Senin, 31 Oktober 2005

KENAPA SELALU GUE?


        “Ih… sebel deh… Masa semua-semua musti gue yang kerjain. Adik gue mana pernah disuruh-suruh. Kalo dia yang salah, gue yang dimarahin. Semua yang paling bagus, pasti buat dia. Gue pasti Cuma kebagian yang jelek-jelek. Kalau gue protes ke ortu, pasti selalu dibilang, ‘Kamu musti ngalah sama adik.’ Duh… sebel banget deh. Susah memang kalo udah ketemu sama anak kesayangan. Nggak bakalan menang deh…” Pernah punya pengalaman seperti ini? Pastinya sebel dong dibebanin macam-macam sama ortu, sementara kakak or adik kita malah ongkang-ongkang kaki.

Mulai sebel…? Think twice!
        Memang sometimes kita suka ngerasa sebel banget kalau diperlakukan nggak adil gara-gara ada salah satu saudara kita yang jadi anak kesayangannya ortu. Nggak jarang juga, rasa kesal itu pun kian hari kian memuncak. Sepertinya sudah nggak tertahankan lagi en rasa-rasanya pingin meledak. Eit… stop… stop… stop… masih inget ceritanya Yusuf and his brothers? Gara-gara jengkel, kesel plus iri yang udah memuncak dan nggak tertahankan lagi sama si Yusuf yang jadi anak kesayangan ayahnya, saudara-saudaranya Yusuf pun nggak cuma membuangnya ke sumur, bahkan menjualnya sebagai budak di negeri orang asing (Kejadian 37).
      Guys, jangan sampai deh kejadian kayak Yusuf dan saudara-saudaranya. Gara-gara dikuasai ra-sa benci, kesal, iri dan dengki sama saudara kita yang jadi kesayangannya ortu, akhirnya kita pun jadi punya niat jahat pingin mencelakakan saudara kita. Be careful guys! Kalau kita udah dikuasai perasaan seperti ini, it means kita sudah membiarkan diri kita dipengaruhi iblis. Pikir deh baik-baik! Misalnya aja kita merencanakan sesuatu yang buruk sama saudara kita just because rasa benci dan dengki, actually kita sendiri juga yang bakalan susah. Kok bisa? Iya, soalnya  nggak cuma makin memperparah hubungan kita sam saudara kita itu, tapi juga bisa memperburuk hubungan kita dengan ortu. Gimana nggak? Ortu pasti bakalan marah en makin terus menyudutkan kita karena sudah ‘mencelakai’ saudara kita. Bukannya ngilangin masalah, tapi malah nambahin masalah.
        Nggak cuma itu aja, kalau kita menghadapi this problem dengan segala kebencian en kekesalan yang ada, kemerdekaan atas dosa yang sudah kita dapat dari Kristus bakalan disabotase lagi sama mang iib. Kita diperbudak lagi sama dosa, dan yang jelas nggak akan ada damai sejahtera dalam hidup kita, karena kita terus dikuasai keinginan untuk terus berbuat jahat terhadap saudara kita en membalas perlakuan ortu yang menurut kita nggak adil. Kalau kita terus menerus seperti ini en nggak segera bertobat, for a whole life kita nggak bakal menikmati damai sejahtera di dalam Kristus (1 Yohanes 2:11).

Mengalah bukan berarti kalah
        Let’s take a look this. Hal utama yang musti kita lakuin adalah tetap bersabar en mengalah. Positive thinking aja deh. Maybe ortu kita punya alasan tertentu yang yang bikin mereka mungkin sedikit membedakan perlakuan antara kita dengan saudara kita. Nggak selamanya alasan ortu itu selalu negatif. Mungkin aja kan mereka ‘sengaja’ bersikap seperti itu untuk melihat sampai dimana tanggung jawab yang diberikan ortu pada kita. Kalau ternyata kita dirasa masih kurang bertanggung jawab, that’s the reason why our parents always nyuruh-nyuruh kita. Kalau memang alasannya demikian, ya kita kudu sabar en balik ngelihat diri kita sendiri plus memperbaiki diri kalau ternyata kitanya yang salah. Bisa juga karena ortu melihat kalau kita itu bisa dipercaya, so that’s why mereka sering nyuruh-nyuruh kita. Kalo memang ini alasannya, ya kita kudu bangga dong karena berarti kita jadi orang kepercayaannya ortu.
      Next, ya ngalah aja deh. Maybe adik kita masih terlalu kecil buat disuruh-suruh or mungkin aja ortu nganggep saudara kita belum mampu ngelakuin apa yang disuruh ortu, ya kita musti terima. Tapi mengalah bukan berarti kalah lho. Kalau mungkin kita ngerasa alasan ortu kita nggak jelas, then menurut kita saudara kita itu sebenarnya mampu ngelakuin tugas yang diperintahkan ortu, kita bisa ngomong baik-baik dengan ortu. Kemukakan keberatan-keberatan kita juga our opinion. Jangan lupa for asking their reason, kenapa kok kita terus yang disuruh-suruh. Dari keterbukaan inilah masing-masing pihak jadi bisa saling ngerti, en jadi lebih gampang nemuin solusi to solve the problem.
        Nggak cuma itu aja. Sometimes karena ngerasa jadi anak kesayangan, saudara kita itu jadi merasa di atas angin, terus mulai seenaknya. Kalau sudah begini, ya kita musti nasehatin dia dengan baik-baik. Kalau sudah dikasih tahu nggak bisa en kita juga sudah ngomong ke ortu tetap hasilnya nihil ‘coz mereka nggak perduli dengan segala macam keberatan yang sudah kita sampaikan dengan baik-baik, kita musti tetap bersabar en terus berdoa supaya Tuhan buka jalan. Pokoknya jangan sampai deh kita buka celah sedikitpun bagi mang iib untuk menebarkan benih-benih kebencian, iri hati, plus kejengkelan supaya bersarang di hati kita, sehingga kita berbuat dosa. Mungkin bisa saja it takes a long time for us to pray for our parents or saudara kita. It’s okay. Kita musti tetep bersabar en percaya kalau Tuhan pasti akan mengubahkan mereka.
      Guys, seandainya ada diantara kita yang saat ini terlanjur menumbuhkan rasa benci, dengki, dendam and so on, segera bertobat en lakukan pemberesan. Jangan sampai kita jadi ‘mati rasa’, karena terlalu banyak benci dan dendam yang bersarang di hati kita. Biarkan kasih serta damai sejahtera dari Kristus mengalir dan memulihkan hati kita. Okay?q(ica)           (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar