Selasa, 28 April 2015

THE TEMPTED



I’m falling in love. I really in love with her. She’s my true love. Apapun yang terjadi, gue harus ngedapetin dia untuk jadi pasangan gue. Gue yakin dia orang yang tepat untuk mendampingi hidup gue.” Begitulah tekad Daniel untuk mendapatkan Soraya, gadis pujaan hatinya. Meski Daniel tahu, Soraya bukanlah gadis yang baik. Daniel tahu, selama ini Soraya hanya sekedar memanfaatkan dirinya untuk kepentingan Soraya semata. Hingga suatu saat Soraya meninggalkan Daniel demi cowok lain yang lebih tajir. Daniel pun merasa dunianya runtuh, dan menganggap apa yang dialaminya adalah sebuah cobaan dari Tuhan. Hmm... wait a minute... benarkah Daniel dicobai Tuhan?

Dicobai atau mencobai diri sendiri?
Hampir semua orang mungkin pernah terpuruk gara-gara cinta, seperti yang dialami Daniel. Nah, berapa banyak di antara sobat muda yang kemudian bersikap seperti Daniel, menganggap bahwa apa yang sudah terjadi adalah cobaan dari Allah? Guys, coba, deh, diingat-ingat. Seberapa seringkah kita mengatakan bahwa semua  persoalan hidup yang dialami adalah cobaan dari Allah? Sekali, dua kali, atau... selalu?
Sobat muda, satu hal yang harus diingat bahwa, “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.” (Yakobus 1 : 13). Jelas, bukan, bahwa Allah nggak pernah mencobai kita? Kenyataannya yang sering terjadi adalah pencobaan itu datang karena kesalahan kita sendiri. Contohnya, ya, kisah Daniel di atas. Sejak awal, Daniel tahu bahwa Soraya bukanlah pasangan hidup yang Tuhan berikan untuknya. Namun karena Daniel terus memaksakan diri, akhirnya ketika Soraya benar-benar meninggalkannya, ia pun ‘mengkambinghitamkan’ Tuhan dengan mengatakan bahwa semuanya itu adalah cobaan dari Tuhan.
Akibat nggak mau dengar-dengaran dengan Allah dan ogah menuruti kehendakNya, setiap kali jatuh dalam pencobaan karena kesalahan sendiri, kita pun jadi suka menyalahkan Tuhan. Inilah sumber pencobaan yang kita alami, yaitu keinginan manusiawi kita sendiri. Sudah tahu kalau yang dilakukan salah, namun tetap dilanjutkan. Nah, ketika terus dipertahankan, lama-lama akhirnya kita pun jatuh ke dalam dosa.

Ketika pencobaan itu datang...
Lalu apa yang harus kita lakukan agar terhindar dan terlepas dari cobaan hidup yang bersumber dari tingkah laku kita sendiri? Pertama, sudah pasti kita harus bertobat dan mengakui segala kesalahan kita di hadapan Tuhan. Berdoa dan mohon pengampunan dari Allah atas segala kesalahan yang sudah kita perbuat. Kedua, belajar sungguh-sungguh taat kepada Allah.  Ketika kita mengasihi dan menempatkan Allah di atas segalanya, kita juga belajar untuk taat dan mau dengar-dengaran dengan Allah. Memang, pada kenyataannya belajar untuk taat kepada Allah tidak semudah seperti kita berbicara. Ada perjuangan dan usaha keras di dalamnya, ketika di satu sisi ingin taat pada Allah, sementara di sisi lain kita pun juga ingin bebas melakukan apa yang menjadi keinginan hati kita.
Nggak gampang memang agar kita bisa menang atas pencobaan. Namun kalau kita mau sungguh-sungguh berharap kepada Allah, tetap taat dan setiap pada firmanNya, tentunya kita akan diberi kekuatan untuk menghadapi segala pencobaan yang ada. Kalau kita merasa lelah dan hampir menyerah menghadapi setiap pencobaan hidup yang terjadi, remember, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13). Keep your spirit in Christ!(ika)

(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi April 2015)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar