Wuah…. heboh banget, yah, pemerintah kita sekarang. Segala macam bentuk
korupsi lagi gencar-gencarnya diberantas. Enggak tanggung-tanggung dari tukang
korupsi kelas teri sampai koruptor kelas kakap semuanya ludes dibabat abis.
Simak saja kerja Komisi Pemberantasan Korupsi yang lebih beken disebut KPK.
Bahkan pejabat tinggi di negeri ini yang punya hobi korupsi pun akhirnya harus
menyerah dan berakhir di penjara.
Ngomong-ngomong soal korupsi,
nih, siapa sangka kalau actually tindakan yang enggak terpuji ini seringkali
terjadi di antara sobat muda. Bahkan tanpa disadari sobat muda pun sering
ngelakuinnya. Hah! Yang bener! Hmm... penasaran, kan? Makanya, jangan mau
ketinggalan! Simak terus obrolan kita soal yang satu ini.
Korupsi! Apaan, sih?
Yang disebut korupsi, tuh, adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan sesuatu yang dipercayakan kepada kita untuk
kepentingan pribadi. Enggak cuman uang aja, lho, yang ternyata bisa dikorupsi,
tapi juga waktu, jabatan, dan lain sebagainya. It means korupsi juga
sama artinya dengan mencuri. And we knows well, kalo yang judulnya
mencuri itu sama sekali diharamkan oleh Allah.
Tapi kok bisa, ya, korupsi
dibilang sama dengan mencuri? Yap! Tentu saja. For example, nih, seorang
bendahara dipercaya untuk mengelola keuangan sebuah organisasi. Tapi ternyata
dia malah menggunakan uang yang harusnya dikelola bagi kepentingan organisasi
tersebut. Ia mencurinya dan menggunakan uang tersebut buat belanja dan foya-foya
untuk kepentingannya sendiri.
Kenapa bisa terjadi?
Yang jelas korupsi terjadi bukan
cuman gara-gara seseorang itu matre. Korupsi bisa terjadi karena seseorang itu
egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia mau segala keinginannya
terpenuhi, dan untuk itu ia bisa melakukan apa saja bahkan hingga menghalalkan
segala macam cara. Makanya, enggak heran yang namanya korupsi bisa dengan
gampang dilakukan oleh siapa saja, termasuk juga kita yang ngakunya anak Allah.
Lho, kok bisa? Jawabannya, ya,
bisa saja. Mungkin agak sulit dipercaya. Tapi ini memang sering terjadi dan
bukan enggak mungkin sering juga sobat muda lakukan. Gimana caranya? Hmm...
coba deh diingat-ingat. Berapa kali kamu-kamu suka ngebohongin ortu, duit buat
bayar uang sekolah terus disunat buat nraktir teman-teman? Atau... berapa kali
sobat muda suka gunain waktu belajar di sekolah buat main? Lho, tapi itu, kan,
hal yang biasa dilakuin anak-anak muda! Masa, sih, termasuk korupsi?
Kelihatannya memang sepele en buat kita
rasanya enggak terlalu masalah. Tapi tahu enggak, sih, kalau itu semua adalah
bibit-bibit korupsi yang sudah mulai bersarang di antara kita. Nah, kalau
kelakuan-kelakuan semacam ini masih terus dipelihara mulai sekarang sampai
dewasa, kebayang, kan, kelak kita akan menjadi seperti apa? Yap! Ngelakuin
korupsi, menggunakan uang kantor untuk kepentingan pribadi, menggunakan jam
kerja untuk kepentingan pribadi yang semuanya dilakukan tanpa izin, semuanya
itu bakalan menjadi sesuatu yang biasa kita lakukan dan bahkan kita sudah
enggak punya perasaan berdosa saat melakukannya. Kenapa? Karena kita sudah
terbiasa melakukannya sejak masih muda.
Pas pertama kali ngelakuin
korupsi, mungkin hati nurani kita terusik dan merasa sangat berdosa. Tapi kalau
sudah berulang kali, rasa berdosa itu pun jadi tersingkir. Ingat yang Firman
Tuhan bilang, “Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni
itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,” (1 Timotius 1:19).
Akibatnya? It’s really worse!
Yang jelas sudah pasti buruk
banget. Yang pasti kita jadi kebal sama dosa. Coz, ingat-ingat deh apa yang
dibilang FirTu di Yakobus 3:16, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan
diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan
jahat.” Artinya kalau ini semua
terus dipelihara, akhirnya nantinya ada banyak kejahatan yang bisa kita lakukan
demi korupsi yang lebih besar lagi.
Semakin banyak, semakin
bertumpuk, dan akhirnya kita sendiri bakal kena batunya. Seperti pepatah
bilang, “Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.” Demikian
juga dengan korupsi. Nggak mungkin nggak bakal ketahuan. Yang pasti, akibat
dari semuanya itu tentu saja harus kita tanggung dan pasti bakal menyusahkan
kita.
Misalnya sobat muda dipercaya
menjadi bendahara kelas di sekolah. Awalnya gara-gara kelupaan nggak bawa uang
jajan, atau memang lagi nggak punya uang buat jajan, akhirnya uang kas kelas
pun dipakai. Tadinya alasannya mau pinjam. Tapi enggak pakai bilang-bilang
sama-sama teman-teman sekelas (mentang-mentang bendahara, nih...) terus
ujung-ujungnya akhirnya malah nggak dikembaliin. Well, akhirnya pas
kelas kita butuh sesuatu, uangnya sudah terpakai, dan akhirnya kita sendiri
yang kelabakan. Enggak tahu mau di bayar pakai apa. Kalau ortu tahu, sudah
pasti kita bakalan dihukum. Repot, kan?
Sama juga kalau kita korupsi
waktu. Waktu belajar malah dikorupsi buat main play station. Giliran
besok ulangan, akhirnya nggak bisa jawab apa-apa. Hasilnya? Nilai merah di
rapor, and then ortu pasti bakalan marah besar. Pendek kata, yang
namanya korupsi, baik itu kecil-kecilan maupun besar-besaran sekalipun, tetap
nggak ada untungnya. Semuanya itu cuman membawa keburukan buat kita saja.
Berantas tuntas!
Makanya, kita semua pasti setuju
banget kalau yang segala macam bentuk korupsi kudu dibabat habis. Harus begitu!
Apalagi negara kita punya sejarah yang cukup buruk soal korupsi ini. That’s
why korupsi musti diberantas sampai tuntas bahkan sampai ke akar-akarnya.
Dan itu harus dilakukan sejak dini, dimulai dari generasi yang paling muda,
termasuk kita. Kenapa harus dari generasi muda? ‘Coz generasi inilah
yang nantinya bakal jadi penerus bangsa. Bayangin aja kalo sejak masih muda
sudah punya bibit korupsi, gimana kelak ketika sudah dewasa dan menjadi
pemimpin bangsa? Hmm, enggak, deh! Mendingan berantas tuntas dari sekarang!
Setuju!q(gd) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar