Lea sebel banget. Gimana, nggak?
Hampir tiap hari dia harus selalu ngalah sama adik atau kakaknya. Belum lagi di
sekolah dia juga seringkali harus selalu ngalah dari teman-temannya.
Kadang-kadang kondisi ini bikin Lea nggak cuma sebel, tapi juga selalu jadi the
looser. Sobat muda, mungkin kadang-kadang kita juga ngerasa seperti si Lea.
Apa-apa harus ngalah. Semuanya kita serba nomor yang ke sekian. Kadang-kadang
kondisi ini bikin kita jadi sedih en ngerasa nggak diperduliin apalagi
dihargai. Semuanya seolah mengesampingkan dan nggak memperhatikan kita.
Kesempatan
emas
Mungkin selama ini kita ngerasa
marah dan kesal karena harus selalu ngalah. Tapi tahu nggak, sih, kalau
sebenarnya dengan mengalah kita jadi punya kesempatan emas untuk mendulang
sukses? Kok, bisa, ya? Nah, sobat muda masih ingat, kan, sama kisahnya Yefta?
Gimana Yefta yang gara-gara statusnya sebagai anak perempuan sundal, harus
mengalah dengan meninggalkan rumah serta tanah kelahirannya, karena
saudara-saudara dan keluarga besarnya tak menghendaki keberadaannya.
Mau nggak mau, suka nggak suka,
Yefta memang harus mengalah dan menerima keadaan tersebut. Dia akhirnya
meninggalkan kampung halamannya. Tapi saat ia pergi dari rumah, meski sempat
tinggal bersama dengan para perampok dan orang-orang buangan, di situlah Yefta
belajar berbagai macam hal, terutama tentang kehidupan. Ini adalah sebuah
kesempatan langka yang dimiliki oleh Yefta. Ia berjuang untuk bertahan hidup
dan belajar tentang banyak hal. Sampai akhirnya tiba waktunya bagi Yefta untuk
menunjukkan kemampuannya, ketika saudara-saudara Yefta memintanya kembali
pulang dan menjadi pemimpin atas mereka.
Sama seperti Yefta, ketika kita
harus mengalah bukan berarti dunia jadi kiamat dan diri kita menjadi pecundang,
apalagi menjadi orang yang selalu kalah. Sebaliknya, saat kita mengalah adalah sebuah
kesempatan untuk mempelajari banyak hal, yang membuat kita nantinya menjadi
lebih tangguh. Bukan nggak mungkin suatu saat kelak, pada saatnya nanti kita
menjadi sosok seorang pemenang.
Keep your spirit!
That’s wahy guys, nggak perlu berkecil
hati kalau memang kita harus mengalah. Mengalah itu menguji mental dan
kesabaran kita. Dengan mengalah kita belajar untuk bisa memahami dan mengerti
orang lain. Bersyukurlah karena kita masih diberi kesempatan untuk bisa
mengalah. Bayangin aja kalau seandainya kita nggak pernah mengalah. Hmm...
bisa-bisa kita menjadi orang yang sangat egois, nggak punya perasaan, dan nggak
bisa berempati dengan orang lain. Pastinya sobat muda nggak mau, kan, menjadi
orang yang seperti itu?
Remember, nggak ada seorangpun yang dilahirkan untuk menjadi
orang yang selalu kalah apalagi sampai menjadi bulan-bulanan dan jadi
pecundang. Setiap orang dilahirkan untuk menjadi pemenang, dan nggak ada
seorang pun yang berhak untuk merendahkan orang lain. Tetapi ketika suatu saat
kita harus mengalah, itu semata-mata bukan karena kita kalah. Tetapi ini adalah
sebuah titik balik di mana suatu saat nanti kita bakal bisa menunjukkan
kemampuan kita dan menjadi seorang pemenang.
Om Paulus dalam suratnya kepada
Timotius pernah bilang, “Jangan seorang pun menganggap engkau
rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu.” (1 Timotius 4:12). So, jangan sebel dan kesal lagi, ya,
karena harus ngalah. Ingatlah selalu kemenangan yang ada di depan kita.
Tetaplah kuat dan bersemangat. Jangan sampai kita kehilangan spirit, karena hal
inilah yang menguatkan kita untuk dapat terus bertahan dalam menghadapi segala
situasi yang mungkin nggak mengenakkan buat kita.q(esi) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar