Lisa jengkel. Bukan hanya jengkel, tapi juga gondok banget setengah mati.
Bayangkan saja. Seminggu terakhir ini dia mati-matian belajar buat ulangan
umum. Dia bela-belain ngurung di kamar seminggu hanya untuk belajar. Tapi
giliran ulangan umum tiba dan hasilnya keluar, Lisa cuma mendapat nilai
pas-pasan alias mendapat angaka enam. Sementara itu Emilia, yang kerjaannya
tiap hari main di game center melulu dan nggak pernah belajar, malah mendapat
nilai sempurna alias sepuluh. Belakangan
akhirnya nilai sepuluh itu dibatalkan, karena ternyata Emilia ketahuan
menyontek saat ulangan umum berlangsung, dan ia harus mengulang lagi ulangan
umumnya sendirian di ruangan guru.
Sobat muda, terkadang nggak sedikit dari kita yang merasa kalau hidup ini
nggak adil. Kita merasa bahwa Allah itu nggak adil dengan hkehidupan yang
diberikanNya pada kita. Seringkali ketika kita sudah berusaha mati-matian untuk
mencapai sesuatu, ternyata hasil yang didapat nggak seberapa, bahkan malah
sia-sia. Bukan hanya berjuang keras, tetapi kita juga nggak putus untuk berdoa
dan bahkan ada yang sampai berpuasa. Sementara itu ketika kita melihat orang
lain yang tanpa harus bersusah payah, dengan mudahnya ia mencapai hasil yang
gemilang dan luar biasa. Walhasil akhirnya
kita pun mulai merasa bahwa ini betul-betul nggak adil. Kita pun merasa
bahwa segala perjuangan dan doa kita jadi sia-sia, sehingga mulai malas
berusaha dan berdoa. Dalam hati kita pun bertanya-tanya, apa, sih, maksudnya
Tuhan dengan semuanya ini?
Yup! Terkadang memang nggak adil...
Tidak bisa dipungkiri, kehidupan di dunia ini memang tidak selamanya adil.
Acap kali kita rasanya ingin memberontak melihat ketidakadilan yang terpampang
di depan mata. Bahkan rasa-rasanya kita bukan cuma gemas, tapi juga ingin
sekali ikut arus di sekeliling yang gemar berbuat curang. Toh, percuma saja
kita hidup lurus karena hasilnya juga nggak seperti yang kita ingin kan.
Padahal kalau kita mau mengingat kembali, di mana pun juga yang namanya
kecurangan itu tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang baik.
Coba kita lihat kembali kisah Yakub berlaku curang terhadap Esau., saat ia
mengingini hak kesulungan Esau. Betapa Yakub, dengan bantuan ibunya, berusaha
mencurangi Esau sedemikian rupa agar ia mau menyerahkan hak kesulungannya
kepada Yakub. Pada akhirnya Yakub pun harus menuai buah dari kecurangannya itu.
Ia harus melarikan diri dari kaum keluarganya, dan tinggal di negeri asing
selama bertahun-tahun lamanya (Kejadian 27:41-28:5). Tidak hanya itu,
dikemudian hari ternyata Yakub pun juga kena batunya. Ia juga dicurangi Laban,
paman sekaligus calon mertuanya ketika ia hendak mempersunting Rahel. Laban
berjanji akan memberikan Rahel menjadi istri Yakub, setelah tujuh tahun Yakub
bekerja pada Laban. Namun ternyata yang diberikan adalah Lea, dan Yakub harus
bekerja pada tujuh tahun lagi untuk mendapatkan Rahel (Kejadian 29:15-29).
He’s still and always fair!
Tak berbeda jauh dengan Yakub, kita pun juga akan mengalami hal yang sama
jika kita mulai melakukan praktek-praktek kecurangan. Bagaimanapun juga, di tengah
segala hal yang tidak adil di dunia ini, Allah tetap akan menunjukkan
keadilanNya kepada manusia. Ingat kata pepatah, sepandai-pandainya tupai
melompat, pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya manusia berbuat curang,
lama-lama juga pasti akan kena batunya juga. Kalau kita mulai berbuat curang
dalam segala hal di hidup kita, siap-siap, de, kalau kemudian kita harus
menerima buah dari kecurangan yang dilakukan.
Sahabat, Allah selalu menginginkan agar kita hidup dalam kejujuran dan
ketulusan. Karena di mata Allah, segala bentuk pengkhianatan dan kecurangan
tidak berkenan bagiNya, dan hal itu tentu saja akan merusak kepercayaan yang
Allah berikan pada kita. Bukan nggak mungkin, lho, Allah kemudian mencabut
berkat serta talenta yang diberikanNya pada kita, hanya gara-gara kecurangan
yang kita lakukan. So guys, ayo mulai
saat ini kita belajar untuk nggak lagi berbuat curang dalam segala hal. Nggak
perlu iri dengan kesuksesan orang lain yang diraih lewat kecurangan. Tetapi
biarlah kita tetap menjaga dan mempertahankan diri untuk terus hidup dalam
kejujuran dan kemurnian seturut dengan Firman Allah, karena Ia sudah
menjanjikan berkat tersendiri bagi orang-orang yang setia dan menjaga hidupnya
tetap jujur dan lurus di hadapan Tuhan.(Telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Januari 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar