Udin : “Doyet... ayo bangun! Sudah siang
begini masih belum bangun. Nggak sekolah apa?”
Doyet : “Aku nggak mau sekolah, ah...”
Udin : “Gimana mau sukses kalau sekolah aja
males ?”
Doyet : “Kamu ingat, nggak, apa yang dibilang Pak
Guru kemarin? Sukses itu berasal dari mimpi.
Lha, mimpi, kan, berawal dari tidur. Jadi,
kalau mau sukses, ngapain mesti sekolah?
Mendingan tidur aja...”
Udin : ???????
Just intermezzo.
Tapi kalau dipikir-pikir, kayaknya mungkin ada di antara sobat muda yang punya
pikiran yang hampir sama dengan Doyet. Terkadang karena merasa ortu cukup
mampu, bahkan ada yang sampai tujuh turunan pun kekayaannya nggak bakal habis, akhirnya jadi ngerasa
kalau sekolah itu nggak penting. Sepanjang waktu dihabiskan dengan play and have fun. “Ngapain capek-capek
sekolah? Ngapain harus bermimpi hidup sukses? Toh, sekarang keluarga gue cukup
sukses dan kekayaan mereka masih cukup, kok, buat menghidupi gue sampai punya
cicit sekalipun,” begitu alasan yang sering terlontar.
Mimpi itu milik semua orang
Sobat muda, yang namanya kesuksesan itu nggak bisa hanya diukur dengan
seberapa banyak kekayaan yang kita miliki. Kesuksesan juga nggak bisa diraih
hanya dengan duduk manis dan ongkang-ongkang kaki. Kesuksesan juga bukan hanya
milik orang-orang tertentu saja. Bahkan
orang yang kaya raya sekalipun, belum tentu bisa dikatakan sukses. Kok bisa?
Yap. Mungkin saja sekarang kaya raya. Namun ketika ia tak punya mimpi untuk mengembangkan
atau bahkan mempertahankan talenta harta yang dimilikinya, bukankah kekayaannya
bisa saja habis begitu saja?
So, intinya setiap orang sudah
selayaknya punya mimpi, punya cita-cita yang harus diperjuangkan. Karena ketika
memiliki mimpi dan berusaha keras berjuang untuk mencapai mimpi itu, hidup kita
pun akan terasa lebih indah dan penuh makna. Seperti yang dialami Raeni, gadis asal Kendal yang baru saja
lulus dengan IPK 3, 96 dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE)
Universitas Negeri Semarang (Unnes). Raeni bukan berasal dari keluarga mampu.
Ayahnya seorang tukang becak. Namun ia berjuang keras untuk mewujudkan mimpi
dan cita-citanya sampai berhasil. Terbukti bukan, bahwa mimpi juga bisa diraih
oleh siapa saja, tak terkecuali oleh mereka yang hidup dalam ketidakberdayaan.
Bermimpilah, untuk berhasil
Mimpi, mungkin akan menjadi sekedar mimpi ketika kita tidak mau berusaha
maksimal untuk mewujudkannya. Demikian pula ketika Yakub ingin mendapatkan Rahel
untuk menjadi istrinya. Empat belas
tahun lamanya ia harus berjuang, bekerja keras mengurus kambing domba Laban,
mertuanya, demi mendapatkan Rahel (Kejadian 29). Hingga akhirnya Yakub berhasil
memperistri Rahel, meski harus melalui jalan yang berliku.
Demikian pula dengan kita. Saat kita bermimpi menjadi orang yang sukses
dalam segala hal, berusaha dan berjuanglah terus dengan sungguh-sungguh untuk
mewujudkannya. Dibutuhkan sebuah kedisiplinan, kerja keras dan perjuangan yang
luar biasa agar mimpi itu dapat menjadi kenyataan. Nah, untuk mewujudkan
semuanya itu, kita harus memulainya dengan perasaan yakin, percaya diri
serta siap berjuang untuk mewujudkan
mimpi tersebut.
Amsal 12:27 mengingatkan, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya,
tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.” Jadi, nggak ada
istilah malas-malasan buat orang-orang yang malas seperti si Doyet di atas.
Kalau kita mau jadi sukses, kudu rajin dan disiplin dalam mengupayakannya.
Nggak cukup sampai disitu saja. Berdoa, itu adalah hal yang utama dilakukan
sebagai kunci meraih sukses. Usaha keras tanpa disertai doa juga akan sia-sia.
Satu lagi yang perlu diingat. Saat kesuksesan itu telah diraih, jangan
berhenti untuk terus memperjuangkannya. Kenapa masih tetap berjuang? Karena
sebuah kesuksesan seharusnya tidak membuat kita berhenti berjuang di satu
titik. Tapi justru mendorong kita untuk terus berjuang lagi untuk dapat
mempertahankan, serta meraih yang lebih baik lagi. Jadi, mulai sekarang,
siapkah sobat muda untuk meraih mimpi?(ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Juni 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar