Senin, 28 Februari 2011

STOP BLAMMING YOUR NEIGHBOURHOOD!


“Ini pasti gara-gara lingkungan rumahnya sarang narkoba, jadinya gampang ketularan jadi pecandu, deh…” Nggak sekali dua kali kita sering mendengar kalimat-kalimat semacam ini. Bukan hanya mendengar orang lain berbicara demikian, tapi seringkali kita juga suka menyalahkan lingkungan sekitar kita. Menyalahkan situasi dan lingkungan yang buruk, yang membuat kita nggak bisa berbuat apa-apa. Tapi tahukah sobat muda, selalu menyalahkan keadaan ternyata nggak menyelesaikan masalah?

LOOK AT SAMUEL!
Dibilang menyebalkan, tentu saja sangat menyebalkan. Berharap dapat tinggal di rumah Tuhan dengan segala keramahan dan kesuciannya. Tapi yang ditemukan justru segala macam penipuan dan  kejahatan-kejahatan. Itulah yang harus dialami Samuel muda. Nyatanya ia mendapati keluarga Imam Eli yang berkelakuan buruk dan jahat, sampai-sampai Alkitab sendiri  menyebut mereka dursila (1 Samuel 2:12).
Namun Samuel mampu menunjukkan bahwa ternyata nggak selamanya lingkungan akan mempengaruhi seseorang. Sekalipun lingkungan sekitarnya buruk, tapi Samuel mampu menunjukkan bahwa dirinya dapat tetap mempertahankan hidupnya tetap bersih dan jujur di hadapan Allah. “Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.” (1 Samuel 2:26). So, siapa bilang lingkungan yang buruk  akan selalu mempengaruhi seseorang hingga jadi buruk juga? Samuel telah membuktikannya.

BIG CHALLENGE!
Well guys, memang terkadang kita merasa sudah patah arang dan nggak pede ketika berhadapan dengan situasi lingkungan kita yang buruk dan sama sekali nggak mendukung kita untuk menjadi baik. Kalau belum-belum kita sudah menyerah dengan situasi dan terus menerus menyalahkan keadaan, kita memang nggak akan pernah jadi baik dan membiarkan diri terjerumus dalam situasi yang ada. Memang nggak gampang untuk menjadi baik, di saat keadaan sekeliling kita justru sangat buruk. Akan tetapi ketika mampu melakukannya, kita telah melakukan suatu perubahan besar. Bukan hanya perubahan dalam diri kita saja, tetapi perubahan dalam lingkungan kita juga.
Satu hal yang harus diingat. Tidak selamanya lingkungan yang buruk akan melahirkan hal-hal yang buruk juga. Sebaliknya, nggak selamanya juga lingkungan yang baik akan melahirkan hal-hal yang baik juga. Semuanya itu bergantung dari diri kita masing-masing. Kita semua diberikan dua pilihan dalam menghadapi semuanya itu. Mau dipengaruhi, atau mau mempengaruhi. Saat kita mau dipengaruhi, artinya kita menyerah pada lingkungan yang memang sudah demikian. Tetapi ketika kita mau mempengaruhi, ada suatu usaha dari diri kita untuk membuat perbedaan. Ada kemauan untuk belajar dari pengalaman yang ada. Bahwa kita tahu lingkungan yang buruk seringkali membuat kita terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk juga. Namun dari pengalaman itulah kita mau melakukan perubahan. Kita mau justru berusaha untuk menjadi baik, meskipun lingkungan sekitar kita tidaklah mendukung untuk menjadi baik. Anggaplah ini sebagai sebuah kesempatan besar untuk dapat membuktikan bahwa kita mampu untuk membuat sebuah perubahan.
Nah, tunggu apalagi. Jangan biarkan diri kita tetap berkubang dalam situasi buruk yang ada. Ingatlah bahwa tidak ada satu situasi pun yang buruk di hadapan Allah. Segala kondisi, bahkan yang terburuk sekalipun menurut kita, tetap dapat digunakan Allah untuk menjadi berkat. Bukan hanya untuk kita saja, tapi juga untuk orang lain. Ingatlah juga, bahwa Allah sanggup melakukan apapun juga demi mencapai tujuan-Nya yang sangat sempurna bagi kehidupan kita.q(ika)            (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Februari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar