih kurang bertanggung jawab, that’s
the reason why our parents always nyuruh-nyuruh kita. Kalau memang
alasannya demikian, ya kita kudu sabar en balik ngelihat diri kita sendiri plus
memperbaiki diri kalau ternyata kitanya yang salah. Bisa juga karena ortu
melihat kalau kita itu bisa dipercaya, so that’s why mereka sering
nyuruh-nyuruh kita. Kalo memang ini alasannya, ya kita kudu bangga dong karena
berarti kita jadi orang kepercayaannya ortu.
Next, ya ngalah aja deh. Maybe adik
kita masih terlalu kecil buat disuruh-suruh or mungkin aja ortu nganggep
saudara kita belum mampu ngelakuin apa yang disuruh ortu, ya kita musti terima.
Tapi mengalah bukan berarti kalah lho. Kalau mungkin kita ngerasa alasan ortu
kita nggak jelas, then menurut kita saudara kita itu sebenarnya mampu
ngelakuin tugas yang diperintahkan ortu, kita bisa ngomong baik-baik dengan
ortu. Kemukakan keberatan-keberatan kita juga our opinion. Jangan lupa for
asking their reason, kenapa kok kita terus yang disuruh-suruh. Dari
keterbukaan inilah masing-masing pihak jadi bisa saling ngerti, en jadi lebih
gampang nemuin solusi to solve the problem.
Nggak cuma itu
aja. Sometimes karena ngerasa jadi anak kesayangan, saudara kita itu
jadi merasa di atas angin, terus mulai seenaknya. Kalau sudah begini, ya kita
musti nasehatin dia dengan baik-baik. Kalau sudah dikasih tahu nggak bisa en
kita juga sudah ngomong ke ortu tetap hasilnya nihil ‘coz mereka nggak perduli
dengan segala macam keberatan yang sudah kita sampaikan dengan baik-baik, kita
musti tetap bersabar en terus berdoa supaya Tuhan buka jalan. Pokoknya jangan
sampai deh kita buka celah sedikitpun bagi mang iib untuk menebarkan
benih-benih kebencian, iri hati, plus kejengkelan supaya bersarang di hati
kita, sehingga kita berbuat dosa. Mungkin bisa saja it takes a long time for
us to pray for our parents or saudara kita. It’s okay. Kita musti
tetep bersabar en percaya kalau Tuhan pasti akan mengubahkan mereka.
Guys, seandainya ada diantara kita yang saat
ini terlanjur menumbuhkan rasa benci, dengki, dendam and so on, segera
bertobat en lakukan pemberesan. Jangan sampai kita jadi ‘mati rasa’, karena
terlalu banyak benci dan dendam yang bersarang di hati kita. Biarkan kasih
serta damai sejahtera dari Kristus mengalir dan memulihkan hati kita. Okay?q(ica) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar