Vera akhirnya menyesal sendiri.
Sepanjang hari ia mencurigai pria bertato yang selalu mengawasinya sejak ia
berangkat sampai pulang sekolah. Nyaris saja ia menuduh pria itu adalah orang
yang bakal menculiknya. Tak tahunya pria itu adalah polisi yang tengah menyamar
dan justru dialah yang menyelamatkan Vera dari upaya penculikan dan perdagangan
anak yang dilakukan oleh sekelompok penculik anak yang sudah lama mengincarnya.
Hmm… prasangka buruk… hayo… ngaku, deh, siapa yang
nggak pernah berprasangka buruk terhadap orang lain? Mungkin boleh dibilang
99,9% di antara kita pasti pernah punya prasangka buruk terhadap orang lain. Lalu
mengapa, ya, kita bisa berprasangka buruk terhadap orang lain? Salah, nggak,
sih, kalau kita punya prasangka buruk pada seseorang yang menurut kita memang
pantas dicurigai?
Mengapa
kita mudah berprasangka?
Hampir semua orang pernah mempunyai dugaan-dugaan
tertentu terhadap orang tindakan, tingkah laku, bahkan juga perkataan dan
pikiran seseorang. Entah itu prasangka yang baik, maupun prasangka yang buruk. Prasangka
sendiri bermula dari cara kita memandang atau menilai orang lain sesuai cara
pandang kita sendiri. Saat menilai orang tersebut, kita tentunya menggunakan
nilai-nilai yang ada dalam diri kita sendiri. Yang menjadi masalah adalah
ketika kita mulai menempelkan prasangka buruk pada orang tersebut. Padahal,
orang tersebut belum tentu seburuk yang kita sangka.
Karena ukuran-ukuran yang kita miliki inilah yang
membuat kita dengan mudahnya berprasangka terhadap dengan seseorang. Bahkan
karena prasangka pula, kita jadi punya sikap yang memihak dan nggak bisa
obyektif ketika memutuskan sesuatu hal. Inilah yang membuat kita seringkali
kemudian menjadi bersikap tidak adil terhadap sesuatu.
Bukan hanya karena ukuran-ukuran yang kita miliki saja
yang membuat kita mudah berprasangka buruk pada seseorang. Kita juga sering berprasangka
buruk pada seseorang karena ikut-ikutan dengan pandangan orang lain. Karena hal
ini pula, kita mengambil tindakan yang kurang tepat yang bisa merugikan orang
lain maupun diri sendiri.
So, gimana, dong...?
Namanya berprasangka, seringkali
menjadi sesuatu yang sulit kita hindari karena kerap otomatis langsung kita
lakukan setiap kali kita bereaksi terhadap seseorang atau sesuatu. Akan tetapi
di satu sisi, kita juga tahu bahwa yang namanya berprasangka, apalagi
berprasangka buruk adalah sesuatu hal yang nggak baik. Itu sebabnya kita harus
lebih berhati-hati dengan hati dan pikiran kita, supaya tetap murni dan nggak
gampang berprasangka buruk.
Jangan mudah terbawa dalam
pandangan buruk terhadap seseorang hanya karena kita mendengar perkataan orang
lain yang kurang menyukai keberadaan seseorang. Lebih baik kita menghindarinya,
dan mulai belajar untuk selalu positive thinking. Perhatikan diri sendiri, waspadai pandangan kita
terhadap orang lain. Jangan hanya berdasarkan praduga atau prasangka sebelum
tahu kebenaran yang sebenarnya. Jangan mau juga kita terbawa-bawa ke dalam dosa
orang lain. Ingat yang firman Tuhan
bilang, ”Janganlah engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan
janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu.” (1
Timotius 5:22). Well guys,
masih mau berprasangka buruk lagi? Nggak lagi-lagi, lah ya...q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Februari 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar