“I’m falling in love. I really in
love with her. She’s my true love. Apapun yang terjadi, gue harus
ngedapetin dia untuk jadi pasangan gue. Gue yakin dia orang yang tepat untuk
mendampingi hidup gue.” Begitulah tekad Daniel untuk mendapatkan Soraya, gadis
pujaan hatinya. Meski Daniel tahu, Soraya bukanlah gadis yang baik. Daniel
tahu, selama ini Soraya hanya sekedar memanfaatkan dirinya untuk kepentingan
Soraya semata. Hingga suatu saat Soraya meninggalkan Daniel demi cowok lain
yang lebih tajir. Daniel pun merasa dunianya runtuh, dan menganggap apa yang
dialaminya adalah sebuah cobaan dari Tuhan. Hmm... wait a minute... benarkah Daniel dicobai Tuhan?
Dicobai atau mencobai diri sendiri?
Hampir semua orang mungkin pernah terpuruk gara-gara cinta, seperti yang
dialami Daniel. Nah, berapa banyak di antara sobat muda yang kemudian bersikap
seperti Daniel, menganggap bahwa apa yang sudah terjadi adalah cobaan dari
Allah? Guys, coba, deh,
diingat-ingat. Seberapa seringkah kita mengatakan bahwa semua persoalan hidup yang dialami adalah cobaan
dari Allah? Sekali, dua kali, atau... selalu?
Sobat muda, satu hal yang harus diingat bahwa, “Apabila seorang dicobai,
janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah
tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.” (Yakobus 1 : 13). Jelas, bukan, bahwa Allah
nggak pernah mencobai kita? Kenyataannya yang sering terjadi adalah pencobaan
itu datang karena kesalahan kita sendiri. Contohnya, ya, kisah Daniel di atas.
Sejak awal, Daniel tahu bahwa Soraya bukanlah pasangan hidup yang Tuhan berikan
untuknya. Namun karena Daniel terus memaksakan diri, akhirnya ketika Soraya
benar-benar meninggalkannya, ia pun ‘mengkambinghitamkan’ Tuhan dengan
mengatakan bahwa semuanya itu adalah cobaan dari Tuhan.
Akibat nggak mau dengar-dengaran dengan Allah
dan ogah menuruti kehendakNya, setiap kali jatuh dalam pencobaan karena
kesalahan sendiri, kita pun jadi suka menyalahkan Tuhan. Inilah sumber
pencobaan yang kita alami, yaitu keinginan manusiawi kita sendiri. Sudah tahu
kalau yang dilakukan salah, namun tetap dilanjutkan. Nah, ketika terus
dipertahankan, lama-lama akhirnya kita pun jatuh ke dalam dosa.
Ketika pencobaan itu datang...
Lalu apa yang harus kita
lakukan agar terhindar dan terlepas dari cobaan hidup yang bersumber dari
tingkah laku kita sendiri? Pertama,
sudah pasti kita harus bertobat dan mengakui segala kesalahan kita di hadapan
Tuhan. Berdoa dan mohon pengampunan dari Allah atas segala kesalahan yang sudah
kita perbuat. Kedua, belajar
sungguh-sungguh taat kepada Allah.
Ketika kita mengasihi dan menempatkan Allah di atas segalanya, kita juga
belajar untuk taat dan mau dengar-dengaran dengan Allah. Memang, pada
kenyataannya belajar untuk taat kepada Allah tidak semudah seperti kita
berbicara. Ada perjuangan dan usaha keras di dalamnya, ketika di satu sisi
ingin taat pada Allah, sementara di sisi lain kita pun juga ingin bebas
melakukan apa yang menjadi keinginan hati kita.
Nggak gampang memang agar kita bisa menang atas pencobaan. Namun kalau kita
mau sungguh-sungguh berharap kepada Allah, tetap taat dan setiap pada
firmanNya, tentunya kita akan diberi kekuatan untuk menghadapi segala pencobaan
yang ada. Kalau kita merasa lelah dan hampir menyerah menghadapi setiap pencobaan
hidup yang terjadi, remember, “Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13). Keep your spirit in Christ!(ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar