Sepulang persekutuan di gereja, tiba-tiba saja di
jalan raya sepeda motor Andre diserempet oleh sebuah mobil. Spontan Andre
langsung marah-marah sambil mengeluarkan sumpah serapah dan tak lupa menyebut
segala nama binatang sekebun binatang. Wuaaahhh... Saat ditegur Edo, sohabatnya,
Andre dengan enteng bilang, “Ah, gue, kan, lagi emosi. Wajar dong kalo gue
spontan aja nyumpahin orang itu.”
Sobat muda, nggak sekali dua kali, kita pun kerap
melakukan hal yang sama seperti Andre. Apalagi situasi ibukota yang sangat
macet, memang cenderung membuat emosi kita jadi lebih meningkat. Namun, apapun
alasanya, sebenarnya pantas nggak, sih, sebagai anak-anak muda yang ngakunya
pengikut Kristus, kita berperilaku seperti Andre di atas?
Semua tak wajar
Biarpun mungkin orang pada umumnya akan mengatakan bahwa kemarahan,
kejengkelan, bahkan sumpah serapah yang muncul sebagai luapan emosi adalah
sebuah kewajaran, tetaplah di mata Tuhan ini bukanlah sesuatu hal yang wajar. Biar mau lagi emosi atau lagi sebel, tetep nggak
bisa dibilang wajar kalo kita lantas ngucapin sumpah serapah en ngomong kotor. Firman
Tuhan dalam Yakobus 3:1-12 sangat jelas mengingatkan kita, kalau nggak
hati-hati dengan setiap perkataan kita, bisa-bisa yang sering keluar dari mulut
kita bukannya ucapan-ucapan berkat, melainkan segala macam sumpah serapah dan
perkataan kotorlah yang justru sering kita ucapkan. Apalagi lidah kita ini
gampang banget untuk memuji Tuhan,tapi
gampang juga buat nyumpahin orang (Yakobus 3:9).
Om Yakobus bahkan ngingetin, kalau kita nggak bisa
menjinakkan lidah kita ini, bisa-bisa ia dapat menyeret kita dalam jurang maut
yang akan membinasakan hidup kita. Jangan dikira hanya gara-gara perkataan
kotor yang keluar dari mulut kita, kita melakukan dosa yang nggak seberapa
dibandingin orang lain yang berdosa karena melakukan pembunuhan dan perampokan.
Ini pandangan yang salah besar. Tetap aja kata-kata kotor yang keluar dari
mulut kita itu dapat menyeret kita jatuh ke dalam dosa. Perkataan kotor kita yang
keluarkan ini nggak hanya bakal menyakiti sesama kita, tetapi lebih daripada
itu kita sudah menyakiti Allah kita.
Jaga mulut = menjauhkan diri dari bencana
Pernah terpikir, nggak,
kalau mau berhati-hati dengan perkataan yang keluar dari mulut kita, akan
menjauhkan kita dari kesulitan? Hal yang sederhana saja. Kalau misalnya saja
kita dikenal sebagai sosok yang punya tutur kata yang lembut dan baik, tentu
saja teman-teman dan orang-orang di sekeliling kita akan lebih menyukai kita.
Saat kita membutuhkan pertolongan pun, mereka nggak akan ragu-ragu untuk
menolong kita. Sebaliknya, kalau sobat muda dikenal sebagai sosok yang kasar,
suka membentak-bentak, dan tidak sopan dalam bertutur kata. Orang lain sudah
pasti akan enggan menolong kita, karena punya perilaku dan tutur kata yang
kurang baik.
Maka dari itu, sobat muda, mulai
sekarang kita harus belajar untuk mengendalikan lidah dan mulut kita, agar
tidak mengucapkan perkataan-perkataan kotor, tidak berhikmat dan tidak
memuliakan Allah. Memang bukan sesuatu hal yang mudah. Tetapi ketika kita mau
berusaha, Tuhan pasti akan memampukan kita. Yakobus 3:3 mengatakan, kalo kuda
aja dikasih kekang pada mulutnya supaya ia menuruti perintah kita, demikian
pula dengan kita, harus mengenakan kekang pada lidah bibir kita, supaya kita
taat pada perintah Allah. Dengan cara apa kita mengendalikannya? Dengan
melakukan Firman Allah dalam hidup kita. Mulai saat ini, ayo kita berkomitmen
untuk mengendalikan lidah kita, berhati-hati dengan setiap perkataan kita, agar
yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata berkat yang memuliakan Tuhan.(ika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar