Selasa, 30 Juni 2015

ALKITAB VS SOSMED



Valent terlihat sibuk mengutak-atik handphone-nya sepanjang ibadah minggu. Looks like dia terlihat begitu tekun membaca Alkitab lewat aplikasi Alkibat Online yang ada di gadget-nya. Tak bergeming, seolah tampak khusyuk memperhatikan khotbah yang disampaikan pendeta. Namun saat melongok melihat apa yang terpampang di gadget-nya, rupanya bukan aplikasi Alkitab yang tengah dibacanya. Valent ternyata tengah sibuk update status di jejaring sosial yang diikutinya.
Sobat muda, hampir sebagian besar dari kita pasti punya aplikasi Alkitab di gadget yang kita miliki. Seiring dengan perkembangan teknologi pula, belakangan kita pun mulai ‘meninggalkan’ Alkitab versi cetak dan lebih memilih untuk menggunakan aplikasi Alkitab yang ada di gadget. Alasan simple dan nggak perlu bawa-bawa buku yang berat jadi  pilihan kita. Tapi rupanya, pilihan kita ini seringkali bikin kita jadi gagal fokus untuk mendengarkan Firman Tuhan. Bukannya serius baca Alkitab dan merenungkannya, yang kejadian malah kita jadi lebih sering update status pas lagi ibadah.

Gadget addict
Guys, bukannya nggak boleh, sih, kita menggunakan aplikasi Alkitab yang ada di gadget ketimbang Alkitab versi buku. Tapi harus disadari, nggak bisa dipungkiri kalau kita mulai tergantung dengan gadget, entah itu smartphone, pocket pc, ataupun tablet. Memiliki gadget bukan lagi masalah ngikutin tren yang ada, tapi sudah berubah menjadi sebuah kebutuhan. Nggak ada gadget, rasanya hidup seperti ada yang kurang. Di satu sisi, kita memang sangat tertolong dengan teknologi yang ada pada gadget yang kita punya. Tapi di sisi lain, kita pun jadi terlalu asyik dengan gadget, dan nggak konsen lagi sama hala-hal yang lainnya.
Inilah kelemahan kita. Mungkin selama ini kita kerap ‘menyalahkan’ gadget, dengan mengatakan bahwa inilah sisi buruknya teknologi. Actually, persoalannya bukanlah karena salah gadget ataupun teknologinya. Tapi sebenarnya ini adalah salah kita sendiri yang nggak sanggup menempatkan diri dan mengekang diri sendiri. Kita sering nggak bisa menahan diri. Ketika seharusnya sedang fokus ibadah, bukannya serius mendengarkan Firman, tapi kita malah asyik update status atau bahkan malah sibuk selfie. Ayo jujur, bukankah kita memang sering gagal fokus karena memang nggak sanggup nahan diri buat mainin gadget, kan?

Self control
Apapun itu, harus kita syukuri bahwa pengetahuan yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada manusia, sehingga manusia sanggup ‘melahirkan’ teknologi canggih sebagaimana adanya gadget yang sekarang kita punya. Nah, sebagai wujud syukur kita itu, sudah seharusnya sobat muda menggunakan gadget sebagaimana mestinya, sesuai dengan waktu, tempat, dan kegunaannya. Lalu, gimana caranya, ya, supaya kita bisa menggunakan gadget sebagaimana mestinya? Kunci utamanya cuma satu, yaitu penguasaan diri.
Wedew, penguasaan diri? Hmm... rasanya gampang-gampang susah dan susah-susah gampang. Sebenarnya kalau sobat muda sanggup menguasai diri, menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang lain selama kita menghadap Tuhan, nggak ada yang salah memang dengan menggunakan gadget pada saat ibadah. Yang jadi masalah adalah ketika kita nggak mampu menguasai diri, dan lebih memilih bermain gadget saat ibadah berlangsung. Yang ini sudah pasti salah. Meski kita kadang suka ngeles, dengan alasan khotbah pendetanya ngebosenin, sehingga kita lebih milih asyik bermain gadget ketimbang fokus beribadah, tetap saja itu juga nggak bisa dijadiin alasan.
Kalau sobat muda merasa susah banget untuk menguasai diri, balik lagi, sebenarnya itu back to ourselves. Mau nggak, sih, kita menguasai diri sendiri? Mungkin di mulut kita bilang mau. Niat dan keinginan ada. Tapi kalau kita nggak punya kemauan yang kuat untuk menguasai diri, pasti kita akan bilang susah banget yang namanya penguasaan diri. Ingat, lho, “...roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41). That’s why sobat muda kudu punya kemauan yang kuat supaya kita mampu menguasai diri, so, dengan begitu kita akan sanggup untuk fokus beribadah dengan baik pada saat ibadah, dan mempergunakan gadget sebagaimana mestinya.

 (Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Juni 2015)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar