“Ini pasti gara-gara lingkungan rumahnya sarang
narkoba, jadinya gampang ketularan jadi pecandu, deh…” Nggak sekali dua kali
kita sering mendengar kalimat-kalimat semacam ini. Bukan hanya mendengar orang
lain berbicara demikian, tapi seringkali kita juga suka menyalahkan lingkungan
sekitar kita. Menyalahkan situasi dan lingkungan yang buruk, yang membuat kita
nggak bisa berbuat apa-apa. Tapi tahukah sobat muda, selalu menyalahkan keadaan
ternyata nggak menyelesaikan masalah?
LOOK AT SAMUEL!
Dibilang menyebalkan, tentu saja sangat
menyebalkan. Berharap dapat tinggal di rumah Tuhan dengan segala keramahan dan
kesuciannya. Tapi yang ditemukan justru segala macam penipuan dan kejahatan-kejahatan. Itulah yang harus dialami
Samuel muda. Nyatanya ia mendapati keluarga Imam Eli yang berkelakuan buruk dan
jahat, sampai-sampai Alkitab sendiri
menyebut mereka dursila (1 Samuel 2:12).
Namun Samuel mampu menunjukkan bahwa ternyata
nggak selamanya lingkungan akan mempengaruhi seseorang. Sekalipun lingkungan
sekitarnya buruk, tapi Samuel mampu menunjukkan bahwa dirinya dapat tetap
mempertahankan hidupnya tetap bersih dan jujur di hadapan Allah. “Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar
dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.” (1
Samuel 2:26). So, siapa bilang
lingkungan yang buruk akan selalu
mempengaruhi seseorang hingga jadi buruk juga? Samuel telah membuktikannya.
BIG CHALLENGE!
Well
guys,
memang terkadang kita merasa sudah patah arang dan nggak pede ketika berhadapan
dengan situasi lingkungan kita yang buruk dan sama sekali nggak mendukung kita
untuk menjadi baik. Kalau belum-belum kita sudah menyerah dengan situasi dan
terus menerus menyalahkan keadaan, kita memang nggak akan pernah jadi baik dan
membiarkan diri terjerumus dalam situasi yang ada. Memang nggak gampang untuk
menjadi baik, di saat keadaan sekeliling kita justru sangat buruk. Akan tetapi
ketika mampu melakukannya, kita telah melakukan suatu perubahan besar. Bukan
hanya perubahan dalam diri kita saja, tetapi perubahan dalam lingkungan kita
juga.
Satu hal yang harus diingat. Tidak selamanya
lingkungan yang buruk akan melahirkan hal-hal yang buruk juga. Sebaliknya,
nggak selamanya juga lingkungan yang baik akan melahirkan hal-hal yang baik
juga. Semuanya itu bergantung dari diri kita masing-masing. Kita semua
diberikan dua pilihan dalam menghadapi semuanya itu. Mau dipengaruhi, atau mau
mempengaruhi. Saat kita mau dipengaruhi, artinya kita menyerah pada lingkungan
yang memang sudah demikian. Tetapi ketika kita mau mempengaruhi, ada suatu
usaha dari diri kita untuk membuat perbedaan. Ada kemauan untuk belajar dari pengalaman
yang ada. Bahwa kita tahu lingkungan yang buruk seringkali membuat kita
terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk juga. Namun dari pengalaman
itulah kita mau melakukan perubahan. Kita mau justru berusaha untuk menjadi
baik, meskipun lingkungan sekitar kita tidaklah mendukung untuk menjadi baik.
Anggaplah ini sebagai sebuah kesempatan besar untuk dapat membuktikan bahwa
kita mampu untuk membuat sebuah perubahan.
Nah, tunggu apalagi. Jangan biarkan diri kita
tetap berkubang dalam situasi buruk yang ada. Ingatlah bahwa tidak ada satu
situasi pun yang buruk di hadapan Allah. Segala kondisi, bahkan yang terburuk
sekalipun menurut kita, tetap dapat digunakan Allah untuk menjadi berkat. Bukan
hanya untuk kita saja, tapi juga untuk orang lain. Ingatlah juga, bahwa Allah
sanggup melakukan apapun juga demi mencapai tujuan-Nya yang sangat sempurna
bagi kehidupan kita.q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Februari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar