Rabu, 30 April 2014

I’M NOT CABE-CABEAN, NOR TERONG-TERONGAN



Malam minggu. Waktu sudah menunjuk tepat ke arah angka delapan. Shanti sudah bersiap sejak jam tujuh malam tadi. Ia memeriksa dandanannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Untuk gadis seusianya yang baru beranjak 16 tahun, hot pants ditambah tank top dan sapuan make up tebal, tentunya sudah cukup menor dan nggak sesuai buatnya. Terdengar suara motor berhenti di bawah jendela kamarnya. Edo sudah datang. Bergegas ia keluar rumah sambil lalu berpamitan dengan Mbok Nah, pembantu rumah tangganya. Hari itu kedua orangtua Shanti tengah ke luar kota, mengunjungi neneknya yang sedang sakit.
Tak berapa lama mereka sudah tiba di arena balapan, tempat mereka biasa nongkrong di malam minggu. Malam itu Shanti berharap Edo akan menang balapan lagi, seperti biasanya. Tapi nasib mujur belum menaungi Edo. Hari itu arena balap dikuasai Michael, dan sebagai gadis piala bergilir, malam itu Shanti pun harus pasrah menyerahkan dirinya pada Michael.

Why cabe-cabean or terong-terongan?
Fenomena remaja “cabe-cabean” yang belakangan ini marak sebenarnya sudah nggak asing lagi. Buat orang awam, istilah ini digunakan untuk menggambarkan remaja yang menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial). Tadinya, "cabe-cabean" merupakan sebutan buat cewek ABG yang menjadi bahan taruhan di arena balap liar. Belakangan, "cabe" balapan yang sudah sering berhubungan seksual justru memilih untuk menjadi PSK. Nggak jauh beda dengan cabe-cabean, istilah terong-terongan dipakai untuk menyebut cowok-cowok alay yang bergaya kebanci-bancian, dan suka keluar malam buat nongkrong dengan sesama terong-terongan.
Ada banyak penyebab mengapa cewek-cewek ABG ini banyak menjadi cabe-cabean. Yang mengejutkan, menurut pengakuan mereka, faktor yang menyebabkan mereka bertindak seperti ini nggak semata-mata karena persoalan materi. Rata-rata mereka menjadi cabe-cabean karena ingin lari dari orangtua yang terlalu galak, pengen ngetop di kalangan teman-teman, ingin mendapat respek dari teman cowok, atau sekadar pengen jalan-jalan di malam hari. Sebagian ada yang mengaku karena pengen dekat dan bisa menjadi pacar dengan cowok yang dianggap keren, yaitu pemenang balapan motor liar. Pendek kata, sebenarnya keberadaan cabe-cabean dan terong-terongan ini nggak lebih karena ingin agar eksistensi mereka diakui. Nah, bagaimana dengan sobat muda sendiri? Segitu pentingnya kah pengakuan akan eksistensi diri kita sampai harus merelakan diri menjadi cabe-cabean ataupun terong-terongan?

Aktualisasi diri, nggak perlu cabe-cabean
Well guys, namanya remaja, anak muda seperti kita sekarang ini, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh lingkungan kita jelas sangatlah penting. Di usia remaja ini, kita mungkin bakalan sering berkonflik dengan ortu. Ngerasa ortu terlalu galak dan nggak bisa ngertiin serta suka ngelarang kita, padahal sebenarnya maksud dan tujuan mereka itu baik buat kita. Cuma gara-gara komunikasi yang nggak pas, walhasil kita dan ortu pun akhirnya jadi berantem. Inilah yang kemudian bikin kita ngerasa nggak betah di rumah. Kita kemudian bertemu dengan teman-teman yang ’bernasib’ sama, sehingga merasa klop satu sama lain, lantas merasa mereka lebih bisa ngertiin ketimbang ortu. Nah, disinilah kita kudu hati-hati. Persamaan ’nasib’ tadi bisa berujung pada pergaulan yang salah, yang bisa menjerumuskan kita hingga menjadi cabe-cabean ataupun terong-terongan. Hati-hati! Pergaulan yang buruk bisa merusakkan kebiasaan yang baik (1 Korintus 15:33).
Sobat muda, yang namanya aktualisasi diri memang sudah menjadi kebutuhan kita. Tapi bukan berarti kita beraktualisasi diri dengan cara yang nggak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Banyak cara bisa kita lakukan untuk bisa beraktualisasi diri dan diakui oleh orang lain. Salah satunya adalah dengan berprestasi. Ingat, lho, Allah menciptakan kita sedemikian uniknya, dilengkapi dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain. Nah, kalau kita mau menekuni dengan serius dan mengembangkan setiap bakat dan kemampuan yang dimiliki, suatu saat kita pun akan dapat berprestasi dan diakui oleh orang lain.
Nggak perlu harus jadi cabe-cabean atau terong-terongan agar eksistensi kita diakui. Remember, Allah adalah sosok yang akan selalu mengakui eksistensi kita. Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,” (Yesaya 43:4a). Mungkin kita nggak akan mendapatkan prestasi itu dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Tetap dibutuhkan sebuah kesabaran serta perjuangan agar dapat berprestasi dan keberadaan kita diakui oleh semua orang. Namun kalau kita mau melaluinya dengan cara yang benar, tentunya Allah akan menolong untuk menggapai semua yang kita impikan.(ika)



(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi April 2014)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar