Bulan Maret 2010 lalu, artis belia Juwita Bahar kabur dari rumah ayahnya, Memo Sanjaya, gara-gara dilarang sang
ayah pacaran. Kabur dari rumah sang ayah, Juwita kemudian memutuskan untuk
tinggal dengan ibunya, Annisa Bahar,
yang sudah bercerai dengan ayahnya. September 2010, lagi-lagi Juwita kabur dari
rumah ibunya dengan alasan yang sama, karena tidak mengizinkan Juwita
berpacaran.
Hmm… jatuh cinta memang berjuta
rasanya. Apalagi buat sobat muda yang baru-baru kenal namanya cinta... Duh... yang terbayang di depan mata pasti cuma dia...
dia... dia... dan dia lagi. Apapun yang dilakukan, pokoknya demi si dia pasti
akan terlaksana. Biarpun seribu badai menghadang, si dia tetaplah pujaan hati
yang bakal di nomor satukan. Masalahnya ketika sang pujaan hati sudah dikenalin
ke ortu, terus ternyata mereka nggak memberikan respon yang positif atas
hubungan kita alias nggak setuju. Wedew... mau nggak mau, suka nggak suka kita
lantas dihadapkan pada dua pilihan. Milih si dia atau ngikutin maunya ortu.
Nggak ada
maksud buruk, kok...
Namanya orangtua, pastilah selalu
menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya. Kalaupun sampai mereka melarang
anaknya berpacaran, pastinya ada alasan dari mereka yang tentu saja nggak ada
maksud yang buruk buat kita. Namun
lantaran kita sudah terlanjur cinta sama si dia, segala macam larangan dari
ortu jadi terdengar seperti sebuah pertentangan buat kita. Kita merasa ortu sama
sekali nggak ngerti perasaan kita. Kita merasa ortu itu egois dan hanya mementingkan
kemauan mereka saja.
Well... well... well... padahal nggak sejelek itu kok...
Mereka cuma nggak mau kita jatuh ke dalam pergaulan yang nggak sehat. Namanya
orangtua, pastilah mereka sangat khawatir dengan pergaulan anak muda zaman
sekarang yang seringkali kelewat batas. Nggak cuma itu aja, kalau mereka tahu
bahwa ternyata pacar kita ternyata bukan anak baik-baik, so pasti mereka bakal nggak ngizinin kita pacaran sama orang yang
nggak jelas dan yang nggak baik kelakuannya. Apa yang dilakukan oleh ortu pada
kita nggak lain adalah bentuk rasa cinta mereka kepada kita, karena mereka
sayang pada kita dan nggak pengin hal buruk terjadi pada kita.
Nggak perlu bingung
Nah, kalau kondisi kita cinta banget sama si dia tapi
ternyata ortu nggak ngizinin, rasanya memang kita seperti dihadapkan pada dua
pilihan berat. Mana yang harus dipilih… Si dia yang sangat kita cinta, atau ortu yang sangat kita sayang? Hmmm… bingung, kan ? Jelas kita nggak
mau kehilangan orang-orang yang kita sayang, apalagi sampai melawan ortu. Actually kita mestinya nggak perlu
bingung-bingung, kok. Kalau kita mau belajar memahami apa yang diinginkan ortu,
dan nggak dibutakan cinta semata, kita pasti bisa paham kalau ortu cuma mau
yang terbaik buat kita.
That’s why
guys, mulai saat ini kita harus
belajar berpikir jernih dan nggak dibutakan oleh cinta semata. Ingat, lho, cinta
itu kuat seperti maut (Kidung Agung 8:6). Kalau kita nggak menjaga hati kita
hingga dibutakan oleh cinta, kita nggak bakalan bisa berpikir jernih untuk bisa
memahami nasehat serta keinginan ortu. So,
mulai sekarang, kalau ternyata ortu melarang kita pacaran dengan si dia yang
saat ini jadi pacar kita, mulai introspeksi diri. Adakah yang salah dengan gaya pacaran kita? Adakah
kita terlalu cinta dengan si dia sehingga kita melakukan hal-hal yang di luar
batas kewajaran? Terus cek juga si dia… Benarkah dia pasangan yang tepat yang
Tuhan berikan buat kita? Kalau hati dan pikiran kita nggak dibutakan cinta,
kita pasti bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jernih.
Dengan begitu kita nggak bingung-bingung lagi, dan akhirnya mampu mengambil
keputusan yang benar. Jangan lupa untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam hal
ini, supaya kita nggak salah langkah. Okay?q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Oktober 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar