Via bingung. Entah apa yang harus
dilakukannya kini. Tak tahu di mana lagi ia dan keluarganya akan tinggal.
Padahal dua minggu lagi natal tiba. Merayakan natal bersama-sama keluarga
tercinta sudah terbayang di pelupuk mata sejak bulan Desember menjelang. Tapi
apa daya... kebakaran besar yang melanda kompleks perumahannya pagi ini sudah
meluluhlantakkan seluruh harapannya. Rumahnya ludes tak bersisa, dan Via pun
harus kehilangan ibu serta adik bungsunya. Natal kali ini menjadi natal yang
paling kelabu dalam hidup Via. Dunia pun seolah runtuh menimpanya.
Sobat muda, masa raya natal kerap
kali diidentikkan dengan sesuatu yang seharusnya selalu indah, penuh sukacita,
bahagia, dan menyenangkan. Akibatnya kita jadi terfokus hanya pada kemeriahan
dan kegembiraan natal semata. Padahal di luar semua kemeriahan natal, tak
jarang terselip serpihan-serpihan luka yang membuat kita seringkali merasa
nelangsa dan kehilangan inti dari sukacita natal itu sendiri.
It’s not
only yours!
Saat kita sedang mendapat
kesusahan, apalagi menjelang natal seperti ini, tak jarang kita merasa menjadi
orang yang paling menderita sedunia. Seolah-olah tak ada seorang pun yang bisa
memahami dan semenderita kita. Apapun itu kesusahannya, baik yang baru
diputusin pacar, ditinggalkan orang-orang terkasih, nggak lulus ujian, dan lain
sebagainya. Kita terlalu terpaku pada kesusahan itu sendiri tanpa memperdulikan
yang lain. Padahal kalau mau introspeksi, di luar sana masih ada orang-orang
yang hidupnya jauh lebih menderita daripada kita.
Sobat muda, kalau kita mau
memperhatikan kondisi Yesus sendiri pada saat dilahirkan, boleh dibilang Ia
juga tengah dalam kondisi yang penuh dengan penderitaan. Ia harus lahir di
tempat yang sangat tidak layak bagiNya. Terbaring di sebuah tempat makanan
hewan di dalam sebuah kandang (Lukas 2:7). Sebuah ironi, sementara kita sendiri
paling tidak lahir di rumah sakit, atau dalam situasi paling buruk pun,
setidaknya kita masih lahir di tempat tidur yang layak. Namun semuanya itu
tidak mengurangi sukacita Yusuf dan Maria, juga para gembala serta orang-orang
majus dalam menyambut kelahiran Yesus.
Tetaplah
bersukacita
Well guys, nggak mudah memang untuk bersukacita di tengah-tengah
suasana penuh derita, duka dan nestapa. Akan tetapi Allah mengajar kita untuk
senantiasa bersukacita dalam segala hal. Seburuk apapun penderitaan yang kita
alami, Allah ingin kita tetap bersukacita, karena di dalam sukacita itulah ada
pengharapan yang besar dari Allah (Roma 12:12). Selama kita mau melekat kepada
Allah dan berpegang teguh pada pengharapanNya, maka Ia tidak akan membiarkan
kita terpuruk dalam penderitaan selamanya.
So, jangan biarkan Mang Iib merenggut sukacitamu meski kita
tengah menderita. Tetapi justru ditengah-tengah penderitaan itulah kita dapat
tetap bersukacita dan semakin melekat pada Allah. Sebab kita tahu bahwa Ia
telah menyatakan diriNya dan memberikan sukacita yang tidak terhingga di dalam
kehidupan kita.q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar