Wawan
memang sangat beruntung. Terlahir dari keluarga jenderal yang kaya raya,
membuatnya merasa tak perlu hidup susah-susah. Sejak duduk di bangku SMP ia terbiasa menghabiskan waktunya dari satu mal
ke mal lain. Beranjak SMU Wawan makin sibuk menghabiskan waktunya untuk dugem
dan pesta narkoba. Sampai satu saat ketika ia baru lulus SMU, orangtuanya
mendadak meninggal, dan tak meninggalkan harta sepeser pun untuknya. Kontan
saja kondisi ini membuat Wawan panik. Tak ada yang mampu ia lakukan untuk dapat
menghasilkan uang dan hidup layak seperti dulu. Akhirnya satu-satunya pekerjaan
yang bisa dilakukannya adalah menjadi tukang parkir di sebuah toko swalayan.
Fiuh…
enak nian kalau kita bisa hidup seperti itu. Mungkin itulah yang terlintas di
kepala, ketika membaca judul di atas. Menyenangkan sekali rasanya kalau di usia
kita yang masih belia, kerjanya hanya berfoya-foya dan bersenang-senang belaka.
Apalagi kalau nanti sudah tua kita jadi orang yang sangat kaya raya, dan
akhirnya mati pun nanti masih mauk sorga… Hmm… what a beautiful life…
Yah…
banyak di antara kita, anak-anak muda yang seringkali merasa bahwa mumpung kita
masih muda, ya, gunakanlah masa muda itu dengan bersenang-senang. Sebab nanti
kalau sudah tua kita sudah nggak bisa senang-senang lagi dan waktunya mulai
memikirkan hidup. Gara-gara filosofi kosong seperti inilah, banyak anak-anak
muda yang menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang, dugem, narkoba,
dan banyak kegiatan hura-hura lainnya yang sama sekali nggak bermanfaat.
Masa Muda = Masa Belajar
Ya,
mumpung lagi muda memang nggak dilarang bersenang-senang. Tapi kalau
bersenang-senang itu kemudian jadi tujuan hidup, wah… yang ini jelas nggak banget,
deh. Nyatanya justru inilah yang terjadi pada anak muda sekarang ini, menjadi
penganut hedonisme. Penganut falsafah ini rata-rata menghabiskan hidupnya
dengan bebas berhura-hura. Hari-harinya diisi dengan party, dugem, shopping, dan masih banyak kegiatan lain yang
intinya hanya untuk menghambur-hamburkan uang. Bebas pacaran just for fun,
tanpa tujuan. Pokoknya hidup hanya untuk mencari happy-happy semata.
Padahal
sebenarnya masa muda adalah masa belajar. Saat yang paling tepat buat kita
untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya agar nantinya dapat menjadi bekal ketika
kita sudah harus memasuki dunia kerja yang nyata. Bukan hanya itu saja, masa
muda juga merupakan masa-masa emas bagi kita untuk dapat melayani Tuhan. Karena
di saat usia kita masih muda, kita dapat lebih maksimal dalam melayani Tuhan.
Boleh Happy-Happy,
Tapi…
Sobat muda,
firman Tuhan mengajarkan adalah baik untuk memberikan masa muda kita untuk
Tuhan. Sebagai contoh kita bisa melihat Daniel, Yusuf, atau Musa, yang
memberikan masa mudanya untuk dipakai Tuhan. Bahkan dalam Ratapan 3:27
dikatakan adalah baik jika sejak masa muda kita memikul kuk. Memang ada tertulis, ”Bersukarialah, hai
pemuda, dalam kemudaanmu… dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu…”
Tapi harus diingat juga, bahwa karena semua itu Tuhan akan membawa kita ke
pengadilan (Pengkotbah 11:9).
Itu
sebabnya kita harus lebih bijaksana dalam mengisi dan memanfaatkan hidup masa
muda kita. Ketika kita mengisinya dengan hal-hal yang bodoh dan tak berguna,
sesal kemudian di masa tua tentu tak akan ada gunanya lagi. Jangan lupa bahwa
hidup kita di dunia ini teramat singkat. Kapan saja Allah mau, ia bisa saja
memanggil kita. Itu sebabnya kita harus sedini mungkin mengisi hidup kita
dengan sebaik-baiknya, supaya pada saat kita harus mempertanggungjawabkan hidup
kita di dunia ini, kita dapat mempersembahkan yang terbaik dari kehidupan kita.q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Januari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar