Berawal dari berteman, lalu jadi sahabat, terus lama-lama
meningkat jadi pacar, lantas akhirnya harus putus. Setelah putus, bisa nggak,
ya, jadi teman lagi? Hmm, hampir sebagian besar dari kita mungkin akan menjawab,
“Nggak mungkin, lah, jadi teman lagi. Lagian, ngapain juga harus temenan lagi dengan
mantan? Aneh aja rasanya.” Yup, ide berteman dengan mantan sebenarnya bukanlah
sesuatu yang buruk. Apalagi sebelum jadi pacar, bukankah kita dulu mengawalinya
dengan berteman? So, sebenarnya nggak
ada yang aneh ketika kemudian mantan akhirnya jadi teman lagi. Bukankah lebih
baik jadi teman daripada jadi musuh? Berkaca dari kasus Ade Sara Angelina Suroto dan Mia
Nuraini, dua gadis belia yang belum lama ini terpaksa harus meregang nyawa
di tangan sang mantan pacar. Tentu kita nggak mau juga, dong, kejadian yang
sama juga menimpa diri kita akibat hubungan yang kurang baik dengan mantan.
Mengapa
berteman dengan mantan?
Ada sejumlah alasan yang membuat
kita memilih memutuskan untuk berteman dengan mantan. Pertama, putus baik-baik. Nggak ada pertengkaran hebat sampai
heboh, sehingga bikin satu sama lain jadi merasa nggak enak. Kalau dari awal
sudah sepakat untuk putus baik-baik, dan kemudian masing-masing sadar akan
status mantan yang nggak akan mungkin lagi balikan, rasanya tidak akan sulit
untuk memutuskan untuk jadi teman lagi. Artinya, pada saat kita mutusin itu,
harus dipastikan kalo sudah nggak ada lagi ’rasa’ buat si mantan, yang nantinya
justru jadi bumerang dalam hubungan pertemanan nantinya.
Kedua, nggak pengen musuhan. Punya musuh memang nggak enak
banget. Nggak
ada satu pun dari kita yang pengen punya musuh. Lagi pula kalau sudah jadi
mantan terus musuhan, rasanya kok malah bikin ribet hidup kita sendiri.
Misalnya saja, tiba-tiba ngeliat mantan di mal, buru-buru kita sibuk ngumpetin
diri biar nggak ketemu mantan. Repot, kan, kalau setiap saat mesti begitu?
Lagian kalau musuhan, apa gunanya juga? Toh, memang sudah nggak bisa lagi
berhubungan sebagai pacar. Better be a
friend then enemy.
Ketiga, azaz manfaat. Yang ini bisa berarti positif, bisa juga
negatif. Kok bisa? Tentu saja bisa. Bisa jadi positif kalau misalnya kita
sengaja tetap berteman dengan mantan, karena tahu mantan ini pintar dan bintang
kelas. Jadi kalau masih temenan dengan dia, kita masih bisa belajar bareng sama
dia dan ikutan jadi pintar juga. Negatifnya, kalau misalnya kita sengaja
temenan dengan mantan yang juara kelas, biar si mantan always ngasih contekan pas ulangan. Atau manfaatin mantan yang tajir
cuma buat ikut menikamti fasilitas yang dimiliki mantan. Nggak masalah
sebenarnya kalau menggunakan alasan azaz manfaat ini untuk berteman dengan
mantan, selagi itu dari segi positif. Kalau dari awal sudah alasannya aja sudah
negatif, dijamin pertemanan ini nggak bakalan bertahan lama.
Being a
good friend
Nah, ternyata menjalin pertemanan
dengan mantan itu sebenarnya nggak susah. Asal tujuannya memang baik dan murni
hanya untuk berteman dan bukannya musuhan. Tapi bagaimanapun juga, berteman
dengan mantan itu tetap ada aturannya. Pertama,
tetap ada batasan. Biar gimana juga, kedekatan kita dengan mantan nggak bisa
lagi sama seperti dulu. Harus tetap ada batasan-batasannya, biar nggak nyakitin
pihak-pihak lain. Apalagi kalau kita sudah pacar baru demikian juga halnya
dengan mantan. Setidaknya kita tetap harus menjaga perasaan pasangan baru kita
masing-masing, bukan?
Kedua, harus terbuka. Kalau memang kita masih berteman baik
dengan mantan, terbukalah dengan pasangan baru masing-masing, juga dengan
teman-teman kalian, supaya nggak ada kecurigaan satu sama lain yang bisa bikin
pertemanan kalian jadi rusak. Kalau kita terbuka sejak awal, paling nggak kita
bisa meminimalisir kecemburuan-kecemburuan yang nggak perlu yang bisa merusak
semua hubungan yang ada.
Ketiga, pastikan kalau sudah nggak ada feel lagi dengan mantan, sehingga kemungkinan CLBK atau hal-hal
apapun yang berkaitan dengan perasaan kita dengan mantan di masa lalu akan
muncul lagi dalam hubungan pertemanan kita. Ini juga berkaitan erat dengan
gimana kita menjaga perasaan pasangan baru kita masing-masing.
Pendek kata, mau berteman lagi
dengan mantan atau tidak, sebenarnya kembali lagi pada diri kita masing-masing.
Yang jelas berteman lagi dengan mantan, tentu masih sangat dimungkinkan dengan
kondisi-kondisi tertentu. Baik buruknya sang mantan, tentunya sudah kita tahu.
Ini yang bisa kita jadikan pijakan buat memutuskan untuk mau temenan lagi
dengan mantan atau nggak. Ingat apa yang Firman Tuhan katakan, ”Siapa bergaul
dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal
menjadi malang.” (Amsal 13:20). Artinya, sobat muda tetap harus bijaksana
sebelum memutuskan untuk berteman lagi dengan mantan.(ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi April 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar