Minggu, 16 Februari 2014

TERTIPU LAGI... LAGI-LAGI TERTIPU...



Pertemanan lewat Facebook kembali menelan korban remaja. Setelah Marietta Nova Triano (14), siswi SMP Surabaya yang menghilang dari rumah tantenya di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, kali ini hal tersebut menimpa AS (14), warga Ciledug, Kota Tangerang. Korban menghilang bersama AMJ (21), warga Ngawi, Jawa Timur, dari rumah selama empat hari dari tanggal 1 hingga 4 Februari 2010.(sumber : www.kompas.com, 11 Februari 2010).
Penipuan lewat jejaring sosial memang sudah nggak asing lagi. Bahkan makin marak terjadi. Meski rata-rata anak muda nggak ada yang nggak familiar dengan jejaring sosial, dan sudah paham tentang banyaknya penipuan lewat media sosial, toh, masih tetap banyak juga anak muda yang terjebak dalam berbagai kasus penipuan lewat jejaring sosial.

Gara-gara terlalu percaya
Kadang-kadang mungkin kita nggak habis pikir, bagaimana bisa seseorang dengan begitu mudahnya mempercayai orang lain yang baru dikenalnya, yang bahkan belum pernah sekalipun mereka bertemu. Yang lebih parah lagi, begitu mudahnya pula mereka mau menyerahkan apapun yang dimilikinya, bahkan keperawanan sekalipun, demi si teman dunia maya ini.
Apa, sih, yang bikin sobat muda sampai mudah tertipu dengan teman dunia mayanya? Nggak lain adalah karena terlalu percaya pada si teman dunia maya. Terkadang pertemanan dan percakapan yang sangat baik, yang selama ini terjalin dengan teman-teman dunia maya yang baru dikenal dan belum bertemu, membuat kita jadi lengah dan mengabaikan kemungkinan bahwa si teman baru ini bukan nggak mungkin bukanlah orang yang punya tujuan baik.
Nggak cuma itu saja, kurangnya perhatian, nggak pede dan nggak bisa menghargai diri sendiri, ternyata juga bisa menjadi penyebab sobat muda ini gampang percaya dengan orang lain yang baru dikenalnya. Sebagai contoh, nih, ketika kita kurang mendapat perhatian dari keluarga, sobat muda cenderung lebih berat pada orang lain yang memberikan dukungan dan perhatian lebih, meskipun itu hanya lewat percakapan via media sosial. Terus, karena mungkin secara fisik kita merasa kurang cantik, kurang cakep, nggak pintar, dan bahkan mungkin terabaikan oleh teman-teman di sekolah, akhirnya ketika ada teman baru di media sosial yang memberikan perhatian lebih, langsung bikin kita melayang dan lupa bahwa inilah trik-trik yang biasa dilakukan oleh para penipu di media sosial untuk menjerat korbannya.

Always beware
Makanya guys, gimana pun juga yang namanya waspada dan hati-hati itu tetaplah perlu. Memang nggak semua teman yang kita kenal di dunia maya itu punya maksud tertentu atau berusaha untuk menipu. Tapi nggak ada salahnya buat kita untuk tetap selalu waspada dan nggak lengah. Di samping itu, kurang perhatian dari orang-orang di sekeliling kita pun bukan berarti jadi alasan bagi kita untuk ‘mencari perhatian’ lain dari orang-orang yang baru kita kenal di dunia maya.
Secara psikologis, memang nggak bisa dipungkiri kita tetap butuh perhatian dari orang-orang yang kita kasihi. Tapi ketika kita merasa perhatian tersebut kurang, lebih baik kita nggak perlu mencari-cari perhatian dari orang-orang yang masih belum jelas keberadaannya. Bersekutu dengan Allah dan berbagi kasih dalam persekutuan denganNya akan menolong kita menghadapi segalanya dengan baik. Karena hanya di dalam Kristus, selalu ada kasih bagi kita semua (Filipi 2:1).
Sobat muda, belajar dari berbagai pengalaman dan berbagai kasus yang pernah terjadi, mulai sekarang  ayo kita belajar berhati-hati dalam menjalin pertemanan, terutama di dunia maya. Bukan berarti kita nggak boleh berteman, tetapi alangkah baiknya jika kita lebih hati-hati dan nggak mudah percaya dengan orang yang baru kita kenal. Bagaimanapun, kita nggak pernah tahu motif mereka yang sesungguhnya dalam berteman. Kalau kita nggak hati-hati, kita bisa terjerumus dan menjadi korban-korban selanjutnya. Om Paulus sendiri juga pernah mengingatkan, kalau kita salah bergaul dan berteman, kita bisa terseret dalam pergaulan yang nggak baik (1 Korintus 15:33). Berteman oke, tetapi tetap jangan lupakan rules dalam pertemanan, agar kita nggak salah jalan dan terjebak dalam pertemanan yang nggak sehat. Okay?(ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Februari 2014)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar