Menjelang penghujung tahun,
banyak orang (termasuk mungkin kita di dalamnya) yang seringkali melakukan
kontemplasi. Kita merenungkan dan mengingat kembali seluruh perjalanan hidup
yang sudah dilalui sepanjang tahun ini. Biasanya kita melakukannya sebagai
pijakan dan motivasi untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi di tahun yang
baru nanti. Ada banyak kejadian yang sudah kita alami sepanjang tahun. Baik itu
kejadian yang menyenangkan maupun yang sangat menyakitkan. Semuanya itu
mewarnai kehidupan kita dalam satu tahun yang hampir berlalu ini.
Nah, masalahnya, terkadang ketika
kita sudah mantap untuk hidup lebih baik lagi di tahun yang baru nanti, kita
kerap dibayang-bayangi oleh masa lalu yang tidak menyenangkan dan bahkan
menyakitkan buat kita. Semuanya terjadi karena kita tidak mau memaafkan apa
yang terjadi di masa lalu, dan itulah yang seringkali membuat kita kesulitan
melangkah di masa depan.
I
forgive... but not forget
Sebagai contoh, tahun lalu
mungkin ada di antara sobat muda yang diputusin pacar dengan cara yang sangat
menyakitkan. Nah, mungkin saat ini kita bisa mengatakan sudah memaafkan sang
mantan. Tapi rupanya kita tidak melupakan apa yang pernah diperbuatnya,
sehingga membuat kita jadi dendam dan apatis dalam menjalin hubungan lagi
dengan orang lain. Tak jarang kita juga menyamaratakan semua orang dengan orang-orang yang
pernah menyakiti kita. Akibatnya, kita sendiri yang membuat belenggu dan tanpa
disadari, membuat diri kita semakin rapuh.
Manusiawi sekali memang ketika
kita merasakan sakit dan sulit untuk melupakan. Terkadang kita sering
beralasan, ”Kenapa harus dilupakan? Justru itu harus selalu diingat agar kita
lebih berhati-hati biar nggak jatuh dalam kesalahan yang sama.” Well, memang benar, masa lalu yang
menyakitkan justru harus menjadi pelajaran berharga agar kita lebih
berhati-hati dalam melangkah ke depan. Tapi tahu nggak, sih, ketika kita nggak
mau melupakan hal-hal yang menyedihkan serta menyakitkan itu, and then semuanya itu akhirnya membelenggu
hidup kita. Kita jadi sulit mengambil keputusan, karena masih terikat dengan
masa lalu, hingga akhirnya nggak ada sesuatu pun kemajuan dalam hidup kita.
I really...
really forgive and forget
Sobat muda, masih ingat
nggak dengan kisah anak yang hilang? (Lukas 15:20-24). Dalam kisah tersebut, kita bisa
melihat bagaimana sang bapa mampu melupakan masa lalu. Ia sungguh-sungguh
mengampuni anak bungsunya tanpa syarat. Ia bahkan tidak lagi mengingat
perbuatan-perbuatan yang sangat menyakitkan, yang pernah dilakukan putra
bungsunya itu. Sebaliknya, dengan tangan terbuka dan penuh sukacita, ia mau
merangkul kembali putranya yang telah terpuruk itu.
Nah, bagaimana dengan
kita? Kalau hari ini masih ada di antara masih ada yang terikat dengan masa
lalu yang menyakitkan, dan semuanya itu membuat kita selalu sulit mengambil
keputusan dan menjalani hidup yang lebih baik, ayo sama-sama belajar untuk
melepaskannya. Belajar untuk mengampuni dan melupakan hal-hal yang telah lalu
dan menyakitkan buat kita.
Kalau Allah saja mau
menerima kita lagi dan melupakan segala dosa dan masa lalu kelam yang pernah
kita buat, kenapa kita tidak? Selama kita mau berusaha dan senantiasa keep in touch dan membangun hubungan
yang intim dengan Tuhan, niscaya kita akan sanggup melupakan masa lalu yang
buruk dan selalu membelenggu kita. Yakin dan percayalah bahwa Allah sanggup
menolong dan memulihkan kita, serta menopang kita untuk menjadi lebih kuat
dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.(greesika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar