Malam minggu. Waktu sudah menunjuk tepat ke arah angka
delapan. Shanti sudah bersiap sejak jam tujuh malam tadi. Ia memeriksa
dandanannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Untuk gadis seusianya yang baru
beranjak 16 tahun, hot pants ditambah tank top dan sapuan make up tebal,
tentunya sudah cukup menor dan nggak sesuai buatnya. Terdengar suara motor
berhenti di bawah jendela kamarnya. Edo sudah
datang. Bergegas ia keluar rumah sambil lalu berpamitan dengan Mbok Nah,
pembantu rumah tangganya. Hari itu kedua orangtua Shanti tengah ke luar kota, mengunjungi neneknya
yang sedang sakit.
Tak berapa lama mereka sudah tiba di arena balapan,
tempat mereka biasa nongkrong di malam minggu. Malam itu Shanti berharap Edo akan menang balapan lagi, seperti biasanya. Tapi
nasib mujur belum menaungi Edo. Hari itu arena
balap dikuasai Michael, dan sebagai gadis piala bergilir, malam itu Shanti pun
harus pasrah menyerahkan dirinya pada Michael.
Why cabe-cabean
or terong-terongan?
Fenomena remaja “cabe-cabean” yang belakangan ini marak
sebenarnya sudah nggak asing lagi. Buat orang awam, istilah ini digunakan untuk
menggambarkan remaja yang menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial). Tadinya,
"cabe-cabean" merupakan sebutan buat cewek ABG yang menjadi bahan
taruhan di arena balap liar. Belakangan, "cabe" balapan yang sudah
sering berhubungan seksual justru memilih untuk menjadi PSK. Nggak jauh beda dengan cabe-cabean, istilah
terong-terongan dipakai untuk menyebut cowok-cowok alay yang bergaya kebanci-bancian, dan suka keluar malam buat
nongkrong dengan sesama terong-terongan.
Ada banyak penyebab mengapa cewek-cewek ABG ini banyak
menjadi cabe-cabean. Yang mengejutkan, menurut
pengakuan mereka, faktor yang menyebabkan mereka bertindak seperti ini nggak
semata-mata karena persoalan materi. Rata-rata mereka menjadi cabe-cabean karena
ingin lari dari orangtua yang terlalu galak, pengen ngetop di kalangan
teman-teman, ingin mendapat respek dari teman cowok, atau sekadar pengen
jalan-jalan di malam hari. Sebagian ada yang mengaku karena pengen dekat dan
bisa menjadi pacar dengan cowok yang dianggap keren, yaitu pemenang balapan
motor liar. Pendek kata, sebenarnya keberadaan cabe-cabean dan terong-terongan
ini nggak lebih karena ingin agar eksistensi mereka diakui. Nah, bagaimana
dengan sobat muda sendiri? Segitu pentingnya kah pengakuan akan eksistensi diri
kita sampai harus merelakan diri menjadi cabe-cabean ataupun terong-terongan?
Aktualisasi
diri, nggak perlu cabe-cabean
Well guys, namanya remaja, anak
muda seperti kita sekarang ini, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh
lingkungan kita jelas sangatlah penting. Di usia remaja ini, kita mungkin bakalan sering berkonflik dengan ortu. Ngerasa
ortu terlalu galak dan nggak bisa ngertiin serta suka ngelarang kita, padahal
sebenarnya maksud dan tujuan mereka itu baik buat kita. Cuma gara-gara
komunikasi yang nggak pas, walhasil kita dan ortu pun akhirnya jadi berantem.
Inilah yang kemudian bikin kita ngerasa nggak betah di rumah. Kita kemudian
bertemu dengan teman-teman yang ’bernasib’ sama, sehingga merasa klop satu sama
lain, lantas merasa mereka lebih bisa ngertiin ketimbang ortu. Nah, disinilah
kita kudu hati-hati. Persamaan ’nasib’ tadi bisa berujung pada pergaulan yang
salah, yang bisa menjerumuskan kita hingga menjadi cabe-cabean ataupun
terong-terongan. Hati-hati! Pergaulan yang buruk bisa merusakkan kebiasaan yang
baik (1 Korintus 15:33).
Sobat muda, yang namanya aktualisasi diri memang sudah menjadi kebutuhan
kita. Tapi bukan berarti kita beraktualisasi diri dengan cara yang nggak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Banyak cara bisa
kita lakukan untuk bisa beraktualisasi diri dan diakui oleh orang lain. Salah
satunya adalah dengan berprestasi. Ingat, lho, Allah menciptakan kita sedemikian
uniknya, dilengkapi dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda satu sama
lain. Nah, kalau kita mau menekuni dengan serius dan mengembangkan setiap bakat
dan kemampuan yang dimiliki, suatu saat kita pun akan dapat berprestasi dan
diakui oleh orang lain.
Nggak perlu harus jadi cabe-cabean atau terong-terongan agar eksistensi
kita diakui. Remember, Allah adalah
sosok yang akan selalu mengakui eksistensi kita. ”Oleh karena engkau berharga di
mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,” (Yesaya 43:4a). Mungkin kita
nggak akan mendapatkan prestasi itu dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Tetap dibutuhkan sebuah kesabaran serta perjuangan agar dapat berprestasi dan keberadaan
kita diakui oleh semua orang. Namun kalau kita mau melaluinya dengan cara yang
benar, tentunya Allah akan menolong untuk menggapai semua yang kita impikan.(ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi April 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar