“Hu… uh… ngomel melulu tiap hari. Nggak ada
bosen-bosennya ngomel-ngomel dan marahin anak-anaknya.” Sobat muda pasti
setuju, nggak ada yang suka diomel-omelin dan dimarah-marahin sama orangtua.
Rasanya pasti bête dan nyebelin
banget. Kadang-kadang kita pun suka mikir, kok, kita ini seperti anak kecil
yang selalu saja dimarah-marahin. Mereka lupa apa, ya, kalau kita-kita ini
sudah pada gede? Apalagi kalau mereka marah-marah di depan teman-teman kita.
Huaahhh... rasanya tengsin minta
ampun, deh. Kalau sudah begini, kitanya suka jadi jengkel dan rasanya pengen
marah juga ke ortu. Masa sudah gede masih harus dimarah-marahin kaya anak
kecil, sih? I hate it so much!!!
It’s because of love
Weits… jangan buru-buru marah dulu bro en sis. Gimana pun juga, namanya
teguran dan nasehat dari ortu tetap kita butuhkan, lho. Kalaupun mereka marah,
itu pun karena kita ini anak mereka yang sangat dicintai. Mereka nggak mau,
dong, kita-kita ini jadi salah jalan karena nggak pernah dimarahin ataupun
dinasehatin oleh orangtuanya.
Bersyukurlah punya orangtua yang masih mau memarahi
dan menegur kita. Itu tandanya mereka sungguh-sungguh mengasihi dan
memperhatikan kita. ‘Coz yang namanya
kasih memang nggak melulu berwujud perhatian, belaian sayang, juga bermacam pemberian.
Terkadang hajaran dan amarah pun harus diterima demi menyadarkan kita yang
sudah berbuat kesalahan. Justru ketika kita berbuat salah dan ortu membiarkan
saja, tidak marah dan tidak menegur, bukannya kasih yang mereka tunjukkan,
tetapi justru mendorong kita untuk jatuh dan melakukan kesalahan yang lebih
fatal lagi. Kalau sudah begini, mana yang mau kita pilih? Pilih ditegur, atau
nggak pernah ditegur sama sekali?
2nd Adonia
Sobat muda, masih ingat, nggak, dengan Adonia, putra
keempat Raja Daud dengan istrinya yang bernama Hagit? (II Samuel 3:4).
Sepanjang hidupnya, Adonia sama sekali belum pernah dimarahi apalagi ditegur
oleh Daud, ayahnya (I Raja-Raja 1:6). Akibatnya Adonia menjadi anak yang
sombong dan hidup semaunya sendiri. Kelakuan buruk yang tak pernah ditegur
ayahnya ini justru menjerumuskan Adonia ke dalam jurang kesalahan yang lebih
besar lagi, hingga berujung pada kematiannya.
Well, kalau
kita nggak mau jadi the second
Adonia, mulai sekarang harus belajar berbesar hati ketika ortu menegur dan
memarahi. Ingatlah! Adalah tugas mereka sebagai orangtua untuk mendidik dan
menegur kita anak-anaknya (Amsal 13:24). Kalaupun mungkin ketika ortu menegur
ataupun marah dengan cara yang menurut kita nggak pas, sah-sah aja kok kalau
kita jadi jengkel. Tapi jangan jadikan kejengkelan itu terus dipendam dan
membuat kita ogah ditegur.
Gimana pun juga, nggak selamanya juga cara ortu
selalu benar ketika mereka marah ataupun menegur kita. Adakalanya maksud mereka
mungkin baik, tetapi cara penyampaiannya yang nggak pas sehingga membuat kita
jadi jengkel. Kalau kita merasa kemarahan atau teguran ortu nggak pas,
bicarakanlah dengan mereka secara baik-baik. Pasti, deh, mereka juga akan
mengerti keberatan kita. Nah, masih sebel? Try
to calm down. Coba renungkan baik-baik setiap kemarahan serta teguran ortu,
dan belajarlah dari semuanya itu. Apapun yang terjadi, semuanya itu untuk
kebaikan kita juga, bukan?q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar