Laki-laki
tua itu bernama Bai Fang Li. Seumur
hidup ia habiskan dengan mengayuh becak yang menjadi sandaran hidupnya
sehari-hari. Tinggal seorang diri di gubuk reyot dengan pakaian seadanya. Perawakannya sangat kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang
yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai
jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Opa
Li melanglang di jalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya.
Ia baru mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.
Dari penghasilan yang
diperoleh selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya Opa Li mampu untuk
mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian
yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu
bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun ia tidak
melakukannya. Seluruh uang penghasilannya, setelah dipotong sewa
gubuk dan membeli dua potong kue kismis untuk makan siang serta sepotong kecil
daging juga sebutir telur untuk makan malamnya, disumbangkannya kepada sebuah yayasan sederhana yang biasa mengurusi
dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan
yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.
Hampir 20 tahun Opa Li
menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan
yatim piatu di Tianjin
itu. Saat berusia 90 tahun, Opa Li mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar
RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu
kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua. Opa Li wafat pada usia 93 tahun, dan
meninggal dalam kemiskinan. Meski demikian, Opa Li telah menyumbangkan di sepanjang
hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (setara 470 juta rupiah) yang ia
berikan kepada yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk
menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.
Janji tinggal janji
Sobat muda, layaknya
pasangan yang tengah mabuk kepayang karena cinta, seringkali kita mengumbar
janji untuk setia sampai mati dengan pasangan kita. Pun demikian halnya yang
kita lakukan pada Tuhan. Waktu baru awal-awal di babtis dan mengaku percaya, every time kita selalu bilang, “I love
You, Jesus. Aku akan selalu mencintaiMu hingga ajal menjemput.” Tapi kenyataan
yang terjadi, kita selalu menjadi orang yang mengkhianati Kristus. Ketika
godaan dan persoalan hidup mulai menghampiri, kita langsung melupakan Yesus
dengan mudahnya. Apalagi ketika kita jatuh cinta dengan orang yang nggak seiman.
“Sebodo amat, deh, dengan Tuhan. Itu, kan ,
urusan pribadi masing-masing…” begitu biasanya kita ngeles.
Nggak jauh beda dengan
yang dilakukan Om Petrus. Om Petrus selalu mati-matian bilang bahwa dirinya
nggak bakalan menyangkal Yesus, bahkan ia berjanji akan selalu bersama dengan
Yesus meski harus mati sekalipun (Matius 26:30-35). Tapi giliran Yesus
ditangkap, langsung saja Om Petrus pasang tampang jaim and pura-pura nggak kenal (Matius 26:69-72).
Memberi
bukti, bukan janji
Well guys, kisah nyata Bai
Fang Li membuktikan bagaimana ia sungguh-sungguh mengasihi anak-anak yatim
piatu dengan segenap hatinya. Opa Li hingga maut memisahkan tetap setia pada
komitmennya untuk mengasihi dan memberikan bagian yang terbaik dari yang
dimilikinya untuk diberikan kepada anak-anak tanpa orangtua tersebut. Lalu
bagaimana dengan kita? Apakah kita akan tetap memegang janji dan membuktikan
cinta kita pada Yesus dengan sungguh-sungguh?
Sebagai manusia biasa,
kita pasti nggak luput dari kesalahan dan dosa. Persoalannya, apakah kita mau
menyadari kekeliruan itu dan berusaha memperbaikinya dengan kembali ke jalan
yang benar? Om Petrus pernah melakukan kesalahan itu dengan menyangkali Yesus.
Tetapi ia mau bertobat dan kemudian ia mampu membuktikan bahwa dirinya
sungguh-sungguh mengasihi Yesus, meski untuk itu Om Petrus harus merelakan
nyawanya. So, kalau kita juga mau
bertobat dan kembali ke jalanNya, nggak ada yang mustahil, kok. Kalau Allah
sanggup memampukan Om Petrus untuk bertobat dan menjadi pengikutNya yang setia,
Allah juga pasti sanggup memampukan kita untuk tetap setia mengikut Kristus.
Tinggal sekarang, apakah sobat muda mau… atau tidak.q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar