Diana nangis guling-guling
ditinggalin Beni, pacarnya nan ganteng dan paling ngetop di sekolah. Bahkan
Diana sempat berniat bunuh diri, seolah dunia sudah runtuh dan nggak bakal ada
cowok cakep lagi yang mau dengannya. Buat Diana, punya pacar cakep itu wajib
hukumnya. Kalo nggak cakep, gimana nanti dia bisa pamerin cowoknya ke
teman-teman dan juga keluarganya? Mau ditaruh mana mukanya sebagai cewek top di
sekolah, yang sudah didepak sama cowok paling ganteng seantero sekolah?
Hampir sebagian besar dari kita
pasti mendambakan punya pacar yang secara fisik sempurna. Cantik atau tampan,
kaya, dan juga pintar. Tapi jujur, deh, pernah nggak sobat muda punya kriteria
bahwa nomor satu, calon pacar kita itu harus seiman dan cinta Tuhan? Nggak usah
malu-malu. Rata-rata remaja seusia kita pasti lebih menomorsatukan penampilan
fisik dibandingkan soal iman percaya dalam memilih pacar. Tapi tahu nggak, sih,
kalau justru inilah awal dari kesalahan kita dalam memilih calon pasangan hidup
kelak?
Pacar
Fashion Show
Orangtua bilang, kalau pilih jodoh harus lihat-lihat dulu bibit, bebet dan
bobotnya. Mungkin buat kita sekarang, petuah ortu ini sudah jadul dan nggak
laku. Tapi kalau mau direnung-renungin, ada benarnya juga lho nasehat ortu ini.
Memilih pacar apalagi calon pasangan hidup memang gampang-gampang susah. Hati
pengennya dapetin pacar yang seiman.Tapi apa daya, ternyata nggak ada yang
cakep yang bisa dipamerin ke teman-teman. Walhasil, akhirnya yang kita lebih
pilih yang cakep meski nggak seiman, biar nggak tengsin kalo dipamerin ke
teman-teman.
Guys, ini dia kesalahan pertama yang
kerap kali dibuat. Banyak di antara kita yang lebih menomorsatukan penampilan
lahiriahnya saja dalam memilih pacar. Nggak perduli kalau dia nggak seiman,
suka memonopoli dan memanfaatkan kita, hobi kebut-kebutan, narkoba dan miras.
Yang penting dia cakep, itu nomor satu. Giliran nanti ketika sudah jalanin
beberapa lama, baru, deh, menyesal. Tahu-tahu nangis-nangis karena kitanya
diduain. Atau menerima perlakuan tidak menyenangkan, dilecehkan, dan bahkan
ternyata cuma dimanfaatkan buat diporotin uang pemberian dari ortu demi
memenuhi keinginan sang kekasih. Nggak sedikit juga ternyata gara-gara sang
pacar, akhirnya jadi kenal dan terlibat jauh dengan seks bebas, narkoba serta
minuman keras.
Sobat muda, masih ingat, nggak, kisah cintanya Simson? (Hakim-Hakim 14-16).
Sejak awal orangtua Simson sudah mengingatkan agar jangan mencari pasangan yang
takut akan Tuhan (Hakim-Hakim 14:3). Tetapi Simson tidak mau mendengar. Ia
sudah terlanjur terpikat kecantikan gadis Timna dan juga Delila, gadis dari
lembah Sorek, sehingga Simson tak memperdulikan apapaun. Akibatnya, ia harus
kehilangan kekuatannya, dan dikhianati oleh gadis-gadis cantik yang dicintainya
itu. What a pity...
Jangan
menyesal kemudian.
Inilah akibatnya kita punya pacar nggak pakai mikir dulu. Nggak perduli
sang pacar orang baik atau tidak, yang penting cakep, suka, dan kita punya
pacar. Selesai. Masalahnya nggak semudah itu, sobat. Memutuskan punya pacar
sama halnya dengan memutuskan untuk menikah. Nggak bisa terburu-buru. Memilih
pacar dan memutuskan berpacaran adalah sesuatu hal yang perlu dipertimbangkan
dengan matang.
Mungkin kita kerap kali berpikir, mumpung masih remaja, pacaran juga masih
monyet-monyetan, nggak masalah kalau pacaran asal. Kalau nggak cocok tinggal
putus aja. Hmmm... nggak segampang itu, guys.
Kalau gara-gara pacar asal-asalan ini kita kemudian kehilangan keperawanan/
keperjakaan, gimana? Yang ada kemudian hanyalah penyesalan seumur hidup.
That’s why guys, gimanapun juga, memutuskan pacaran dan memilih
pacar tetap perlu dipertimbangkan dengan matang. Hal-hal ini mungkin bisa jadi
panduan buat kita sebelum berpacaran. Pertama,
sudah siap belum kita buat pacaran? Kalau kita belum siap lahir batin buat
pacaran, mendingan nggak usah pacaran dulu, deh. Buat apa pacaran cuma demi
gengsi dan buat pamer saja, tapi kenyataannya kita nggak siap pacaran. Yang ada
nanti malah berantem melulu dan kebanyakan sedih dan nangis-nangisnya. Nggak
mau, kan, seperti itu. Lebih baik terlambat punya pacar, tapi saat itu kita
sungguh-sungguh siap punya pacar.
Kedua, harus seiman. Firman Tuhan dalam 2 Korintus 6: 14 sudah
tegas mengingatkan, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang
dengan orang-orang yang tak percaya...” Mungkin akan banyak yang ngeles, “Nggak
masalah, baru pacaran saja. Yang penting belum nikah.” Justru ini kesalahannya.
Banyak menyepelekan hal ini kita dalam tahap masa pacaran. Akibatnya jadi
kelabakan pada waktunya menikah. Bagaimanapun juga, tidak mungkin ada dua
nahkoda dalam satu kapal bukan?
Ketiga, dewasa, menghormati dan mau menerima kita apa adanya. Ini
penting. Punya pacar yang nggak dewasa tentu akan jadi sangat menyulitkan.
Apalagi yang nggak mau nerima kita apa adanya, posesif, plus diam-diam ternyata
punya bakat jadi tukang pukul alias hobi mukul atau namparin kita. Hadeh...
nggak banget, deh, kalau yang model beginian. Punya pacar haruslah yang
mendorong dan membawa kita ke arah kebaikan. Jangan sampai kita justru jadi
jungkir balik dan nggak jadi diri sendiri gara-gara punya pacar yang model
beginian.
Keempat, punya motivasi yang benar dalam pacaran. Kalau dari
awal motivasi kita pacaran hanya karena kasihan, ataupun karena ingin
menyelamatkan si dia dari lingkungan yang nggak baik, sebaiknya pikir-pikir
lagi, deh. Bukannya nggak boleh, sih. Tapi akan jauh lebih baik kalau kita
menghindari motif berpacaran yang seperti ini. Kalau pacaran nggak didasari
cinta, nantinya kita sendiri yang kesulitan ketika di tengah jalan kita bertemu
dengan the real love. Demikian juga
dengan pacaran yang didasari karena ingin menyelamatkan si dia dari jerat
narkoba misalnya. Kalau kita nggak siap dan nggak kuat, bisa-bisa kitalah yang
jadi ikutan terjerumus ke dunianya.
Well, sobat muda, intinya, saat kita mulai menyukai seseorang
dan berniat untuk pacaran, pikir dulu baik-baik. Jangan terlalu terburu nafsu
pengen punya pacar. Doakanlah dulu, apa benar someone yang lagi kita suka ini adalah orang yang benar-benar Tuhan
izinkan untuk kita jadiin pacar atau nggak. Seandainya memang jawabannya tidak,
nggak usah kecewa. Percaya, deh, lebih baik terlambat punya pacar, tapi Tuhan
akan memberikan yang terbaik buat kita dan sesuai dengan kehendakNya. (ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Agustus 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar