“Rita... kamu besok harus jadi
dokter seperti Papa dan Mama, ya... Kalau nggak, nanti siapa yang akan nerusin
usaha Rumah Sakit yang sudah susah payah kami bangun untukmu?” And then... begitulah akhirnya. Rita
memang menjadi dokter seperti keinginan ortunya, meski sebenarnya ia lebih
ingin menjadi seorang pendeta. Rita memang kemudian mewarisi usaha Rumah Sakit
milik orangtuanya, sebelum kemudian akhirnya menyerahkan pengelolaannya pada
sepupunya yang memang lebih mencintai dunia kedokteran. Rita lantas memutuskan
berhenti menjadi dokter. Ia masuk ke sekolah teologia dan kemudian
mendedikasikan hidupnya untuk menjadi hamba Tuhan.
Awalnya orangtua Rita sangat shock. Bahkan sempat memutuskan tali
kekeluargaan dengan Rita sebagai akibat dari keputusannya. Rita pun harus
membiayai kuliahnya sendiri di fakultas teologia hingga selesai. Hubungannya
dengan ortunya mulai kembali membaik manakala mereka melihat betapa luar
biasanya pelayanan Rita, hingga memberkati banyak orang. Apalagi ketika Rita kemudian menggembalakan sebuah jemaat
di pedalaman Papua. Di sana ia tidak hanya menjadi pendeta jemaat, tetapi juga
menjadi dokter di daerah yang masih minim paramedis.
Pilih
yang mana, ya?
Sobat muda... menjelang
memilih jurusan di SMA ataupun menjelang masuk universitas, terkadang kita
dipusingkan dengan sejumlah pilihan. Ada kalanya ortu menginginkan kita
menekuni profesi tertentu, yang mungkin saja sama sekali nggak kita sukai dan
bertentangan dengan keinginan kita. Serasa di persimpangan memang. Kalau nggak
ngikutin maunya ortu, nanti siapa yang biayain. Belum lagi nanti dibilang anak
durhaka karena nggak nurut sama orangtua. Tapi kalau ngikutin maunya ortu,
nanti kitanya sendiri yang jadi stress karena nggak suka dengan pilihan mereka.
T’rus, apa yang harus kita lakukan?
Guys, bukan
pilihan yang mudah memang. Apalagi ini adalah pilihan yang akan menentukan masa
depan serta hidup kita nantinya. Tentunya kita nggak boleh salah ambil
keputusan, kan. Sebab sekali salah ambil keputusan, akan ada banyak waktu serta
biaya yang harus dikeluarkan, yang semestinya nggak perlu terjadi jika kita
memilih keputusan yang tepat. Masalahnya, gimana caranya, ya, milih keputusan
yang tepat? Jawabannya cuma satu. Yang paling tepat adalah ketika kita memilih
yang seturut dengan kehendak Allah.
Choose
the best for life
Sebenarnya nggak sulit, kok,
untuk memilih yang seturut kehendak Allah. Asalkan kita selalu dekat dan mau
dengar-dengaran dengan Allah. Akan jadi terasa sulit ketika ternyata apa yang
dikehendaki Allah itu nggak sesuai dengan keinginan kita. Mungkin seperti yang
dirasakan oleh Yunus ketika ia diperintahkan Tuhan untuk ke Niniwe. Yunus
merasa apa yang dikehendaki Allah tidak seperti apa yang diinginkannya, hingga
akhirnya ia melarikan diri ke Tarsis (Yunus 1:1-3).
Demikian pula dengan kita.
Kadang mungkin kita berpikir, apa yang diinginkan ortu untuk kita, belum tentu
itu yang terbaik buat kita. Tapi pernah nggak kita juga berpikir, apa yang
inginkan belum tentu itu juga terbaik untuk kita. Dalam hal ini, langkah yang
paling tepat yang harus kita lakukan adalah berdoa dan mohon agar Allah
menunjukkan apa yang Ia inginkan yang terbaik untuk hidup kita. Bisa saja
jawabannya adalah memang apa yang sudah dipilihkan ortu buat kita. Tapi bisa
juga jawabannya adalah seperti yang kita inginkan.
Namun bukan nggak mungkin juga
Allah menunjukkan pilihan yang lain yang mungkin nggak seperti ortu maupun yang
kita inginkan. Pendek kata, kita harus berusaha mencari jawaban yang paling
tepat yang ditunjukkan Allah untuk kita. Tapi harus diingat juga, ya. Jangan
sampai ketika kita tahu bahwa sebenarnya Allah sudah menunjukkan pilihan yang
harus diambil, lalu kita dengan sengaja berusaha mencari cara memaksakan agar
keinginan kitalah yang menjadi kehendak Tuhan. Ini sama sekali nggak benar dan
nanti malah bikin hidup kita jadi tambah runyam. Kalau sudah begini, kudu minta
ampun sama Tuhan dan kembali ke track
yang benar.
Sobat, kalau kita mau belajar
dari Yunus, memang di awal rasanya menyakitkan dan sulit untuk kita terima ketika
harus berhadapan dengan pilihan masa depan yang mungkin nggak seperti yang kita
inginkan. Mungkin rasanya ingin kita memberontak seperti Yunus. Namun Allah
sudah menunjukkan pada Yunus, bahwa apa yang Ia inginkan bukan sesuatu hal yang
sia-sia. Demikian juga dengan apa yang diinginkan Allah pada kita. Percaya,
deh, Tuhan nggak pernah memberikan rancangan yang buruk untuk masa depan kita. ”Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11). Happy choosing the right one...(greesika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Februari 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar